PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Sebelum
kita mengupas lebih dalam tentang apa sebenarnya pendidikan menurut persfektif
Islam, penulis ingin terlebih dahulu memberikan gambaran tentang istilah
pendidikan menurut menurut berbagai bahasa yang telah memberikan makna terhadap
pendidikan itu sendiri.
Jika
kita melihat dari bahasa latin, pendidikan itu berasal dari kata “ paedagogie” yang jika di artikan dalam
bahasa Indonesia yaitu “ bimbingan kepada anak”. Sedangkan jika kita lihat dari
bahasa Inggris, istilah pendidikan itu sering kita jumpai pada kata “education”. Serta istilah-istilah
pendidikan dari berbagai bahasa yag lain yang tidak dapat penulis jabarkan satu
persatu. Namun secara umum, beberapa para ahli mendefenisikan istilah
pendidikan selalu berangkat dari dua bahasa tersebut, yaitu bahasa latin (
paedagogie ) dan dalam bahasa Inggris disebut dengan ( education ).
Setelah
kita mengetahui, pengertian pendidikan dari dua bahasa tersebut, tentu kita bertanya
bagaimana arti pendidikan itu menurut persfektif Islam ?.
Jika
kita bertanya tentang pengertian pendidikan menurut persfektif Islam, kita
tentu akan merujuk kepada pengertian pendidikan ditinjau dari persfektif al-Qur’an
dan Hadits. Akan tetapi, jika kita berharap al-Qur’an akan memberikan
pengertian secara spesifik tentang arti dari pendidikan itu sendiri, maka tidak
akan kita jumpai, karena al-Qur’an bukanlah kitab penterjemah arti dari kata
perkata, atau pengertian perpengertian. Begitu pula jika kita mencari pengertian
pendidikan dari Hadits, maka tidak akan kita jumpai arti pendidikan itu secara
spesifik, karena Rasulullah semasa hidupnya tidak pernah membuat pengertian
pendidikan.
Tentu
kita bertanya lagi, Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui arti dari pendidikan
menurut pendapat Islam ?
Pertanyaan
ini harus ada jawabannya, Islam yang disebut sebagai agama Rahmatallil ‘alamin
atau agama yang memberikan rahmat bagi sekelian alam tentu telah mengatur
sekecil apapun permasalahan di dalam Islam, tentu ada jawabannya. Tapi, mengapa
kita sulit sekali untuk menemukan pengertian tersebut di dalam sumber hukum
Islam itu sendiri. Jawabannya adalah : pengertian pendidikan itu dibuat oleh
para pakar pendidikan, tetapi tetap merujuk kepada dalil-dalil yang berkenaan
dengan pendidikan secara lebih luas.
Berangkat
dari pertanyaan tersebut, penulis mencoba akan menguraikan apa sebenarnya
pendidikan jika di tinjau dari persfektif Islam :
1. Tarbiyah. Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu :
Pertama,
kata raba- yarbu- rabwah yang berarti bertambah dan dari makna inilah
kata riba ( bertambahnya nilai pada
suatu barang atau benda dari ketentuan sesungguhnya ) itu muncul, sehingga samapai sekarang digunakan dalam banyak
kajian Islam mengenai perbangkan konvensional dan system perkreditan yang
menggunakan bunga.
Kedua,
kata rabba- yarrbiy - rabyan yang berarti tumbuh dan berkembang. Biasanya
di dalam kaedah bahasa arab kata tersebut digunakan pada tanaman dan
pertumbuhan fisik manusia.
Ketiga,
kata rabba- yarubbu- rabban yang
berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al-Rab
yang mempunyai akar kata yang sama dengan kata tarbiyah berarti menumbuhkan
atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.
2.
Ta’lim,
Ta’lim berasal dari kata ‘alim yang berarti pengetahuan dengan
segala aspeknya. Ta’lim berasal dari tiga kata yaitu : ‘allama- yuallimu- ta’lim, ketiga kata ini biasanya menggambarkan
tentang pendidikan yang lebih menekankan kepada proses transper ilmu dari guru
kepada murid, pengetahuan tersebut selalu pada ranah kognitif ( intelegensi)
dan mengembangkan pola pikir anak didik.
Ta'lim merupakan suatu proses pembelajaran yang dijalankan secara terus
menerus, sejak manusia itu lahir sampai
manusia itu menemui ajalnya. Hal ini
sesuai dengan kutipan hadits Nabi Muhammad SAW. Yang artinya : “Tuntutlah
ilmu dari buayan sampai menuju ke liang lahat.” .hal ini juga melalui proses
pengembanagn fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan dan hati.
Pengertian ini juga sejalan dengan firman Allah
SWT. "Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur." (Q.S. al-Nahl : 78) Pengembanagn
fungsi-fungsi tersebut merupakan tanggung jawab orang tua ketika anak masih
kecil. Setelah dewasa, hendaknya orang belajar secara mandiri sampai ia tidak
mampu lagi meneruskan belajarnya, baik karena meninggal atau karena usia tua
renta. proses ta'lim tidak
berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam domain kognisi semata, tetapi
terus menjangkau wilayah psikomotor dan afeksi. Pengetahuan yang hanya sampai
pada batas-batas wilayah kognisi tidak akan mendorong seorang untuk
mengamalkannya, dan pengetahuan semacam itu biasanya diperoleh atas dasar prasangka
atau taklid. Padahal al-Qur'an sangat mengecam orang yang hanya memiliki
pengetahuan semacam ini.
3.
Ta’dib,
ta’dib asal katanya yaitu “adab” yang dapat diartikan sebagai seni, tata
karma, seni dalam bergaul dan lebih menekankan kepada sikaf (afektif ). Pengertian ini sejalan dengan
hadis Nabi Muhammad SAW. yang
diriwayatkan oleh Ibn Mas'ud: "Al-Qur'an ini adalah undangan/perjamuan
(ma'dibah) Allah SWT di muka bumi, maka pelajarilah (santaplah) hidangan
tersebut.
Istilah dari "undangan kepada suatu
perjamuan" merupakan Gagasan bahwa
di suatu perjamuan itu mengisyaratkan
bahwa tuan rumah adalah orang yang dimuliakan diantara orang-orang yang hadir, dan bahwasanya yang
hadir adalah orang-orang yang menurut perkiraan tuan rumah pantas mendapatkan
kehormatan untuk diundang dan, dari pada itu, mereka adalah orang-orang
berpengetahuan tinggi yang diharapkan bisa bertingkah laku sesuai dengan keadaan,
baik dalam berbicara maupun dalam bertingkah laku
Istilah
pendidikan yang dikaitkan dengan Ta’dib ini merupakan konsep pendidikan yang
lebih menekankan kepada pola tingkah laku dari pendidik kepada peserta didik,
begitu pula sebaliknya. Sehingga nantinya
menjadi suri tauladan atau panutan yang baik bagi lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya.
4. Tadris, Tadris bersal dari kata
darsun, dalam bahasa Indonesia dimaknai dengan pelajaran, tadris ini juga
dimaknai dengan proses transper ilmu antara pendidik dan peserta didik, guru
bertindak sebagai pemberi dan murid sebagai penerima pengetahuan ( take and
give ).
Tadris
juga dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan seorang guru dalam
rangkan mempersiapkan muridnya agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji
sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan
berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna
yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat,
memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan
mencari ridla Allah SWT.
Kesimpulan.
Islam
saat ini tidak lagi berkutat pada tatanan makna atau defenisi dari
pendidikan, akan tetapi telah melangkah kepada esensi dari pendidikan itu
sendiri, yaitu, menumbuh kembangkan generasi islam yang robbani dan menyeluruh.
Tumbuh dan berkembang dengan ilmu pengetahuan, beradab dan berakhlak dalam
proses transfer ilmu. Sehingga umat islam itu mampu mengamalkan ilmunya sesuai
tuntunan yang telah disyari’atkan kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar