BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan suatu proses kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan. Proses ini dimulai dengan penetapan visi, misi dan tujuan
pendidikan, pendefenisian strategis dan kebijakan guna mencapai dan
mengembangkan rencana secara rinci untuk memastikan bahwa strategis telah
diimplementasikan untuk mencapai suatu hasil akhir.
Dalam perjalanan peradaban manusia
selanjutnya, mereka senantiasa manjaga dan melanjutkan tradisi pendidikan
melalui berbagai bentuk dan institusi pendidikan mulai dari pendidikan nasional
hingga pendidikan internasional. Melalui sejarah pendidikan dapat kita
mengetahui berbagai usaha yang telah dilakukan manusia untuk melakukan
pendidikan tersebut lambat laun memunculkan berbagai model dan institusi
pendidikan yang tercatat dalam sejarah pendidikan, sebagian besar bentuk dan
institusi tersebut telah punah, namun beberapa masih tetap bertahan.
Dengan
melalui perbandingan pendidikan kita dapat mengetahui bahwa dari jaman ke jaman
manusia telah berupaya mengkonsepsikan dan mengimplementasikan pendidikan
secara variatif. Namun kendati demikian, secara esensi dan misinya menunjukkan
adanya relevansi pendidikan yang sama yakni bahwa pendidikan pada dasarnya
merupakan upaya untuk mempersiapkan manusia guna mengahadapi berbagai tantangan
perubahan yang terjadi sesuai dengan tuntutan jaman, sekaligus merupakan upaya
untuk menjamin kelangsungan eksistensi kehidupan manusia itu sendiri.
Pada
makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan Relevansi Perbandingan
Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional dan Pendidikan
Internasional. Adapun mengenai Sejarah Pendidikan kami hanya membahas Sejarah
Pendidikan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman dalam
pembahasan tersebut maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Relevansi Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan
Nasional, Pendidikan Internasional ?
2.
Apakah tujuan mempelajari Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan,
Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi bangsa Indonesia ?
C.
Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas tentang Relevansi Perbandingan Pendidikan,
Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi Bangsa
Indonesia
.
D.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas masalah-masalah tentang Relevansi
Perbandingan Pendidikan, sejarah pendidikan, pendidikan Nansional serta
pendidikan internasional bagi bangsa Indonesia. Dan juga mengapa kita harus
mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perbandingan Pendidikan
Istilah
perbandingan pendidikan jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris berarti
comparative education. Kata comparative diartikan sebagai bersamaan atau sama,
sedangkan kata education diartikan sebagai pendidikan. Dengan demikian,
berdasarkan pengertian etimologis tersebut maka istilah comparative education
memiliki makna terhadap adanya kecenderungan yang sama dalam kegiatan
pendidikan[1].
Dari pengertian
etimologis tersebut maka pengertian perbandingan pendidikan secara terminologis
berkaitan erat dengan aspek praktis, yakni : membandingkan
sesuatu dengan (compare with), atau menemukan perbandingan sesuatu (finding
comparison). Sehingga dari kedua pengertian ini memunculkan pemahaman
terhadap istilah comparative yang apabila dihubungkan dengan kata education
berarti suatu upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan atau menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan.
Mengenai
perbandingan pendidikan ini, pada awal mula kemunculannya disebut sebagai
pendidikan internasional. Setelah disiplin ilmu ini berkembang kemudian barulah
disebut sebagai comparative education. Kemunculan disiplin ilmu ini dalam
bidang pendidikan memunculkan dua versi penyebutan, ada yang menyebutnya dengan
istilah pendidikan perbandingan dan ada pula yang menyebutkannya dengan istilah
perbandingan pendidikan.
MenurutCarter V. Good dalam www.google.com/search/
bacabuku. blogspot. tentang pengertian perbandingan
pendidikan adalah : “Perbandingan pendidikan adalah studi yang bertugas
mengadakan perbandingan teori dan praktik kependidikan yang ada di dalam
beberapa negara dengan maksud untuk memperluas pandangan dan pengetahuan di
luar batas negerinya sendiri”[2].
Sedangkan I. L. Kandel berpendapat : “Perbandingan pendidikan adalah studi
tentang teori dan praktik pendidikan masa sekarang sebagaimana yang dipengaruhi
oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah pendidikan”.[3]
Berdasarkan
pengertian di atas sebagaimana dikemukakan oleh dua orang pakar tersebut,
perbandingan pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu bidang pengetahuan yang
mengkaji berbagai teori dan praktek dalam bidang pendidikan di berbagai negara
serta memperbandingkannya, sehingga melalui proses pembandingan terhadap
berbagai penerapan kegiatan pendidikan di berbagai negara tersebut akan
diperoleh pandangan dan pengetahuan yang luas tentang penerapan kegiatan
pendidikan oleh suatu negara, termasuk sejarah pendidikan negara itu dari masa
ke masa.
Di sisi lain
Abdul Rachman Assegaf dalam www.google.com/search/ bacabuku.
blogspot. mengemukakan
salah satu pandangan Carter V. Good yang menyertakan faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi pendidikan, yakni bahwa perbandingan pendidikan adalah studi
tentang kekuatan-kekuatan pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam
hubungan internasional dengan tekanan pada potensi dan bentuk pendidikan, sedangkan
tujuannya adalah untuk meningkatkan saling pengertian dengan jalan
tukar-menukar sarana pendidikan, teknik dan metode, mahasiswa, guru, dosen,
teknisi dan lain-lain.[4]
Sedangkan
pandangan Robert F. Arnove, sebagaimana dikemukakan Abdul Rachman Assegaf,
menyatakan tentang tujuan kajian perbandingan pendidikan sebagai berikut :
“Perbandingan pendidikan mengkaji bagaimana negara-negara berencana memperluas,
meningkatkan, dan melakukan upaya demokratisasi terhadap sistem pendidikan
mereka”.
Kesimpulan
terhadap pengertian perbandingan pendidikan ini menurut Arifin, www.google.com/search/
bacabuku. blogspot. antara lain :
- Ilmu perbandingan pendidikan adalah studi tentang sistem pendidikan dan pengajaran beserta problematika-problematikanya dalam negara-negara yang berbeda. Masing-masing sistem dan problematika tersebut diusut sampai kepada sebab-sebab sebenarnya yang berada di balik sistem dan problematikanya tersebut.
- Ilmu perbandingan pendidikan dapat juga diartikan sebagai studi tentang pendidikan dan pengajaran di negara yang berbeda-beda, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Ilmu perbandingan pendidikan juga diartikan sebagai studi tentang teori-teori kependidikan dan pengajaran serta bagaimana pengamalan atau itu dengan memperbandingkan antara teori-teori tersebut sehingga diketahui persamaan dan perbedaannya serta mengembalikan kepada latar belakang sumber yang mempengaruhinya.[5]
B.
Sejarah
Pendidikan
Informasi
mengenai bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih belum dapat
terekonstruksi dengan sempurna. Namun bisa diasumsikan ”media pembelajaran”
yang ada pada masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana. Terutama
berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan di kelompok sosialnya.
1.
Pendidikan Masa Hindu-Buddha
Sistem pendidikan pada masa lalu baru dapat terekam
dengan baik pada masa Hindu-Buddha. Menurut Agus Aris Munandar dalam http://www.google.com /search/ tinulad .wordpress /sedikit- uraian –sejarah -pendidikan/ tesisnya yang berjudul Kegiatan Keagamaan di Pawitra Gunung
Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem pendidikan Hindu-Buddha dikenal
dengan istilah karsyan. Karsyan adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan
untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan
mendekatkan diri dengan dewa tertinggi. Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu
patapan dan mandala.[6]
Patapan memiliki arti tempat bertapa, tempat dimana
seseorang mengasingkan diri untuk sementara waktu hingga ia berhasil dalam
menemukan petunjuk atau sesuatu yang ia cita-citakan. Ciri khasnya adalah tidak
diperlukannya sebuah bangunan, seperti rumah atau pondokan. Bentuk patapan
dapat sederhana, seperti gua atau ceruk, batu-batu besar, ataupun pada bangunan
yang bersifat artificial. Hal ini dikarenakan jumlah Resi/Rsi yang bertapa
lebih sedikit atau terbatas. Tapa berarti menahan diri dari segala bentuk hawa
nafsu, orang yang bertapa biasanya mendapat bimbingan khusus dari sang guru,
dengan demikian bentuk patapan biasanya hanya cukup digunakan oleh seorang
saja.
Istilah kedua
adalah mandala, atau disebut juga kedewaguruan. Berbeda dengan patapan, mandala
merupakan tempat suci yang menjadi pusat segala kegiatan keagamaan, sebuah kawasan
atau kompleks yang diperuntukan untuk para wiku/pendeta, murid, dan mungkin
juga pengikutnya. Mereka hidup berkelompok dan membaktikan seluruh hidupnya
untuk kepentingan agama dan nagara. Mandala tersebut dipimpin oleh dewaguru.
Berdasarkan
keterangan yang terdapat pada kropak 632 yang menyebutkan bahwa ” masih
berharga nilai kulit musang di tempat sampah daripada rajaputra (penguasa
nagara) yang tidak mampu mempertahankan kabuyutan atau mandala hingga jatuh ke
tangan orang lain” (Atja & Saleh Danasasmita, 1981: 29, 39, Ekadjati, 1995:
67), dapat diketahui bahwa nagara atau ibu kota atau juga pusat pemerintahan,
biasanya dikelilingi oleh mandala. Dalam hal ini,
antara mandala dan nagara tentunya mempunyai sifat saling ketergantungan.
Nagara memerlukan mandala untuk dukungan yang bersifat moral dan spiritual,
mandala dianggap sebagai pusat kesaktian, dan pusat kekuatan gaib.
Dengan demikian masyarakat yang tinggal di mandala
mengemban tugas untuk melakukan tapa. Kemakmuran
suatu negara, keamanan masyarakat serta kejayaan raja sangat tergantung dengan
sikap raja terhadap kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, nagara perlu memberi
perlindungan dan keamanan, serta sebagai pemasok keperluan yang bersifat
materiil (fasilitas dan makanan), agar para pendeta/wiku dan murid dapat dengan
tenang mendekatkan diri dengan dewata.
2.
Pendidikan Masa Islam
Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Buddha
kemudian berlanjut pada masa Islam. Bisa dikatakan sistem pendidikan pada masa
Islam merupakan bentuk akulturasi antara sistem pendidikan patapan Hindu-Buddha
dengan sistem pendidikan Islam yang telah mengenal istilah uzlah (menyendiri).
Akulturasi tersebut tampak pada sistem pendidikan yang mengikuti kaum agamawan
Hindu-Buddha, saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan permukiman[7]. Pada masa Islam sistem pendidikan itu disebut dengan
pesantren atau disebut juga pondok pesantren. Berasal dari kata funduq
(funduq=Arab atau pandokheyon=Yunani yang berarti tempat menginap).
Bentuk lainnya adalah, tentang pemilihan lokasi pesantren
yang jauh dari keramaian dunia, keberadaannya jauh dari permukiman penduduk,
jauh dari ibu kota kerajaan maupun kota-kota besar. Beberapa
pesantren dibangun di atas bukit atau lereng gunung Muria, Jawa Tengah.
Pesantern Giri yang terletak di atas sebuah bukit yang bernama Giri, dekat
Gersik Jawa Timur (Tjandrasasmita, 1984—187). Pemilihan lokasi tersebut telah
mencontoh ”gunung keramat” sebagai tempat didirikannya karsyan dan mandala yang
telah ada pada masa sebelumnya (De Graaf & Pigeaud, 1985: 187).
Seperti halnya
mandala, pada masa Islam istilah tersebut lebih dikenal dengan sebutan ”depok”,
istilah tersebut menjadi nama sebuah kawasan yang khas di kota-kota Islam,
seperti Yogyakarta, Cirebon dan Banten. Istilah depok itu sendiri berasal dari
kata padepokan yang berasal dari kata patapan yang merujuk pada arti yang sama,
yaitu “tempat pendidikan. Dengan demikian padepokan atau pesantren adalah
sebuah sistem pendidikan yang merupakan kelanjutan sistem pendidikan
sebelumnya.
3.
Pendidikan Masa Kolonial
Pada masa ini,
wajah pendidikan Indonesia lebih terlihat sebagai sosok yang memperjuangkan hak
pendidikan. Hal ini dikarenakan pada saat itu, sistem pendidikan yang
diberlakukan oleh pemerintah kolonial adalah sistem pendidikan yang bersifat
diskriminatif. Artinya hanya orang Belanda dan keturunannya saja yang boleh
bersekolah, adapun pribumi yang dapat bersekolah merupakan pribumi yang berasal
dari golongan priyayi. Adapun prakteknya sistem pendidikan pada masa kolonial
lebih mengadopsi pendidikan ala Eropa.
4.
Pendidikan Masa Kini
Pendidikan abad 21 diwarnai dengan pengaruh globalisasi.
Berbagai sistem pendidikan berlomba-lomba diadopsi, dikembangkan dan
disesuaikan. Institusi-institusi pendidikan mulai menjamur. Namun muncul kritik
dari beberapa orang seperti Ivan Illich, yang menganggap sistem pendidikan
hanya berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja untuk kepentingan industri
semata. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran.
Kemudian muncul sebuah ide Home Schooling, yaitu
pendidikan yang tidak mengandalkan institusi formal, tapi tetap bisa dilakukan
di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling adalah pola pendidikan yang
dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap fenomena negatif yang umum
terdapat pada institusi formal: adanya bullying, serta metode yang didaktis dan
seragam.
Namun bukan berarti institusi pendidikan formal tidak
menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa prestasi bukanlah angka-angka
yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor. Melainkan adanya kesadaran
akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan kompetensi.
Jadi sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang
berperan penting bagi manusia untuk kemajuan peradabannya. Hal itu berlaku pula
bagi perkembangan pendidikan suatu bangsa.
Dengan mengetahui sejarah pendidikan bangsa dan tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya
seseorang akan mengetahui dan menemukan garis – garis besar yang
menunjukkan bagaimana leluhur
suatu bangsa melaksanakan tugas mendidiknya, dasar – dasar pendidikan
dan teori pendidikannya sehingga kita dapat menentukan teori yang tepat untuk
masa kini.
Selain itu sejarah itu merupakan guru bagi raja-raja dan
bangsa-bangsa, kalau ini benar maka perkembangan dan sejarah pendidikan merupakan guru dari para pendidik dan
pemimpin sekolah. Dengan kata lain cara memecahkan problem pendidikan pada zaman dahulu merupakan sumbangan yang
berarti untuk memecahkan masalah pada zaman sekarang. Siapa pun yang ingin
menggeluti dunia pendidikan harus mengenal
dan menelaah peristiwa dan pengalaman yang terjadi pada masa lampau.
C. Pendidikan Nasional
1. Pengertian
Pendidikan Nasional
Pendidikan
Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Kebudayaan tersebut sarat dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui
sejarah sehingga mewarnai seluruh gerak hidup suatu bangsa[8].
b. Visi dan Misi Pendidikan
Nasional
VISI
Terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sejalan dengan Visi Pendidikan
Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS
DAN KOMPETITIF (Insan Kamil/Insan Paripu)
MISI
Ø
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
Ø
Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat
belajar;
|
Ø
Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
Ø
Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan
nilai berdasarkan standar nasional dan global;
|
Ø Memberdayakan
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip
otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.[9]
D. Pendidikan
Internasional
Definisi UNESCO
tentang pendidikan internasional menekankan kepada pendidikan bagi perdamaian,
hak azasi dan demokrasi (UNESCO 1974). Definisi inii dipertegas dengan adanya
deklarasi pada konferensi internasional dalam hal pendidikan (ICE), Geneva,
1994 dan disokong oleh konferensi umum UNESCO di Paris tahun berikutnya. ICE
dikelola oleh Biro Pendidikan Internasional (UNESCO) dan mengajak serta Menteri
Pendidikan dari seluruh Negara. Tujuan dari
pendidikan internasional ini diperkenalkan dengan deklarasi ini (UNESCO, 1996,
p. 90) untuk mengembangkan :
Ø Nilai
yang universal bagi adanya budaya perdamaian,
Ø Kemampuan
untuk menghargai kebebasan dan tanggung jawab warganegara yang ada didalamnya,
Ø Pemahaman
antar budaya yang mendorong pemersatuan ide dan solusi untuk memperkuat
perdamaian.
Ø Kemampuan
untuk memecahkan konflik tanpa kekerasan,
Ø Kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan,
Ø Menghargai warisan budaya dan pemeliharaan lingkungan,
Ø Rasa solidaritas dan keadilan pada tingkat nasional dan
internasional.[10]
Apa yang ingin
dicapai oleh pendidikan internasional
ternyata sejalan dengan pemikiran bangsa Indonesia. Pada Alinea pertama
Pembukaan UUD 1945 terungkap pandangan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan,
perikemanusiaan, dan perikeadilan bagi semua bangsa. Demikian pula pada GBHN
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tercermin kembali usaha bangsa Indonesia untuk ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adanya kaitan yang sangat erat
antara perbandingan pendidikan, sejarah pendidikan, pendidikan nasional, dan
pendidikan Internasional. Dengan menggunakan ilmu perbandingan pendidikan
sebagai alat untuk mempelajari ketiga variabel di atas, dapat disimpulkan
bahwasanya pendidikan nasional lahir dari sejarah pendidikan di masa lampau,
dan perkembangan pendidikan masa kini
yang dintaranya dipengaruhi oleh
perkembangan pendidikan internasional dimana nilai-nilai yang ada
didalamnya sesuai dengan pemikiran
bangsa Indonesia.
Tujuan dari mempelajari Perbandingan Pendidikan, Sejarah
Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi bangsa Indonesia
adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari
tujuan tersebut diharapkan pelaksanaan
pendidikan di Indonesia menghasilkan peserta didik yang memiliki
kualitas SDM yang mantap.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadib, Sutari
Imam.1983.Sejarah pendidikan. Andi Offset :
Yogyakarta
Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo.2005. Pengantar
Pendidikan.Rineka Cipta : Jakarta
Mangun Pranoto, Sarino
dkk.1983.Pendidikan Ditinjau Kembali.Nur Cahaya : Yogyakarta
![]() |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar