Rabu, 03 Februari 2016

RELEVANSI PERBANDINGAN PENDIDIKAN, SEJARAH PENDIDIKAN, PENDIDIKAN NASIONAL DAN PENDIDIKAN INTERNASIONAL



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Proses ini dimulai dengan penetapan visi, misi dan tujuan pendidikan, pendefenisian strategis dan kebijakan guna mencapai dan mengembangkan rencana secara rinci untuk memastikan bahwa strategis telah diimplementasikan untuk mencapai suatu hasil akhir.
            Dalam perjalanan peradaban manusia selanjutnya, mereka senantiasa manjaga dan melanjutkan tradisi pendidikan melalui berbagai bentuk dan institusi pendidikan mulai dari pendidikan nasional hingga pendidikan internasional. Melalui sejarah pendidikan dapat kita mengetahui berbagai usaha yang telah dilakukan manusia untuk melakukan pendidikan tersebut lambat laun memunculkan berbagai model dan institusi pendidikan yang tercatat dalam sejarah pendidikan, sebagian besar bentuk dan institusi tersebut telah punah, namun beberapa masih tetap bertahan.
            Dengan melalui perbandingan pendidikan kita dapat mengetahui bahwa dari jaman ke jaman manusia telah berupaya mengkonsepsikan dan mengimplementasikan pendidikan secara variatif. Namun kendati demikian, secara esensi dan misinya menunjukkan adanya relevansi pendidikan yang sama yakni bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk mempersiapkan manusia guna mengahadapi berbagai tantangan perubahan yang terjadi sesuai dengan tuntutan jaman, sekaligus merupakan upaya untuk menjamin kelangsungan eksistensi kehidupan manusia itu sendiri.
            Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan Relevansi Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional dan Pendidikan Internasional. Adapun mengenai Sejarah Pendidikan kami hanya membahas Sejarah Pendidikan Indonesia.

B.     Rumusan Masalah

          Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan tersebut maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Relevansi Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional ?
2.      Apakah tujuan mempelajari Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi bangsa Indonesia ?
C.    Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas tentang Relevansi Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi Bangsa Indonesia
.
D.    Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas masalah-masalah tentang Relevansi Perbandingan Pendidikan, sejarah pendidikan, pendidikan Nansional serta pendidikan internasional bagi bangsa Indonesia. Dan juga mengapa kita harus mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perbandingan Pendidikan
Istilah perbandingan pendidikan jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris berarti comparative education. Kata comparative diartikan sebagai bersamaan atau sama, sedangkan kata education diartikan sebagai pendidikan. Dengan demikian, berdasarkan pengertian etimologis tersebut maka istilah comparative education memiliki makna terhadap adanya kecenderungan yang sama dalam kegiatan pendidikan[1].
Dari pengertian etimologis tersebut maka pengertian perbandingan pendidikan secara terminologis berkaitan erat dengan aspek praktis, yakni : membandingkan sesuatu dengan (compare with), atau menemukan perbandingan sesuatu (finding comparison). Sehingga dari kedua pengertian ini memunculkan pemahaman terhadap istilah comparative yang apabila dihubungkan dengan kata education berarti suatu upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan atau menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan pendidikan.
Mengenai perbandingan pendidikan ini, pada awal mula kemunculannya disebut sebagai pendidikan internasional. Setelah disiplin ilmu ini berkembang kemudian barulah disebut sebagai comparative education. Kemunculan disiplin ilmu ini dalam bidang pendidikan memunculkan dua versi penyebutan, ada yang menyebutnya dengan istilah pendidikan perbandingan dan ada pula yang menyebutkannya dengan istilah perbandingan pendidikan.
 MenurutCarter V. Good dalam www.google.com/search/ bacabuku. blogspot.  tentang pengertian perbandingan pendidikan adalah : “Perbandingan pendidikan adalah studi yang bertugas mengadakan perbandingan teori dan praktik kependidikan yang ada di dalam beberapa negara dengan maksud untuk memperluas pandangan dan pengetahuan di luar batas negerinya sendiri”[2]. Sedangkan I. L. Kandel berpendapat : “Perbandingan pendidikan adalah studi tentang teori dan praktik pendidikan masa sekarang sebagaimana yang dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah pendidikan”.[3]
Berdasarkan pengertian di atas sebagaimana dikemukakan oleh dua orang pakar tersebut, perbandingan pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu bidang pengetahuan yang mengkaji berbagai teori dan praktek dalam bidang pendidikan di berbagai negara serta memperbandingkannya, sehingga melalui proses pembandingan terhadap berbagai penerapan kegiatan pendidikan di berbagai negara tersebut akan diperoleh pandangan dan pengetahuan yang luas tentang penerapan kegiatan pendidikan oleh suatu negara, termasuk sejarah pendidikan negara itu dari masa ke masa.
Di sisi lain Abdul Rachman Assegaf  dalam www.google.com/search/ bacabuku. blogspot. mengemukakan salah satu pandangan Carter V. Good yang menyertakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pendidikan, yakni bahwa perbandingan pendidikan adalah studi tentang kekuatan-kekuatan pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam hubungan internasional dengan tekanan pada potensi dan bentuk pendidikan, sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan saling pengertian dengan jalan tukar-menukar sarana pendidikan, teknik dan metode, mahasiswa, guru, dosen, teknisi dan lain-lain.[4]
Sedangkan pandangan Robert F. Arnove, sebagaimana dikemukakan Abdul Rachman Assegaf, menyatakan tentang tujuan kajian perbandingan pendidikan sebagai berikut : “Perbandingan pendidikan mengkaji bagaimana negara-negara berencana memperluas, meningkatkan, dan melakukan upaya demokratisasi terhadap sistem pendidikan mereka”.
Kesimpulan terhadap pengertian perbandingan pendidikan ini menurut Arifin, www.google.com/search/ bacabuku. blogspot. antara lain :
  1. Ilmu perbandingan pendidikan adalah studi tentang sistem pendidikan dan pengajaran beserta problematika-problematikanya dalam negara-negara yang berbeda. Masing-masing sistem dan problematika tersebut diusut sampai kepada sebab-sebab sebenarnya yang berada di balik sistem dan problematikanya tersebut.
  2. Ilmu perbandingan pendidikan dapat juga diartikan sebagai studi tentang pendidikan dan pengajaran di negara yang berbeda-beda, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
  3. Ilmu perbandingan pendidikan juga diartikan sebagai studi tentang teori-teori kependidikan dan pengajaran serta bagaimana pengamalan atau itu dengan memperbandingkan antara teori-teori tersebut sehingga diketahui persamaan dan perbedaannya serta mengembalikan kepada latar belakang sumber yang mempengaruhinya.[5]
B.     Sejarah Pendidikan
Informasi mengenai bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih belum dapat terekonstruksi dengan sempurna. Namun bisa diasumsikan ”media pembelajaran” yang ada pada masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana. Terutama berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan di kelompok sosialnya.
1.      Pendidikan Masa Hindu-Buddha
Sistem pendidikan pada masa lalu baru dapat terekam dengan baik pada masa Hindu-Buddha. Menurut Agus Aris Munandar dalam     http://www.google.com /search/ tinulad .wordpress  /sedikit- uraian –sejarah -pendidikan/ tesisnya yang berjudul Kegiatan Keagamaan di Pawitra Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem pendidikan Hindu-Buddha dikenal dengan istilah karsyan. Karsyan adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan mendekatkan diri dengan dewa tertinggi. Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu patapan dan mandala.[6]
Patapan memiliki arti tempat bertapa, tempat dimana seseorang mengasingkan diri untuk sementara waktu hingga ia berhasil dalam menemukan petunjuk atau sesuatu yang ia cita-citakan. Ciri khasnya adalah tidak diperlukannya sebuah bangunan, seperti rumah atau pondokan. Bentuk patapan dapat sederhana, seperti gua atau ceruk, batu-batu besar, ataupun pada bangunan yang bersifat artificial. Hal ini dikarenakan jumlah Resi/Rsi yang bertapa lebih sedikit atau terbatas. Tapa berarti menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, orang yang bertapa biasanya mendapat bimbingan khusus dari sang guru, dengan demikian bentuk patapan biasanya hanya cukup digunakan oleh seorang saja.
Istilah kedua adalah mandala, atau disebut juga kedewaguruan. Berbeda dengan patapan, mandala merupakan tempat suci yang menjadi pusat segala kegiatan keagamaan, sebuah kawasan atau kompleks yang diperuntukan untuk para wiku/pendeta, murid, dan mungkin juga pengikutnya. Mereka hidup berkelompok dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama dan nagara. Mandala tersebut dipimpin oleh dewaguru.
Berdasarkan keterangan yang terdapat pada kropak 632 yang menyebutkan bahwa ” masih berharga nilai kulit musang di tempat sampah daripada rajaputra (penguasa nagara) yang tidak mampu mempertahankan kabuyutan atau mandala hingga jatuh ke tangan orang lain” (Atja & Saleh Danasasmita, 1981: 29, 39, Ekadjati, 1995: 67), dapat diketahui bahwa nagara atau ibu kota atau juga pusat pemerintahan, biasanya dikelilingi oleh mandala. Dalam hal ini, antara mandala dan nagara tentunya mempunyai sifat saling ketergantungan. Nagara memerlukan mandala untuk dukungan yang bersifat moral dan spiritual, mandala dianggap sebagai pusat kesaktian, dan pusat kekuatan gaib.
Dengan demikian masyarakat yang tinggal di mandala mengemban tugas untuk melakukan tapa. Kemakmuran suatu negara, keamanan masyarakat serta kejayaan raja sangat tergantung dengan sikap raja terhadap kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, nagara perlu memberi perlindungan dan keamanan, serta sebagai pemasok keperluan yang bersifat materiil (fasilitas dan makanan), agar para pendeta/wiku dan murid dapat dengan tenang mendekatkan diri dengan dewata.
2.      Pendidikan Masa Islam
Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Buddha kemudian berlanjut pada masa Islam. Bisa dikatakan sistem pendidikan pada masa Islam merupakan bentuk akulturasi antara sistem pendidikan patapan Hindu-Buddha dengan sistem pendidikan Islam yang telah mengenal istilah uzlah (menyendiri). Akulturasi tersebut tampak pada sistem pendidikan yang mengikuti kaum agamawan Hindu-Buddha, saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan permukiman[7]. Pada masa Islam sistem pendidikan itu disebut dengan pesantren atau disebut juga pondok pesantren. Berasal dari kata funduq (funduq=Arab atau pandokheyon=Yunani yang berarti tempat menginap).
Bentuk lainnya adalah, tentang pemilihan lokasi pesantren yang jauh dari keramaian dunia, keberadaannya jauh dari permukiman penduduk, jauh dari ibu kota kerajaan maupun kota-kota besar. Beberapa pesantren dibangun di atas bukit atau lereng gunung Muria, Jawa Tengah. Pesantern Giri yang terletak di atas sebuah bukit yang bernama Giri, dekat Gersik Jawa Timur (Tjandrasasmita, 1984—187). Pemilihan lokasi tersebut telah mencontoh ”gunung keramat” sebagai tempat didirikannya karsyan dan mandala yang telah ada pada masa sebelumnya (De Graaf & Pigeaud, 1985: 187).
Seperti halnya mandala, pada masa Islam istilah tersebut lebih dikenal dengan sebutan ”depok”, istilah tersebut menjadi nama sebuah kawasan yang khas di kota-kota Islam, seperti Yogyakarta, Cirebon dan Banten. Istilah depok itu sendiri berasal dari kata padepokan yang berasal dari kata patapan yang merujuk pada arti yang sama, yaitu “tempat pendidikan. Dengan demikian padepokan atau pesantren adalah sebuah sistem pendidikan yang merupakan kelanjutan sistem pendidikan sebelumnya.
3.      Pendidikan Masa Kolonial
Pada masa ini, wajah pendidikan Indonesia lebih terlihat sebagai sosok yang memperjuangkan hak pendidikan. Hal ini dikarenakan pada saat itu, sistem pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial adalah sistem pendidikan yang bersifat diskriminatif. Artinya hanya orang Belanda dan keturunannya saja yang boleh bersekolah, adapun pribumi yang dapat bersekolah merupakan pribumi yang berasal dari golongan priyayi. Adapun prakteknya sistem pendidikan pada masa kolonial lebih mengadopsi pendidikan ala Eropa.
4.      Pendidikan Masa Kini
Pendidikan abad 21 diwarnai dengan pengaruh globalisasi. Berbagai sistem pendidikan berlomba-lomba diadopsi, dikembangkan dan disesuaikan. Institusi-institusi pendidikan mulai menjamur. Namun muncul kritik dari beberapa orang seperti Ivan Illich, yang menganggap sistem pendidikan hanya berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja untuk kepentingan industri semata. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran.
Kemudian muncul sebuah ide Home Schooling, yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi formal, tapi tetap bisa dilakukan di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling adalah pola pendidikan yang dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap fenomena negatif yang umum terdapat pada institusi formal: adanya bullying, serta metode yang didaktis dan seragam.
Namun bukan berarti institusi pendidikan formal tidak menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa prestasi bukanlah angka-angka yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor. Melainkan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan kompetensi.
Jadi sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang berperan penting bagi manusia untuk kemajuan peradabannya. Hal itu berlaku pula bagi perkembangan pendidikan suatu bangsa.  Dengan mengetahui sejarah pendidikan bangsa dan  tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya seseorang akan mengetahui dan menemukan garis – garis besar yang menunjukkan  bagaimana  leluhur  suatu bangsa  melaksanakan  tugas mendidiknya, dasar – dasar pendidikan dan teori pendidikannya sehingga kita dapat menentukan teori yang tepat untuk masa kini.
Selain itu sejarah itu merupakan guru bagi raja-raja dan bangsa-bangsa, kalau ini benar maka perkembangan dan sejarah pendidikan  merupakan guru dari para pendidik dan pemimpin sekolah. Dengan kata lain cara memecahkan problem pendidikan  pada zaman dahulu merupakan sumbangan yang berarti untuk memecahkan masalah pada zaman sekarang. Siapa pun yang ingin menggeluti dunia pendidikan harus mengenal  dan menelaah peristiwa dan pengalaman yang terjadi  pada masa lampau.
C.  Pendidikan Nasional
1.  Pengertian Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Kebudayaan tersebut sarat dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui sejarah sehingga mewarnai seluruh gerak hidup suatu bangsa[8].
b. Visi dan Misi Pendidikan Nasional 
VISI
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan Kamil/Insan Paripu)
MISI
Ø  Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
Ø  Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 
Ø  Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
Ø  Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;
Ø  Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.[9]
D.  Pendidikan Internasional
Definisi UNESCO tentang pendidikan internasional menekankan kepada pendidikan bagi perdamaian, hak azasi dan demokrasi (UNESCO 1974). Definisi inii dipertegas dengan adanya deklarasi pada konferensi internasional dalam hal pendidikan (ICE), Geneva, 1994 dan disokong oleh konferensi umum UNESCO di Paris tahun berikutnya. ICE dikelola oleh Biro Pendidikan Internasional (UNESCO) dan mengajak serta Menteri Pendidikan dari seluruh Negara. Tujuan dari pendidikan internasional ini diperkenalkan dengan deklarasi ini (UNESCO, 1996, p. 90) untuk mengembangkan :
Ø  Nilai yang universal bagi adanya budaya perdamaian,
Ø  Kemampuan untuk menghargai kebebasan dan tanggung jawab warganegara yang ada didalamnya,
Ø  Pemahaman antar budaya yang mendorong pemersatuan ide dan solusi untuk memperkuat perdamaian.
Ø  Kemampuan untuk memecahkan konflik tanpa kekerasan,
Ø  Kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan,
Ø  Menghargai warisan budaya dan pemeliharaan lingkungan,
Ø  Rasa solidaritas dan keadilan pada tingkat nasional dan internasional.[10]
Apa yang ingin dicapai oleh pendidikan internasional  ternyata sejalan dengan pemikiran bangsa Indonesia. Pada Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 terungkap pandangan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan, perikemanusiaan, dan perikeadilan bagi semua bangsa. Demikian pula pada GBHN Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tercermin kembali usaha bangsa Indonesia untuk ikut  melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial.[11]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adanya  kaitan yang sangat erat antara perbandingan pendidikan, sejarah pendidikan, pendidikan nasional, dan pendidikan Internasional. Dengan menggunakan ilmu perbandingan pendidikan sebagai alat untuk mempelajari ketiga variabel di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan nasional lahir dari sejarah pendidikan di masa lampau, dan perkembangan  pendidikan masa kini yang dintaranya  dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan internasional dimana nilai-nilai yang ada didalamnya  sesuai dengan pemikiran bangsa Indonesia.
Tujuan dari mempelajari Perbandingan Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Pendidikan Nasional, Pendidikan Internasional bagi bangsa Indonesia adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya.  Dari tujuan tersebut diharapkan  pelaksanaan pendidikan di  Indonesia  menghasilkan peserta didik yang memiliki kualitas SDM yang mantap.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam.1983.Sejarah pendidikan. Andi Offset : Yogyakarta
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo.2005. Pengantar Pendidikan.Rineka Cipta : Jakarta
Mangun Pranoto, Sarino dkk.1983.Pendidikan Ditinjau Kembali.Nur Cahaya : Yogyakarta


 



[2] Ibid
[3] ibid
[4]ibid
[5] ibid
[7] (Schrieke, 1957: 237; Pigeaud, 1962, IV: 484—5; Munandar 1990: 310—311)
[8] Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan.Rineka Cipta : Jakarta. .2005
[9] www.google.com.search/diknas
[10] http://chjourney.blogspot.com/2008/09/apa-itu-pendidikan-internasional.html
[11] Mangun Pranoto, Sarino dkk. Pendidikan Ditinjau Kembali.Nur Cahaya : Yogyakarta. 1983

Tidak ada komentar:

Posting Komentar