BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk
membina keperibadianya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar
anak menjadi dewasa.[1]
Menurut Langeveld dalam Tohirin, pendidikan adalah setiap usaha,pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan orang dewasa kepada anak itu untuk
pendewasaan anak itu.[2]
Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha sadar untuk mengembangkan keperibadian individu (siswa).[3]Pendidikan
bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan muthlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.[4]
Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan
bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap
perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek keperibadian manusia.[5] Lebih
lanjut beliau menjelaskan, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia.
Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.[6]
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya pendidikan merupakan suatu kebutuhan
muthlak yang harus dipenuhi oleh manusia sepanjang hidupnya. Untuk membina
keperibadian dan perkembangannya dalam kehidupan, sehingga nantinya akan mampu
mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya dengan baik dan benar,
serta dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba. Dalam upaya mendekatkan
dirinya kepada sang pencipta.
Dalam hal ini Fuad Ihsan menambahkan,
cita-cita demikian tidak akan mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak
berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses
pendidikan. Karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap
berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita
tersebut.[7]
Tujuan atau cita-cita pendidikan
sepertidisebutkan oleh S. Nasution,"Yang ingin dicapai dengan pendidikan
ditentukan oleh filsafat yang dianut oleh pemerintah, atau penguasa dalam suatu
negara. Kalau pemerintahan bertukar, dengan sendirinya tujuan pendidikan pun
berubah sama sekali”.[8] Lebih
lanjut beliau menambahkan bahwa tujuan dari pendidikan yaitu “memberi motivasi
dalam proses belajar mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai”.[9]
Jika dilihat pula dari perspektif
pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakikatnya adalah mengabdi
kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang
diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat orang yang bertakwa
disisi-Nya.[10]
Untuk mengaktualisasi tujuan tersebut,
seorang pendidik memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik
kearah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan sifat-sifat Allah sebagai
bagian dari karakteristik keperibadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam
dunia pendidikan sangat krusial. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya
mentransformasikan pengetahuan (knowledge)
belaka, akan tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (value/qimah) pada peserta didik .[11]
Sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas, bahwasanya tujuan pendidikan yang ingin dicapai itu akan memberikan
motivasi dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan
bisa tercapai jika kita tidak berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan
kemampuan diri melalui proses pendidikan.
Begitu pula jika dilihat di dalam
persfektif islam tujuan seorang muslim itu tidak lain hanyalah pengabdian
kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang dimiliki oleh seorang muslim
tersebut.
Dalam Konfrensi Pendidikan Islam pertama
di Mekkah (1977). Para ahli telah sepakat bahwa, tujuan pendidikan Islam adalah
untuk membina insan yang beriman dan bertakwa yang mengabdikan dirinya hanya
kepada Allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan Syari’ah serta
memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak Islam.[12]
Sekolah Dasar Negeri 4 Penyagun
merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang telah menetapkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang
wajib diikuti oleh semua siswa.
Pendidikan
agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah: Pendidikan agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.[13]
Sedangkan
menurut Ahmad Tafsir, dalam www.google.com Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing ),
terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari ( being ).[14]
Dari
pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan
mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan
Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas
keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.
Pendidikan
agama Islam meliputi berbagai bidang studi, sebagaimana yang ditetapkan dalam
kurikulum masing-masing jenis dan tingkat pendidikan, yaitu Al-Qur’anul Karim,
hadist, akidah, ibadah, sejarah, akhlak, dan pengetahuan lainnya.[15]
Studi ini berkaitan dengan Strategi
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri 4 Penyagun kelas V. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran Maka seorang guru harus memiliki strategi yang baik. Hal ini
disebabkan strategi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa.
Studi ini memfokuskan pada Strategi
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa yang diterapkan di SD Negeri 4
Penyagun kelas V. Nana Sudjana dalam Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, bahwa
Strategi Pengajaran adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pengajaran yang
efektif dan efesien.[16]
Studi ini perlu dilakukan mengingat mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bekal pengetahuan dan kemampuan
mengamalkan ajaran Islam dalam aspek kehidupan, baik beribadah dan bertakwa
kepada Allah SWT. serta menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan Islam juga berusaha merealisasikan misi agama Islam dalam tiap
pribadi manusia, yaitu menjadikan manusia sejahtera dan bahagia dalam cita
Islam.[17]
Penelitian tentang agama Islam sangatlah
penting dilakukan, hal ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan, wawasan dan
prinsip-prinsip menjalankan hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungannya. Selain itu, banyaknya
persoalan-persoalan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 4
Penyagun. Sehingga mendorong penulis untuk melakukan kajian ini.
Berdasarkan pemaparan di atas
menunjukkan bahwa khusus penelitian terhadap implementasi strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran agama islam di SD Negeri 4
Penyagun belum pernah diteliti atau dilakukan orang lain. Atas alasan itulah
peneliti tertarik untuk melakukan kajian ini dengan memfokuskan pada topik
seperti tersebut di atas.
Berdasarkan pengamatan awal (studi
pendahuluan) penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Ada sebagian siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru
2. Guru jarang membuat variasi dalam
mengajar
3. Siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran
4. Masih ada siswa yang hanya bersikap
tidak acuh saat pembelajaran berlangsung
Dari gejala-gejala di atas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Strategi
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri 4 Kelas V desa Penyagun Kecamatan Rangsang”
B.
Alasan Memilih Judul
Adapun alasan peneliti
memilih judul di atas adalah:
1. Persoalan-persoalan yang dikaji dalam
penelitian ini sesuai dengan bidang ilmu yang penulis pelajari, yaitu
Pendidikan Agama Islam.
2. Persoalan ini perlu diteliti karena
strategi pembelajaran perlu diperhatikan oleh setiap guru untuk meningkatkan
hasil belajar
3. Masalah-masalah yang dikaji dalam judul
di atas, penulis mampu untuk menelitinya.
4. Lokasi penelitian ini masih terjangkau
oleh peneliti untuk melakukan penelitian.
C.
Penegasan Istilah
Untuk menghindari
kesalahan dalam memahami judul penelitian ini. maka perlu adanya penegasan
istilah, beberapa istilah yang terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi
Implementasi
berasal dari bahasa Inggris. asal katanya adalah implementation,
yang berarti pelaksanaan atau implementasi.[18]Menurut
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.[19]
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern, implementasi juga diartikan
dengan pelaksanaan atau penerapan.[20]
Dalam
penelitian ini implementasi diartikan sebagai suatu pelaksanaan yang berkaitan
dengan penerapan dalam suatu kegiatan tertentu.
2. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa
latin strategia, yang diartikan
sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.[21]Sedangkan
menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya, strategi diartikan sebagaia plan, method, or series activities
designed to achieves a psrticular educationa goal. Yang berarti strategi
itu merupakan sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[22]
Joni
dalam Hamdani, juga memberikan pengertian tentang strategi. Menurut beliau strategi
adalah “suatu prosedur yang digunakan untuk memberi suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran”.[23]
Berdasarkan
pengertian di atas, strategi dalam kajian ini diartikan sebagai suatu perencanaan
oleh seseorang atau sekelompok orang yang berisi tentang serangkaian kegiatan
dalam mencapai target yang dicanangkan.
3. Pembelajaran
Pembelajaran
asal katanya adalah belajar, dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern belajar adalah
berusaha atau berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.[24]
Sedangkan menurut Slameto,belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.[25]
Senada
dengan Slameto, Sardiman, A.M juga mendefinisikan belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.[26]
Pembelajaran
merupakan suatu usaha agar dengan kemauannya sendiri seseorang dapat belajar,
dan menjadikannya kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan.[27]Dengan
keadaan seperti inilah, maka akan terciptanya keadaan masyarakat belajar.
Lebih
lanjut Hamzah B. Uno mendefenisikan bahwa “Pembelajaran adalah suatu upaya
mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat, membelajarkan siswa”.[28]
Dengan kata yang lebih halus bahwasanya pembelajaran merupakan suatu upaya
untuk mengikutsertakan, membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar.
Dari
penjelasan di atas pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu
usaha atau upaya untuk melakukan perubahan tingkah laku seseorang atau siswa
dengan proses belajar. Yang mana perubahan tersebut dilakukan dengan berbagai
cara seperti membaca, melihat, mengamati, meniru dan lain sebagainya. agar
tertanam dalam dirinya tentang pentingnya proses belajar, dan menjadikannya
sebuah kebutuhan hidup sepanjang hayat.
4. Strategi Pembelajaran
Menurut
Kemp dalam Wina Sanjaya, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.[29]
Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran
yang dipilih dan digunakan secara konstektual, sesuai dengan karakteristik
siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran
yang dirumuskan.[30]
Senada
dengan hal itu Dick and Carey dalam Wina Sanjaya juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[31]
Strategi
pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini ialah suatu set materi yang berisi
tentang pola kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa secara
bersama untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien pada siswa
yang seseuai dengan karakter dan lingkungan dimana sekolah itu berada.
5. Berorientasi
Berorientasi
asal katanya ialah “orientasi”, yang diberikan imbuhan “ber” di depan katanya. Menurut
Kamus Pintar Bahasa Indonesia, orientasi diartikan dengan prihal atau mencari
pedoman.[32]
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern, orientasi diartikan dengan
peninjauan atau melihat-lihat.[33]
Yang
penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah berorientasi yang berkaitan
dengan berkumpul dan bersama-sama dalam suatu pedoman pembelajaran, agar siswa aktif
di dalam proses pembelajaran.
6. Aktivitas Siswa
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan.[34]
Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia Modern, aktivitas ialah kegiatan
kesibukan atau keaktifan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan
dalam tiap bagian di dalam perusahaan.[35]
Siswa adalah pelajar atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar di sebuah lembaga pendidikan.[36]
Jadi, aktivitas siswa ialah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok pelajar di
sebuah lembaga pendidikan.
7. Pendidikan Agama Islam
Oemar Muhammad al-Toumy dalam Tohirin
menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam diartikan sebagai suatu usaha mengubah
tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar
melalui proses kependidikan.[37]
Dengan demikian pendidikan agama Islam
dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berisikan pedoman atau aturan
bagi umat islam dalam bertingkah laku.
D.
Permasalahan
Adapun
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan strategi berorientasi
aktivitas siswa jarang dilakukan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran cendrung tidak kondusif,
2. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran belum diidentifikasi oleh guru.
1. Identifikasi Masalah
Sebagai mana yang telah dipaparkan dalam
latar belakang, bahwa persoalan pokok dalam kajian ini adalah imflementasi
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam. Berdasarkan persoalan pokok tersebut, maka persoalan-persoalan
yang terkait dalam kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Siswa bersikap tidak sungguh-sungguh
dalam mengikuti pembelajaran
b. Guru kurang variatif dalam menerapkan
strategi pembelajaran
c. Kurangnya Strategi guru dalam
membangkitkan aktivitas siswa, dalam proses pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya persoalan-persoalan
yang terkait dengan kajian ini, maka penulis memfokuskan pada implementasi
strategi pembelajaran yang berorientasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam
di SD Negeri 4 Kelas V.
3. Rumusan Masalah
Relevan dengan masalah di atas, masalah
dalam kajian ini adalah: Bagaimana implementasi strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD
Negeri 4 Penyagun di kelas V?
E.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara ilmiah dan
sistematis tentang implementasi strategi pembelajaran berorientasi terhadap
aktivitas siswa di SD Negeri 4 kelas V(lima) di Penyagun kecamatan Rangsang
dalam proses pembelajaran.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Sebagai imformasi bagi SD Negeri 04
Penyagun tentang Strategi Berorientasi Aktivitas Siswa
b. Sebagai imformasi bagi jurursan
pendidikan agama Islam fakultas tarbiyah di STAI Nurul Hidayah Selatpanjang
tentang Strategi Berorientasi Aktivitas Siswa
c. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan
dan akademik bagi penulis
d. Sebagai peningkatan mutu bagi guru dalam
menerapkan menyampaikan materi.
F.
Sistematika Penulisan
Laporan penilitian ini akan ditulis dalam
lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab
I Pendahuluan; yang terdiri atas: latar belakang masalah, alasan memilih judul,
penegasan istilah, permasalahan(identifikasi,batasan dan rumusan masalah),
tujuan dan kegunaan penelitian.
Bab II kerangka teoritis
dan konsep operasional yang mengemukakan tentang: pengertian strategi
pembelajaran, jenis-jenis strategi pembelajaran, pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa, konsep dan tujuan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, manfaat
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, kadar pembelajaran berorientasi
aktifitas siswa, implementasi strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran PAI, kelebihan dan kekurangan
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa,peran guru dalam
implementasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, dan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, serta
penelitian yang relevan.
Bab
III metode penelitian yang membahas tentang: lokasi dan waktu penelitian,
subyek dan obyek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
Bab
IV penyajian data dan analisa yang membahas tentang: deskripsi umum SD Negeri
Penyagun, penyajian data dan analisa data.
Bab
V penutup yang meliputi kesimpulan dansaran-saran. Pada bagian akhir laporan
penelitian ini dikemukakan daftar dan lampiran.
BAB II
KERANGKA
TEORITIS DAN KONSEP OPERASIONAL
A.
Kerangka Teoritis
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Adapun landasan kajian
ini adalah tentang strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Kata strategi
berasal dari bahasa latin strategia, yang
diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.[38]
Pada mulanya istilah
strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang
berperan dalam mengatur strategi, untuk memenangkanpeperangan sebelum melakukan
suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya
baik dari kuantitas maupun kualitas. Misalnya kemampuan setiap personil, jumlah
dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya dan lain sebagainya.[39]
Dalam dunia pendidikan,
seperti yang diungkapkan oleh J.R. David dalam Wina Sanjaya, strategi diartikan
sebagai a plan, method, or series activities
designed to achieves a particular educationa goal.[40]
Berdasarkan pengertian tersebut, berarti strategi itu merupakan sebuah
perencanaan, metode dan juga pendekatan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang disusun (didesain) untuk mencapai tujuan dari jenjang pendidikan tertentu[41].
Pembelajaran, yang kata
dasarnya adalah belajar. Secara sederhana, Anthony Robins dalam Trianto,
belajar merupakan sebagai proses menciptakan hubungan antara suatu
(pengetahuan) yang sudah dipahami dan suatu pengetahuan yang baru.[42]
Sedangkan menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[43]
Ahli pendidikan modern
merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.[44]Ernest
R. Hilgard dalam Zainal Asril, menyatakan bahwa Learning is a process by an activity originaties or changed through
training procedures (whether is laboratory or in the natural environment) as
distinguishedfrom changes by factor not attribu able to training[45].
Perubahan dan kemampuan
untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat
berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari
kemandegan fungsinya sebagai khalifah tuhan di muka bumi. Karena kemampuan
berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas mengeksplorasi,
memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.[46]
Untuk mewujudkan fungsi
manusia sebagai khalifah tersebut, di dalam proses pembelajaran perlu
dirumuskan tujuan-tujuan dari pembelajaran tersebut pula. Seperti yang di
kemukakan Wina Sanjaya, beliau menyebutkan bahwasanya tujuan pembelajaran dapat
digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas
dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar. Sekaitan dengan
itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang
harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.[47]
Berangkat
dari pengertian belajar diatas berarti pembelajaran adalah suatu usaha atau
upaya untuk melakukan perubahan tingkah laku seseorang atau siswa dengan proses
belajar. Yang mana perubahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti
membaca, melihat, mengamati, meniru dan lain sebagainya. agar tertanam dalam
dirinya tentang pentingnya proses belajar, dan menjadikannya sebuah kebutuhan
hidup sepanjang hayat.
Perubahan
tingkah laku dan kemampuan seseorang atau siswa melalui proses belajar tersebut
sehingga membuat manusia itu mampu berkembang dan dapat menjalankan salah satu
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Para
ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara atau sistem
pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem yang menarik perhatian
akhir-akhir ini adalah : enquiry-discovery
approach, expository approach, mastery learning dan humanistic education.[48]
a.
Enqiry-Discovery Lerarning
Enqiry-discovery
lerarning adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran
tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang umtuk mencari dan
menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah.[49]
b. Ekspository
Learning
Ekspository learning, dalam
sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,
sistematis dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya
saja secara tertib dan teratur.[50]
c. Mastery
Learning
Dalam
kegiatan mastery learning ini guru
harus dapat mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak
didik ke arah tercapainaya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang
diberikan.[51]
d. Humanistic
Education
Karakteristik
pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya jangan terlalu membuat jarak
terlalu tajam dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber
atau konsultan yang berbicara. Taraf akhir dari proses belajar mengajar menurut
pandangan ini adalah self actualization seoptimal
mungkin dari setiap anak didik.[52]
Jadi, di dalam
mengimplementasikan pembelajaran di kelas, berbagai sistem belajar mengajar
yang bisa kita terapkan, diantaranya: enquiry-discovery
approach, expository approach, mastery learning dan humanistic education. Semua strategi ini bisa diterapkan oleh guru dalam
konsep strategi berorientasi aktivitas siswa, yang mana menghendaki keaktifan
siswa dalam proses belajar, akan tetapi tidak mengurangi dari kemampuan guru
dalam menguasai kelas dan membuat suasana pembelajaran tidak fakum, nyaman dan
kondusif.
Slameto menjelaskan,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.[53]
Selain faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar, penulis juga
akan memaparkan tentang faktor-faktor penunjang keberhasilan pembelajaran
yaitu: (1). Kemampuan guru dalam membuka pembelajaran, (2). Kemampuan guru
dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, (3). Kemampuan guru melakukan
penilaian pembelajaran, kemampuan guru menutup pembelajaran, dan (5). Faktor
penunjang lainnya.[54]
Faktor-faktor penunjang tersebut antara lain:
1) Kemampuan guru menggunakan bahasa secara
jelas dan mudah dipahami siswa.
2) Sikap yang baik, santun dan menghargai
siswa.
3) Kemampuan mengorganisasi waktu yang
sesuai dengan alokasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
4) Cara berbusana dan berdandan yang sopan
sesuai dengan norma yang berlaku.[55]
Di dalam proses
Pembelajaran, ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh seorang guru. Tiga
faktor ini memiliki posisi strategis guna membawa siswa dapat mencapai satu
tahapan yang mampu melakukan perubahan prilaku. Ketiga faktor yang dimaksud
yaitu, metode evaluasi, cara belajar dan tujuan Pembelajaran.[56]
Sedangkan Strategi Pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua
sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.[57]
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kemp dalam Wina Sanjaya, strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[58] Senada
dengan itu Reigeluth dalam Made wena,
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda dan di bawah kondisi
yang berbeda.[59]
Hal
ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu set materi yang
berisi tentang pola kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa
secara bersama untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien pada
siswa yang sesuai dengan karakter dan lingkungan dimana siswa dan sekolah itu
berada.
Ada dua hal yang patut
kita cermati dari pengertian di atas:
Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk menggunakan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.[60] Ini
berarti penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan pengaflikasian
sebuah kegiatan pembelajaran.
Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.[61] Ini
berarti di dalam penyusunan sebuah strategi pembelajaran semua aspek harus
mengarah kepada pencapaian tujuan dari strategi pembelajaran tersebut.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi
pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree dalam Wina Sanjaya, beliau
mengelompokkan kedalam strategi penyampaian-penemuan atau exsposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok
dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual
learning.[62]
a. Strategi Penyampaian-penemuan atau Exsposition-discovery Learning
Dalam
strategi exposition, bahan pelajaran
disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai
bahan tersebut. Roy Killen dalam Wina Sanjaya menyebutkan dengan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction).[63]
Dikatakan
strategi pembelajaran langsung, karena dalam strategi ini materi pelajaran
disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya.
Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam
strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai imformasi.[64]
Berbeda
dengan strategi discovery. Dalam
strategi ini bahan dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai
aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing
bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan
strategi pembelajaran tidak langsung.[65]
b.
Strategi
Pembelajaran Kelompok dan Strategi Pembelajaran Individual atau Groups-individual
Learning.
Strategi
belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan
dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu
siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya
didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah
belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.[66]
Berbeda
dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara
beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk
belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran
klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak
memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh
karena itu belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan
tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja,
sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi.[67]
Selain
strategi yang telah dikemukakan oleh Rowntree,
Burdon dan Byrd dalam Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, juga
mengelompokkan strategi pembelajaran menjadi Strategi deduktif-induktif dan
Strategi ekspositori langsung dan belajar tuntas.[68]
a. Strategi Deduktif-induktif
Strategi
pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari
ilustrasi-ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal
yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini
sering disebut juga strategi dari umum ke khusus. Sebaliknya strategi induktif,
pada strategi ini bahan yang dipelajari mulai dari hal-hal yang konkrit atau
contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan dengan materi yang
kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari
khusus ke umum.[69]
b. Strategi Ekspositori Langsung dan
Belajar Tuntas
Strategi
ekspositori langsung, guru menstruktur pelajaran dengan maju secara urut. Guru
dengan cermat mengontrol materi dan keterampilan yang dipelajari. Pada umumnya,
dengan strategi ekspositori langsung, guru menyampaikan keterampilan dan
konsep-konsep baru dalam waktu yang relatif singkat. Strategi pembelajaran
langsung berpusat pada materi dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara
jelas kepada kepada siswa. Guru memonitor pemahaman siswa dan memberikan
balikan terhadap penampilan mereka.[70]
Strategi
belajar tuntas didasari pada keyakinan bahwa semua siswa dapat menuntaskan
bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran disiapkan untuk itu.
Kondisi-kondisi tersebut meliputi siswa diberi waktu belajar yang cukup, ada
balikan untuk penampilannya, program pembelajaran individual, berkaitan dengan
porsi materi yang tak dikuasai pada pembelajaran awal, dan kesempatan menunjukkan
ketuntasan setelah mendapat remediasi.[71]
Dari
berbagai pendapat di atas, yang sesuai dengan konsep strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa yang menjadi kosentrasi penulis di dalam kajian
ini ialah Strategi ekspositori langsung dan strategi discovery. Dari kedua strategi ini menunjukkan bahwa di dalam
proses pembelajaran di butuhkan keaktifan siswa.
Di
dalam strategi ekspositori langsung ini, setelah guru menyampaikan bahan ajar
kepada siswa secara jelas, kemudian guru juga akan memonitor sejauh mana
pemahaman siswa dengan materi tersebut dan memberikan umpan balik terhadap yang
disampaikan guru tersebut. Guru juga memberi penguatan atas respon siswa yang
benar dan menyediakan waktu umpan balik kepada siswa yang lain untuk memberi
penguatan dan tanggapan.
Selain
siswa disediakan materi dan bahan ajar secara jelas, siswa juga harus
dihadapkan dengan bahan pelajaaran dan contoh masalah yang menjadi tofik dari pelajaran mereka,
seperti dalam Strategi discovery ini
siswa mencari contoh-contoh masalah melalui berbagai aktivitas, sehingga guru
hanya memfasilitasi dan membimbing siswa.
3. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa
Sebelum
membahas tentang strategi pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa, ada baiknya kita memahami
pengertian strategi, metode dan pendekatan pada pembelajaran terlebih
dahulu.Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu kita cermati.Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Artinya, arah dari semua penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan.Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.[72]
Strategi Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa merupakan system pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.Artinya pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas
siswa.Siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif.Akan tetapi, siswa
merupakan organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk berkembang.Mereka
adalah individu yang memiliki potensi. Dalam pelaksanaannya, strategi ini menerapkan pembelajaran dimana siswa
aktif dalam setiap proses pembelajaran baik itu dalam mencari informasi serta
menjadi sumber belajar. Keaktivan disini dinilai tidak hanya kektivan
secara fisik. Akan tetapi, keaktivan pengetahuan dan berfikirnya juga dikembangkan.[73]
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, merupakan suatu fenomena, terlepas
dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Fenomena
adanya cara belajar aktifitas secara factual, dapat meningkatkan kadar
keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar
mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat
konservatif para guru pada umumnya.[74]
Strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa merupakan
salah satu upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia. Adanya pembaharuan
pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara
lain :
a. Masalah
pemerataan pendidikan
b. Masalah
relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
c. Masalah
kualitas/mutu pendidikan
d. Masalah
efisiensi pendidikan.[75]
Keempat masalah itu, masing-masing tidak berdiri sendiri
melainkan berkaitan satu sama lain.[76]Ada
beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang
Pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju
kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh
karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi
mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: bahwa
anak didik bukanlah objek yang harus dijajali dengan imformasi, tetapi mereka
adalah subjek dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik itu. Ketiga, asumsi tentang guru, bahwasanya guru memiliki peran
sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator dalam belajar yang memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran, bahwasanya
inti dari proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara
optimal.[77]
Dari paparan konsep di
atas, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan yang ditawarkan oleh pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa (PBAS) ini berbeda dengan proses pembelajaran yang
kita kenal selama ini.
Selama ini kita hanya
melihat proses pembelajaran banyak diarahkan kepada proses menghafal imformasi
yang disampaikan guru. Ukuran keberhasilan siswa pun hanya pada sejauh mana
siswa mampu menguasai pelajaran. Tidak peduli apakah materi yang dihafal
tersebut apakah sesuai dengan perkembangan potensi atau tidak, yang terpenting
saat ditanyakan guru atau diberikan soal oleh guru, siswa tersebut dapat mengungkapkan
kembali dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Hal ini dapat juga kita
lihat pada mata pelajaran Agama dan Pkn, seharusnya pada pelajaran ini siswa
dituntut dan diarahkan pada proses pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam
kehidupan sebagai bekal di dalam pergaulan sehari di lingkungan masyarakat yang
sesuai dengan aturan-aturan dan norma yang berlaku. Pada kedua mata pelajaran
ini tidak perlu terlalu difokuskan pada pengembangan intelektual siswa dengan
menghafal materi pelajaran tersebut.
Oleh karena itu, di
dalam konsep pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini telah termuat
beberapa asumsi yang dapat menjadi acuan bagi guru dan pakar pendidikan dalam mengembangkan
pendidikan, diantaranya:
1) Bahwasanya proses pendidikan bukan hanya mengembangkan
intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.
2) Bahwasanya anak didik bukanlah objek
yang harus dijajali dengan imformasi, tetapi mereka adalah subjek dan proses
pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki oleh anak didik tersebut.
3) Bahwasanya guru memiliki peran sebagai
sumber belajar, pemimpin (organisator dalam belajar yang memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar
4) Bahawasanya inti dari proses pengajaran
adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.
Terlepas dari beberapa
asumsi yang telah disebut diatas, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini
muncul sebagai upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mana
menghendaki adanya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
Dan jugaadanya pembaharuan pendidikan,
didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara lain :
a) Masalah
pemerataan pendidikan
b) Masalah
relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
c) Masalah
kualitas/mutu pendidikan
d) Masalah
efisiensi pendidikan.
4. Konsep dan Tujuan Strategi Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil
belajar berupa perpaduan kognitif, afektif dan psikomotor seimbang.[78]
Sedangkan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa bertujuan: Pertama,pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa (PBAS) menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal,
artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk
emosional dan aktivitas intelektual. Kedua,
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) menghendaki hasil belajar
yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor).[79]
Jadi, dapat diketahui
bahwa konsep dan tujuan yang dimaksud dalam PBAS ini ialah untukmeningkatkan
kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, danmengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki oleh siswa secara optimal dan seimbang, baik dari aspek
intelektual (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor).
5.
Manfaat
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Manfaat dari PBAS adalah untuk merangsang aktifitas belajar
peserta didik, di mana hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai
tingkat penguasaan, para siswa belajar dengan teknik menghapal apa yang dicatat
dari penjelasan guru atau dari buku-buku, sumber belajar juga pada umumnya
terbatas pada guru, dan selain itu, guru dalam belajar kurang merangsang
aktifitas belajar peserta didik secara optimal, dan tidak jarang dijumpai
penguasan dan keterampilan yang kurang kondisi belajar mengajar yang diciptakan
dan disediakan oleh guru untuk peserta didik kurang menunjang. Dan peserta
didik sendiri tenggelam di dalam lingkungan belajar yang kurang merangsang
aktifitas belajar yang optimal. Maka PBAS lahir untuk merangsang aktifitas
belajar siswa. Selain itu dalam PBAS proses pembelajaran melibatkan mental
peserta didik, maka dengan PBAS dapat menambah tinggi bobot aktifitas mental
dalam belajar.[80]
Dengan kata lain bahwasanya strategi pembelajaran aktivitas
siswa dapat memacu dan memberikan rangsangan terhadap munculnya aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Selain itu juga dengan menerapkan pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa ini juga kita secara tidak langsung telah
melibatkan mental peserta didik yang nantinya dapat menambah bobot aktivitas
siswa tersebut dalam belajar.
6. Kadar
Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa
Kadar pembelajaran berorientasi aktifitas siswa tidak hanya
ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh
aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu,
sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa yang
mengetahui secara pasti. Tidak dapat dipastikan bahwa siswa yang diam
mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak pembelajaran berorientasi aktifitas
siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu juga siswa yang secara fisik aktif
memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.[81]
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui
apakah suatau proses pembelajaran memliki kadar PBAS yang tinggi, sedang, atau
lemah. Dapat kita lihat dari kriteria dan penerapan PBAS dalam proses
pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa
dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran
maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat
dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.[82]
Dari paparan di atas berarti strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa dalam menilai keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran tidak bisa ditentukan dari aktivitas fisik semata, akan tetapi
harus dipertimbangkan juga pada aktivitas non fisik seperti mental, emosional
dan intelektual.
Dan salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam menilai
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ialah
dengan melihat sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi
hasil pembelajaran.
7. Implementasi Strategi Pembelajaran
Berorientasi Aktivitas Siswa Pada Mata pelajaran PAI
Dalam kegiatan belajar mengajar, penerapan PBAS dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi,
memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
Penerapan PBAS dapat dilakukan pada semua mata pelajaran yang menginginkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga tidak terkecuali
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Keaktifan siswa itu ada yang
secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa
diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.[83]
Upaya untuk mengimplementasikan
rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata pada mata pelajaran PAI, dan agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka tahapan inilah yang
dinamakan dengan metode.Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi
pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, dalam melaksanakan strategi PBAS pada mata
pelajaran PAI ini bisa digunakan metode diskusi dan
pemecahan masalah, tanya jawab, demonstrasi, bermain peran, pengalaman
lapangan dan lain sebagainya.[84]
Dengan demikian dapat diketahui
bahwa implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam (PAI)
ialah dengan cara melakukan berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan,
berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain
sebagainya.
8. Kelebihan dan Kekurangan Strategi
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan peserta
didik ini contohnya sangat banyak, seperti diskusi, tanya jawab, penugasan,
experiment,dan lain sebagainya. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
yakni sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Metode
ini dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, dan dapat mengembangkan
berbagai aspek peseta didik yakni aspek kognotif, afektif, dan psikomotor.
b. Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
c. Peserta
didik akan mempunyai kesempatan banyak dalam mengembangkan dan membangun
pengetahuannnya.
d. Pembelajaran
yang dilakukan lebih kontekstual.
e. Peserta didik akan mempunyai sifat kooperatif, kolaboratif, serta
suportif.
f. Akan
terkembangnya karakter peserta didik (life-long learning).
g. Pemanfaatan
teknologi informasi yang efektif dan efisien.
h. Kualitas
lulusan akan lebih kreatif, inovatif, dan selalu memecahkan masalah tidak
secara tekstual melainkan secara kontekstual
i.
Memberikan rasa percaya diri bagi
peserta didik yang mempunyai kekurangan dalam akademis serta memiliki rasa
kepemimpinan, kemandirian, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi
dan bekerja dalam tim.
j.Peserta didik dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh
pengalaman langsung
Kekurangan :
a. Peserta
didik kurang mendapat arahan dari pengajar, sehinggga bagian-bagian yang
penting kurang diketahui.
b. Terganggunya
peserta didik yang bersifat pasif.
c. Menggunakan
waktu yang cukup banyak.[85]
9. Peran Guru dalam Implementasi
pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Dalam proses
belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung
jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu
proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan
salah satu dariberbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang
dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.[86]
Secara
lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
a. Mendidik dengan titik berat memberikan
arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang;
b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan
melalui pengalaman belajar yang memadai;
c. Membantu perkembangan aspek-aspek
peribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Demikianlah dalam
proses belajar-mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan
akan lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan
keperibadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian
rupa sehingga merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.[87]
Sedangkan dalam implementasi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mempasilitasi siswa
belajar. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa menuntut guru untuk kreatif dan
inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarkannya dengan gaya dan
karakteristik belajar siswa.[88]
Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya sekadar
menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas, akan tetapi yang lebih penting
dari itu, guru mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perkembangan
keperibadian siswa. Begitu juga dalam
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, guru bukanlah sebagai satu-satunya
sumber belajar bagi siswa, akan tetapi yang lebih penting ialah bagaimana guru
bisa mempasilitasi siswa dalam belajar, dan sistem pembelajarannya juga sesuai
dengan karakteristik belajar siswa.
10.
Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Menurut Wina Sanjaya
dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa, yaitu: faktor guru dan sarana belajar.[89]
a.
Guru
Guru adalah tenaga
pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan
keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang
cerdas.[90]
Ada beberapa hal yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dipandang
dari sudut guru, yaitu: kemampuan guru, sikap propesional guru, latar belakang
pendidikan dan pengalaman mengajar.[91]
1) Kemampuan guru merupakan faktor pertama
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Guru yang memiliki kemampuan
yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif
yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan
baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.
2) Sikap profesional guru berhubungan
dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang
profesional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak
akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
3) Latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi PBAS. Dengan latar
belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas
terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi
anak, pemehaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman
tentang berbagai model, dan metode pembelajaran. Demikian juga halnya dengan
pengalaman mengajar. Guru yang telah memiliki jam terbang mrngajar yang tinggi
memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran.[92]
Dengan demikian,
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa salah satunya sangat ditentukan oleh faktor guru,
seperti kemampuan guru dalam menguasai materi, sikap profesional guru dan latar
belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru tersebut. Jika guru tidak memiliki
kemampuan dan dedikasi yang tinggi dalam mengajar, maka akan sulit bagi seorang
guru untuk bersikap kreatif dan inofativ di dalam mendesain pembelajaran.
Begitu juga dengan sikap profesional guru. Guru yang profesional akan mampu
memotivasi siswanya untuk selalu aktif di dalam proses pembelajaran. Selain
sikap profesional guru, latar belakang pendidikan seorang guru tersebut juga
harus di perhitungkan. Dengan latar pendidikan yang sesuai dengan spesifikasi
yang diajarkannya, seorang guru akan lebih menguasai bahan ajar yang akan di
sampaikan di dalam kelas.
Agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, seornang guru juga harus
mampu menguasai dan mampu melihat serta mengerti tentang karakter anak dan
psikologis anak didik yang kita ajarkan.
b.
Sarana
Belajar
Keberhasilan implementasi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Juga dapat dipengaruhi oleh ketersedian sarana belajar. Yang termasuk
ketersediaan sarana itu meliputi ruang kelas dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar.[93]
1) Ruang kelas merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit
misalnya, akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga
halnya dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa ada
gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai, dan sebagainya akan
membuat siswa cepat lelah dan tidak bergairah dalam belajar.
2) Media dan sumber belajar, melalui PBAS
siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber imformasi secara mandiri,
baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain;
atau dari media elektronik seperti radio, televisi, film slide, video, komputer atau mungkin internet.
3) Lingkungan belajar merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang termasuk kedalam
faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis.[94]
Jadi,
faktor keberhasilan penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa jika
dipandang dari sudut guru dapat dilihat dari kondisi ruang kelas, penggunaan
media pembelajaran, dan terciptanya lingkungan belajar. Jika menghendaki siswa
aktiv dalam belajar, seorang guru harus mampu menata ruang kelas dengan sebaik
mungkin, seperti letak tempat duduk harus selalu dinamis sehingga siswa merasa
terus ada perubahan dan merasa selalu ada inovasi baru.
Selain
ruangan kelas, media dan sumber belajar juga harus diperhitungkan dalam
pendekatan PBAS, karena keberhasilan penerapan strategi ini sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan dan pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar. Begitu
juga dengan lingkungan belajar, jika lingkungan belajar terasa nyaman dan
kondusif, maka akan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar.
Berdasarkan dari paparan-paparan di atas,
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa di dalam menerapkannaya di
perlukan peran aktif dari semua pihak, baik dari aspek guru, siswa, sarana
belajar, sumber belajar maupun lingkungan belajar itu sendiri. Di dalam
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa juga di dalam mengimplementasikannya,
selain menuntut keaktifan siswa, sangat dibutuhkan pendekatan-pendekatan dan
sistem belajar mengajar yang menginginkan peran aktif dari seorang guru
(pendidik) dalam memotivasi dan memberikan respon positif agar siswa senantiasa
aktif berfartisipasi di dalam proses pembelajaran.
B.
Penelitian yang Relevan
Penelitian
tentang implementasi pembelajaran sudah pernah dilakukan orang diantaranya
Suprizal (2008). Meneliti tentang Implementasi pembelajaran bidang studi
membaca al-Qur’an di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Nurul Fatah Sidomukti Desa
Sungai Cina Kecamatan Rangsang Barat. Secara khusus penelitian tentang
Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Desa Penyagun belum pernah diteliti atau
dilakukan oleh orang lain. Dikarenakan kajian ini belum pernah diteliti oleh
orang lain tersebut, maka peneliti akan melakukan kajian ini dengan memfokuskan
pada tofik seperti disebutkan di atas.
C.
Konsep Operasional
Konsep kajian ini
berkenaan dengan Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Implementasi merupakan suatu
pelaksanaan atau penerapan, dengan kata lain implementasi dalam suatu aktivitas
merupakan bentuk realisasi daripenerapan dan pelaksanaan suatu kegiatan yang
dilakukan. Sedangkan Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda, artinya proses pembelajaran
tidak semua sama dilihat dari materi yang disajikan.
Strategi pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa merupakan strategi yang menekankan kepada aktivitas siswa
secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang.
Berdasarkan konsep
tersebut yang dimaksud dengan implementasi strategi pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa yaitu penerapan dari suatu strategi pembelajaran yang mendorong
siswa untuk melakukan kegiatan secara
optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang. Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilakukan dengan berbagai langkah
atau cara seperti
mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah,
menyimak dan lain sebagainya.
Indikator Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah:
1. Guru berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung
2. Guru berusaha menciptakan suasana kelas
yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung
3. Guru memberi motivasi pada siswa agar
berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung
4. Guru memberikan kebebasan kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri.
5. Guru berusaha menguasai bahan ajar yang
disajikan kepada siswa dengan baik.
6. Guru dan siswa berinteraksi dengan baik
selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru menggunakan metode yang bervariasi
dalam proses pembelajaran.
8. Guru berusaha menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan tidak vakum.
9. Guru mengimplementasi pembelajaran
sesuai rencana program pembelajaran yang dibuat.
Implementasi strategi
pembelajran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam ini dengan indikator di atas
dapat diklasifikasikan ke dalam:
a. 76 % - 100 % : efektif
b. 49 % - 75 % : kurang efektif
c. 0 % - 48 % : tidak efektif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
berlokasi di SD Negeri 4 Penyagun. Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa
persoalan-persoalan yang diteliti ada di lokasi ini. selain dari itu, dari segi
pertimbangan waktu juga, lokasi penelitian ini dapat penulis jangkau sehingga
peneliti dapat melakukan penelitian di lokasi tersebut. Penelitian ini
dilakukan selama 4 (empat) bulan, dimulai pada tanggal 10 Juni 2012 s/d 10
November 2012.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah guru pendidikan agama Islam dan Siswa kelas V (Lima) SD Negeri 4
Penyagun, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah strategi pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa. Guru sebagai imforman utama sedangkan siswa sebagai imforman
tambahan.
C.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam yang hanya 1 orang dan murid
berjumlah 17 orang. Oleh karena itu, maka peneliti tidak melakukan penarikan
sampel.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Metode ilmiah pada
hakikatnya ialah penggabungan antara berpikir secara deduktif dengan induktif.
Jika pengajuan rumusan hipotesis dengan susah payah diturunkan dari kerangka
teoritis dan kerangka berpikir secara deduktif, maka untuk menguji hipotesis itu
dapat diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang
ada dilapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik teknik tertentu
yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya data itu dianalisis dan disimpulkan
secara induktif. Akhirnya dapat diputuskan bahwa hipotesis ditolak atau
diterima. Adapun teknik pengumpulan data tersebut terdiri atas: observasi (obsservation), wawancara (interview), angket (questionary),
dokumentasi (documentation.)[95]
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan
dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi
menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila: (1) sesuai dengan tujuan
penelitian, (2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, (3) dapat dikontrol
keandalannya (reliabilitasnya) dan
kesahihannya (validitasnya).[96]
b. Wawancara
Wawancaara ialah tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut
interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.[97] Data
yang dikumpulkan melalui wawancara umumnya adalah data verbal yang diperoleh
melalui percakapan atau tanya jawab. Oleh karena menulis hasil wawancara
memiliki banyak kelemahan dan akan sangat sulit menulis sambil melakukan
wawancara serta sulit dibedakan mana data deskriptif dan mana data hasil
tafsiran, maka selama melakukan wawancara sebaiknya menggunakan instrumen
pembantu alat perekam (tape recorder).[98]
c. Angket
Amirul Hadi dan H.
Haryono menjelaskan, yang dimaksud dengan angket ialah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak
langsung (melalui pos atau perantara).[99]
d. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan
dokumetasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan
tenaga lebih efisien, sedangkan kelemahan-kelemahannya ialah data yang diambil
dari dokumen cendrung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti
pun mengalami kesalahan dalam mengambil datanya.[100]
Dari berbagai metode
teknik pengumpulan data di atas, yang penulis gunakan dalam penelitian ini
hanyalah metode observasi dan wawancara saja. Hal ini dikarenakan kedua metode
tersebut yang sesuai dengan teknik pengumpulan data yang akan penulis sajikan
dalam penelitian ini.
Adapun data penelitian
ini dikumpulkan dengan teknik:
1. Observasi; yaitu dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap obyek kajian. Untuk melakukan pengamatan, peneliti
menyiapkan instrument berupa daftar chek list.
2. Wawancara; wawancara dilakukan dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada sebagian subyek penelitian.
Untuk melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrument pedoman wawancara.
Teknik pengumpulan
datanya dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru dan siswa kelas V (Lima) SD Negeri 4 Penyagun,
dan melakukan observasi, dengan melihat secara langsung bagaimana proses
pembelajaran berlangsung.
E.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriftif kualitafif dengan
persentase. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata dan
dipahami untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan berwujud angka-angka
diprosentasekan dan ditafsirkan. Kesimpulan data dibuat dalam bentuk
kalimat-kalimat (kualitatif). Sehingga teknik semacam ini sering di sebut deskriftif
kualitatif dengan persentase.
Untuk
melakukan analisis data di atas, digunakan statistik deskriftif kualitatif
dengan rumus :
P
=Fx100 %
Keterangan
rumus:
P = Persentase
F =
Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah
responden
BAB
IV
PENYAJIAN
DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Umum SD Negeri 4 Desa Penyagun
1.
Sejarah Berdirinya
Sekolah Dasar (SD)
Negeri 4 Desa Penyagun merupakan salah satu lembaga pendidikan umum dengan
jenjang pendidikan tingkat dasar yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan.
Perjalanan sejarah Sekolah
Dasar (SD) Negeri 4 Desa Penyagun ini seperti yang di tuturkan oleh Bpk.
Burhan(kepala dusun 01 dan alumni pertama dari SD penyagun). SD Negeri 4
Penyagun ini Merupakan salah satu dari banyak SD di kecamatan Rangsang, yang
boleh di katakan SD yang sudah cukup tua usianya, Berdiri sejak tahun 1962. Pada
awal berdirinya SD Negeri 4 Penyagun belum menjadi sekolah Negeri seperti
sekarang ini, pada mulanya hanya bernama SD Penyagun yang merupakan lokal jauh
dari SD Paibun di Selatpanjang.[101]
Berdirinya
sekolah dasar lokal jauh ini dengan nama SD Penyagun tersebut berangkat dari
kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan, bisa menulis, membaca dan
berhitung merupakan kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat pada saat itu.
Berangkat dari tiga hal tersebut dan juga adanya kebijakan dari pemerintah
kecamatan tebing tinggi, (sebelum sekarang mekar menjadi kecamatan rangsang).
Dengan mengirim seorang guru bernama Jumari ke desa penyagun. Menurut
keterangan dari bapak Burhan tersebut, sekolah dasar (SD) penyagun pertama
kalinya belum mendapat bangunan dari pemerintah seperti sekarang ini, bangunan
tempat siswa belajar di bangun atas swadaya masyarakat dan begitu juga dengan
meja dan kursi tempat mereka belajar, semuaya atas swadaya dari masyarakat yang
secara gotong royong membuatnya. Dan cara mereka belajarpun tidaklah seperti
anak-anak sekarang yang menggunakan buku dan pena, mereka dulunya hanya
menggunakan papan hitam yang terbuat dari batu kapur dan pensil. Disaat
pergantian pelajaran, maka catatan-catatan yang telah ditulis tersebut harus
dihafal dengan baik, karena catatan-catatan tersebut harus di hapus dan diganti
dengan catatan yang baru lagi, begitulah setiap harinya proses pembelajaran
mereka.[102]
Setelah
berlangsung selama enam tahun, proses pembelajaran dengan hanya dengan satu
orang tenaga pengajar,barulah tahun 1968 SD Penyagun berubah menjadi Sekolah
Dasar Negeri Penyagun dengan di tunjuk Jumari sebagai Kepala Sekolah, dan pada
tahun 1968 tersebut menamatkan siswa perdananya dengan melakukan ujian Ebtanas
(sekarang UAN) di SD Negeri Paibun di Selatpanjang.
Setelah
SD Penyagun berubah menjadi SD Negeri Penyagun, maka secara berangsur-angsur di
datangkan lagi guru dari selatpanjang sebanyak dua orang, yaitu Nasir dan Cam.
Sedangkan
kepala sekolah SD Negeri 4 Penyagun, Erfauzi, S.Ag menjelaskan bahwa SD Negeri Penyagun pada tanggal 19 maret 1981 berdasarkan
keputusan Menteri Pendidikan Nasional No: 041/3/1988 berubah statusnya dari SD
Negeri Penyagun menjadi SD Negeri 041 Penyagun.[103] Dan
pada tanggal 05 September 2002 berubah lagi namanya menjadi SD Negeri 4
Penyagun.
Selain
adanya perubahan-perubahan nama sekolah, SD Negeri 4 Penyagun juga sering
terjadi pergantian kepala sekolah. Sejak berstatus sekolah negeri, SD Negeri 4
Penyagun sudah enam kali terjadi pergantian kepala sekolah. Kepala sekolah
pertama dijabat oleh Jumari dan pada tahun 1970 digantikan oleh Malim Mandaro.
Malim Mandaro menjadi kepala sekolah selama sebelas tahun dan sampailah dia
meninggal pada tahun 1981.
Untuk
mengatasi kevakuman jabatan kepala sekolah, kemudian pada tanggal 22 Oktober
1981 ditunjuk A. Nahar sebagai kepala
Sekolah. A. Nahar merupakan pejabat kepala sekolah paling lama di SD Negeri 4
Penyagun sampai saat ini. dia menjabat selama 21 tahun. Dan pada tanggal 15
maret 2002 beliau pindah ke selatpanjang, dan jabatan kepala sekolah diserahkan
kepada Ramli, A.Ma. Ramli, A.Ma hanya menjabat selama 10 tahun. Pada tanggal 20
februari 2012 jabatan kepala sekolah diserahkan kepada Erfauzi, S.Ag. hingga sekarang.[104]
Dari
pemaparan di atas, dapat dibuatkan tabel nama-nama pejabat kepala sekolah SD
Negeri 4 Penyagun sejak awal berdiri hingga sekarang sebagai berikut :
Tabel
IV.1
Pejabat
Kepala Sekolah dari awal berdiri sampai sekarang
|
No
|
Nama
Pejabat
|
Periode
|
Keterangan
|
|
1
|
Jumari
|
1968 s/d 1970
|
Kepsek SDN Penyagun
|
|
2
|
Malim Mandaro
|
1970 s/d 1981
|
Kepsek SDN Penyagun
|
|
3
|
A. Nahar
|
22 Oct 1981 s/d 15 Mar 2002
|
Kepsek SDN 041
|
|
4
|
Ramli, A.Ma
|
15 Mar 2002 s/d 20 Feb 2012
|
kepsek SDN 4
|
|
5
|
Erfauzi, S.Ag
|
20 Feb 2012 s/d Sekarang
|
kepsek SDN 4
|
Sumber
Data : Kantor SD Negeri 04 Desa Penyagun Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan
Meranti dan tokoh masyarakat.
Melalui tabel di atas
dapat diketahui bahwa telah terjadi lima kali pergantian kepala sekolah. Adapun
nama-nama Kepala Sekolah tersebut adalah: Jumari, Malim Mandaro, A. Nahar,
Ramli, A.Ma dan Erfauzi, S.Ag.
2.
Keadaan Siswa dan Guru SD Negeri 4 Penyagun
Untuk mengetahui
tingkat perkembangan siswa SD Negeri 4 Penyagun selama lima tahun terakhir,
atau mulai dari tahun ajaran 2007/2008 s/d tahun ajaran 2011/2012, dapat kita
lihat melalui tabel berikut :
Tabel
IV.2
Keadaan
Perkembangan Siswa selama 5 ( Lima ) Tahun Terakhir
|
Tahun Ajaran
|
Kelas
|
Jumlah
|
Tidak Naik
|
Putus Sekolah / Pindah
|
|
2007/2008
|
I
II
III
IV
V
IV
|
17
27
23
20
25
25
|
.
.
.
.
.
.
|
.
.
.
.
.
.
|
|
2008/2009
|
I
II
III
IV
V
IV
|
21
17
27
23
20
25
|
.
.
.
.
.
.
|
.
.
.
.
.
.
|
|
2009/2010
|
I
II
III
IV
V
IV
|
26
21
17
27
23
20
|
.
.
.
.
.
.
|
.
.
.
.
.
.
|
|
2010/2011
|
I
II
III
IV
V
IV
|
26
26
21
17
27
23
|
.
.
.
.
.
.
|
.
.
.
.
5 (Pindah)
.
|
|
2011/2012
|
I
II
III
IV
V
IV
|
26
26
26
21
17
22
|
.
.
.
.
.
.
|
.
.
.
.
.
.
|
Sumber
data : Data Statistik Perkembangan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
Dari
tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa dari tahun
ajaran 2007/2008 samapai dengan tahun ajaran 2009/2010 terus mengalami
kenaikan. Hanya pada tahun ajaran 2010/2011 sampai dengan tahun ajaran
2011/2012 tidak mengalami kenaikan ataupun juga penurunan, melainkan berada
pada posisi sama dengan tahun sebelumnya, tidak adanya kenaikan ataupun
penurunan siswa ini dikarenakan tidak bertambahnya jumlah anak usia sekolah, serta
tetapnya jumlah calon peserta didik yang mendaftar di SD Negeri 4 Penyagun pada
tahun tersebut.
Dari
keterangan-keterangan di atas dapat juga dilihat tabel rasio penerimaan siswa
SD Negeri 4 Penyagun dari tahun 2008 sd. 2012 berikut ini
Tabel
IV. 3
Rasio
Penerimaan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
|
Tahun Ajaran
|
Jumlah Siswa
|
||
|
Pendaftar
|
Diterima
|
Persentase
|
|
|
2007/2008
|
17
|
17
|
100 %
|
|
2008/2009
|
21
|
21
|
100 %
|
|
2009/2010
|
26
|
26
|
100 %
|
|
2010/2011
|
26
|
26
|
100 %
|
|
2011/2012
|
26
|
26
|
100 %
|
Sumber
data : Data Statistik Penerimaan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
Dari
tabel di atas telah menunjukkan adadaya kenaikan jumlah pendaftar dan rasio
penerimaan siswa dari tahun 2008 sd. 2010 serta mengalami keadaan tetap
(konstan) dari tahun 2010 sd. 2012. Sedangkan angka (jumlah) kelulusan siswa SD
Negeri 4 Penyagun selama 5 (lima) tahun terakhir, dapat kita lihat melalui
tabel berikut ini.
Tabel
IV. 4
Profil
Tamatan Siswa SD negeri 4 Penyagun (5 Tahun Terakhir)
|
Tahun Pelajaran
|
Tamatan %
|
Siswa yang melanjutkan ke Sekolah
lanjutan pertama %
|
||
|
Jumlah
|
Target
|
Jumlah
|
Target
|
|
|
2007/2008
|
20
|
100 %
|
20
|
100 %
|
|
2008/2009
|
20
|
100 %
|
20
|
100 %
|
|
2009/2010
|
17
|
100 %
|
17
|
100 %
|
|
2010/2011
|
21
|
100 %
|
21
|
100 %
|
|
2011/2012
|
19
|
100 %
|
19
|
100 %
|
Sumber
data : Data Statistik Tamatan SD Negeri 4 Penyagun
Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwasanya seluruh siswa yang tamat pada tahun
ajaran tersebut melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Hal ini
dikarenakan adanya pasilitas sekolah lanjutan tingkat pertama di desa penyagun.
Setelah
kita melihat data tamatan siswa di SD Negeri 4 penyagun, sebagai salah satu
penunjang dan tolak ukur keberhasilan siswa di SD Negeri 4 Penyagun, dapat pula
kita lihat data status tenaga pendidik yang bertugas di SD tersebut melalui
tabel di bawah ini.
Tabel
IV. 5
Keadaan
Guru di SD Negeri 4 Penyagun
|
Ijazah Tertinggi
|
Status Kepegawaian
|
|||
|
Jumlah Guru
Tetap
|
Jumlah Guru
Bantu/CPNS
|
Jumlah Guru
Honor Daerah
|
Jumlah Guru Tidak
Tetap/Honor
|
|
|
S.
1
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
D.
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
D.
2
|
1
|
-
|
2
|
-
|
|
D.1/SLTA
|
-
|
-
|
2
|
1
|
|
Jumlah
|
2
|
-
|
5
|
2
|
Sumber
data : Laporan bulanan, Juni 2012
Dari
tabel di atas menunjukkan bahwa guru
yang bertugas di SD Negeri 4 Penyagun
berjumlah 9 orang, terdiri dari :
1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2
orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang dan D2. 1 orang.
2. Jumlah guru honor daerah sebanyak 5
orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang, D2. Sebanyak 2 orang dan SLTA
sebanyak 2 orang.
3. Jumlah guru tidak tetap / honor ada 2
orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang dan SLTA 1 orang.
Adapun
tenaga pendidik di SD Negeri 4 Penyagun dapat di lihat melalui tabel berikut.
Tabel IV. 6
Nama-nama Majlis Guru SD Negeri 4 Penyagun
|
No
|
Nama Guru / Nip
|
L/P
|
Status
|
Ijazah
|
Jabatan
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Erfauzi,
S.Ag
Salbiah,
S.Pd, SD
Sri
Wahyuni, S.Pd.I
Kharfina
Hidayat, S.Pd.I
Yuliana,
A.Ma
Irwan,
A.Ma
Amiruddin
Masitah
Ismail
|
Lk
Pr
Pr
Lk
Pr
Lk
Lk
Pr
Lk
|
PNS
Honda
Honda
Honor
PNS
Honda
Honda
Honda
Honor
|
S1
S1
S1
S1
D2
D2
SPG
PGA
SMA
|
Kepsek
Guru Kelas V
Guru Kelas II
Guru Agama
Guru Kelas III
Guru Kelas VI
Guru Kelas IV
Guru Kelas I
Guru Penjas
|
Sumber
data : Laporan bulanan, Juni 2012
Dari
data di atas dapat diketahui bahwa guru yang bertugas di SD Negeri 4 Penyagun
berjumlah 9 orang, terdiri dari 5 orang guru laki-laki dan 4 orang guru perempuan.
Adapun jenjang pendidikan guru-guru tersebut yaitu, S1 (Strata 1) berjumlah 3
orang, D2 berjumlah 3 orang, dan SLTA berjumlah 3 orang.
Selain
dari nama-nama guru yang bertugas di SD Negeri 4 Penyagun, dapat pula dilihat
daftar nama-nama siswa kelas V di SD Negeri 4 Penyagun yang menjadi subjek
penelitian peneliti. Marilah kita lihat melalui tabel berikut ini.
Tabel
IV. 7
Nama-nama
Siswa Kelas V SD Negeri 4 Penyagun
|
No
|
Nama Siswa
|
Jenis Kelamin
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
|
Aldi
Saputra
Ayu
Wandira
Febri
Hidayat
Syah
Indra
Gunawan
Jamil
Jefrizal
M.
Syaifullah
M.
Taufiq
Novin
Rindiyani
Rubiah
Sari
Noraika
Satri
Hidayani
Siti
Natasya
Sonia
Tasya
Jasrina
Wahyuni
Fitri
|
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
|
Sumber
data : Absensi kelas V tahun 2012
Dari
data di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas V (lima) di SD Negeri 4 Penyagun
berjumlah 17 orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa
perempuan.
3.
Visi dan Misi SD Negeri 4 Penyagun
v Visi
: Membangun generasi yang
berpotensi dan berdaya guna.
v Misi : Terampil dalam menghadapi
globalisasi di masa depan
demi untuk memajukan bangsa.
4.
Kurikulum yang Digunakan
Kurikulum yang digunakan dalam proses
pembelajaran di SD Negeri 4 Penyagun
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Yang
mengacu pada karakter bangsa.
Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang
berjudul “Kurikulum dan pembelajaran teori dan praktik pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP)”, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Merupakan kurikulum yang dianjurkan oleh pemerintah untuk di kembangkan di
setiap lembaga pendidikan formal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.[105]
Lebih lanjut Wina Sanjaya menjelaskan,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Merupakan kurikulum berorientasi
pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurna
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang lebih di kenal dengan KBK
(Kurikulum 2004).[106]
Adapun mata pelajaran yang diajarkan di
SD Negeri 4 Penyagun yaitu:
a. Pendidikan Agama Islam
b. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
c. Bahasa Indonesia
d. Matematika
e. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
f. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
g. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
h. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
(Penjaskes)
i.
Muatan
Lokal (Mulok)
1) Arab Melayu
2) Budaya Daerah
3) Bahasa Inggris
5.
Sarana dan Prasarana Sekolah
Dalam proses belajar mengajar, sarana
dan prasarana sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan dan kemampuan peserta didik. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai, maka akan semakin mempermudah siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar.
Adapun sarana yang dimiliki SD Negeri 4
Penyagun dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel IV. 8
Sarana dan Prasarana di
SD Negeri 4 Penyagun
|
No
|
Jenis
Ruangan
|
Jumlah
|
Kondisi
|
|
|
Baik
|
Rusak
|
|||
|
1
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1
|
Baik
|
-
|
|
2
|
Ruang Majelis Guru
|
1
|
Baik
|
-
|
|
3
|
Ruang Kelas
|
6
|
Baik
|
-
|
|
4
|
Ruang Labor
|
1
|
Baik
|
-
|
|
5
|
Ruang Perpustakaan
|
1
|
Baik
|
-
|
|
6
|
Rumah Dinas Kepala Sekolah
|
1
|
Baik
|
-
|
|
7
|
Rumah
Dinas Guru
|
2
|
1 Baik
|
1
Rusak Ringan
|
|
8
|
WC
|
4
|
Baik
|
-
|
|
9
|
Lapangan
Volly Ball
|
1
|
Baik
|
-
|
|
10
|
Lapangan
Takraw
|
1
|
Baik
|
-
|
Sumber
data : Kantor SD Negeri 4 Penyagun
Dari
tabel di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri 4
Penyagunsudah bisa dikatakan memadai untuk ukuran sekolah di pedesaan. Semua
sarana dan prasaranya dalam kondisi baik, hanya satu rumah dinas guru yang
rusak ringan.
B.
Penyajian Data
Selanjutnya pada bagian ini penulis akan
memaparkan data-data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan wawancara di
lapangan.
Observasi dilakukan sebanyak 9 (sembilan)
kali pada setiap hari selasa jam ke 5 (lima) dan kamis jam ke 3 (tiga) dan jam
ke 4 (empat). Yakni tanggal 11, 13, 18, 20, 25, dan 27 September 2012, kemudian
dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9 Oktober 2012. Hal ini dilakukan observasi
karena pada hari, tanggal dan jam tersebut dilaksanakan pembelajaran Agama
Islam. Untuk melakukan pengamatan ini peneliti menyiapkan instrumen berupa daftar
checklist. Yang peneliti observasi ialah implementasi strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD
Negeri 4 Penyagun, kemudian dibandingkan dengan data hasil dari wawancara dan
dijumlahkan untuk mencari rata-rata, sehingga dapat diketahui prosentasi
jawaban.
Wawancara, yaitu peneliti mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan kepada seluruh subyek penelitian dan kepada
imforman seperti kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan guru kelas V. Wawancara
dilakukan sejak pelaporan izin riset pada tanggal 15 juni 2012, kemudian
dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9 Oktober 2012. Untuk melakukan wawancara
peneliti menyiapkan instrumen pedoman wawancara yang dilakukan di SD Negeri 4
Penyagun yang dijadikan lokasi penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk
menjaring data yang belum terjaring melalui observasi.
Oleh karena subyek penelitian ini
terdiri dari subyek utama (imforman utama) yaitu guru Pendidikan Agama Islam
dan subyek tambahan (imforman tambahan) yaitu siswa kelas V di SD Negeri 4
Penyagun, maka peneliti memberikan pertanyaan pada setiap indikator pada
imforman guna mengetahui bagaimana proses implementasi strategi pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran agama Islam oleh guru
pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, sehingga dapat peneliti uraikan
melalui data olahan yang penulis dapatkan dari melakukan observasi sebanyak 9
(sembilan) kali tersebut.
Pelaksanaan observasi yang penulis
lakukan sebanyak 9 (sembilan) kali, yang penulis amati melalui alternatif
pengamatan “ya” dan “tidak”. Data
observasi ini dapat dilihat melalui tabel-tabel berikut:
TABEL IV.9
Guru Berusaha Menciptakan Suasana
Pembelajaran Yang Menyenangkan Ketika Proses Pembelajaran Berlangsung
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
6
3
|
66.67
33.33
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan
tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil observasi tentang guru berusaha
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran
berlangsung, penulis melakukan 9 (sembilan) kali observasi dengan menggunakan
alternatif pengamatan “Ya dan “tidak”.
Dari
9 (sembilan) kali observasi tersebut, penulis memperoleh hasil alternatif
pengamatan “Ya” sebanyak 6 (66.67 %), dan pengamatan dengan alternatif “Tidak” sebanyak 4 (33.33 %).
Dari
pemaparan di atas, menunjukkan bahwa terjadinya hal yang positif terhadap usaha
yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal ini
juga sesuai dengan hasil wawancara penulis pada siswa-siswa kelas V (lima).
Para siswa mengatakan” pak Karfina Hidayat dalam menerangkan pelajaran sering
membuat kami tertawa, sehingga kami merasa senang”.[107]
Selain
itu perlu kita ketahui juga hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan
suasana kelas yang interaktif dan insfiratif selama proses pembelajaran
berlangsung. Marilah kita lihat melalui tabel berikut:
TABEL IV.10
Guru Berusaha Menciptakan Suasana Kelas
Yang Aktif dan Insfiratif Selama Proses Pembelajaran Berlangsung
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
4
5
|
44.44
55.56
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Dari
tabel di atas, menunjukkan hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan
suasana kelas yang interaktif dan insfiratif selama proses pembelajaran
berlangsung, dapat diketahui bahwa alternatif pengamatan “Ya”, sebanyak 4
(44.44 %) dan “Tidak” sebanyak 5 (55.56
%).
Melihat
dari hasil tabel di atas, guru pendidikan agama Islam boleh dikatakan kurang
berhasil mendesain kelas yang aktif dan insfiratif. Ketika penulis
mengkomfirmasi kepada guru yang bersangkutan, beliau mengatakan. Di kelas V (lima)
ini sebetulnya jam mengajar pelajaran PAI ini tidak efektif, karena pada jam ke
3 dan ke 4 pada hari selasa. Pada jam ke 4 mau istirahat itu anak-anak susah
untuk di bawa serius, karena dalam pikirannya sudah banyak ke jam istirahat.
Begitu juga pada hari kamis, saya masuk 1 jam, yaitu setelah istirahat. Pada ke
5 (lima) ini anak-anak baru saja lepas bermain di lapangan, sehingga sewaktu
sampai di kelas dia juga tidak bisa fokus, kebaanyakan mereka asyik
berkipas-kipas karena kepanasan dan berkeringat setelah habis bermain.[108]
Selanjutnya
dapat pula kita lihat hasil observasi tentang guru memberi motivasi pada siswa
agar berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
TABEL IV.11
Guru Memberi Motivasi Pada Siswa Agar
Berpartisifasi Aktif Selama Proses Pembelajaran Berlangsung
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
5
4
|
55.56
44.44
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel
di atas menunjukkan bahwa hasil observasi yang penulis peroleh dari indikator
guru memberi motivasi pada siswa agar berpartisifasi aktif selama proses
pembelajaran berlangsung, dengan alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 5 (55.56
%) dan “tidak” sebanyak 4 (44.44 %).
Berkaitan
dengan indikitator di atas dapat
dilihat
hasil observasi tentang guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri melalui tabel berikut:
TABEL IV.12
Guru Memberikan Kebebasan Kepada Siswa untuk
Belajar Sesuai dengan Kemampuan Siswa itu Sendiri
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
8
1
|
88.89
11.11
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel
di atas ini juga menunjukkan bahwa guru memberikan kebebasan kepad siswanya
untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri dengan alternatif
pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan “Tidak” hanya 1 (11.11 %).
Melihat
dari hasil paparan di atas, menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam
sangat memberikan kebebasan kepada siswanya dalam proses pembelajaran, hal ini
juga sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru yang bersangkutan.
Beliau mengatakan, saya akan selalu memberi kebebasan kepada siswa-siswa saya
untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan daya serapnya terhadap pelajaran yang
saya berikan, hal ini terkecuali pada waktu ujian tengah semester atau
semester, saya akan menuntut siswa untuk menjawab soal-soal yang saya berikan
tersebut harus sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat. Dalam hal ini
siswa tidak saya benarkan untuk menjawab sesuai kehendak siswa.[109]
Lebih
lanjut dapat pula dilihat hasil observasi melalui tabel berikut:
TABEL IV.13
Guru
Berusaha Menguasai Bahan Ajar Yang Disajikan Kepada Siswa
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
8
1
|
88.89
11.11
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan
tabel di atas, dapat kita lihat bahwa guru berusaha menguasai bahan ajar yang
disajikan kepada siswa dengan prosentase alternatif pengamatan “ya” yaitu 8 (88.89
%) dan “Tidak” yaitu 1 (11.11 %).
Hal
ini menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam boleh dikatakan sangat
menguasai bahan ajar yang disampaikan kepada siswa, hal ini juga sesuai dengan
wawancara penulis kepada kepala sekolah, Erfauzi mengatakan, sebelum masuk ke
dalam kelas, saya selalu berpesan kepada guru-guru di bawah kepemimpinan saya,
kuasai dulu bahan ajar, baru masuk ke dalam kelas, karena kalau pendidik tidak
menguasi bahan, nanti apa yang mau disampaikannya kepada siswa.[110]
Untuk
perolehan data lebih lanjut ada baiknya jika kita melihat tabel berikut ini.
TABEL IV.14
Guru dan
Siswa Berinteraksi Dengan Baik Selama Proses Pembelajaran Berlangsung.
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
8
1
|
88.89
11.11
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Dari
paparan tabel di atas, menunjukkan bahwa guru dan siswaa berinteraksi dengan
baik selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan prolehan alternatif
pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan “Tidak” hanya 1 (11.11 %).
Untuk melihat hasil observasi tentang guru
menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran, dapat diketahui melalui
tabel berikut:
TABEL IV.15
Guru
Menggunakan Metode Yang Bervariasi SelamaProses Pembelajaran
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
3
6
|
33.33
66.67
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan
tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru menggunakan metode yang bervariasi
selama proses pembelajaran memperoleh alternatif pengamatan “Ya”, hanya 3
(33.33 %). Sedangkan “Tidak” sebanyak 6 (66.67 %).
Selain
melihat hasil observasi tentang guru menggunakan metode bervariasi selama
proses pembelajaran berlangsung, untuk melengkapi, untuk langkah lebih lanjut alangkah sangat
penting juga kita lihat tabel berikut:
TABEL IV.16
Guru
Berusaha Menciptakan Suasana Kelas Yang Kondusif dan Tidak Vakum
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
5
4
|
55.56
44.44
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel
di atas menunjukkan bahwa hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum dapat diketahui dengan alternatif
pengamatan “Ya” yaitu 5 (55.56 %) dan “Tidak” ada 4 (44.44 %).
Malanjutkan
data observasi yang penulis lakukan, marilah kita lihat hasil observasi tentang
guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah di
buat melalui tabel berikut ini.
TABEL IV.17
Guru
Mengimplementasi Pembelajaran Sesuai Rencana Program Pembelajaran Yang Telah
Dibuat
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
8
1
|
88.89
11.11
|
|
JUMLAH
|
9
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan
pemaparan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil observasi tentang guru
mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat,
menunjukkan bahwa alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan “Tidak”
hanya 1 (11.11 %).
Setelah
penulis melakukan observasi seperti tersebut pada tabel-tabel di atas, dan
untuk melakukan analisis dari data-data yang diperoleh, maka penulis melakukan
rekapitulasi terhadap data-data yang telah diperoleh tersebut.
Adapun
data-data yang diperoleh itu berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SD
Negeri 4 Penyagun, tepatnya di kelas V (Lima). Observasi ini penulis lakukan
sebanyak 9 (sembilan) kali pada setiap hari selasa jam ke 5 (lima) dan kamis
jam ke 3 (tiga) dan jam ke 4 (empat). Yakni tanggal 11, 13, 18, 20, 25, dan 27
September 2012, kemudian dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9 Oktober 2012.
Untuk
lebih jelasnya marilah kita lihat tabel rekapitulasi hasil observasi Implementasi
strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 kelas V (lima) desa Penyagun kecamatan
Rangsang berikut ini:
TABEL IV.18
Rekapitulasi
Hasil Observasi Implementasi Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 4 Kelas V (Lima) Desa
Penyagun Kecamatan Rangsang
|
No
|
HASIL OBSERVASI
|
F
|
P %
|
|
1
|
Ya
Tidak
|
55
26
|
67.90
32.10
|
|
JUMLAH
|
81
|
100
|
|
Sumber
data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasar
tabel rekapitulasi di atas, menunjukkan bahwa data observasi yang penulis
lakukan sebanyak 9 (sembilan) kali tersebut, jumlah keseluruhannya sebanyak 81.
Data tersebut dapat diperoleh dari hasil observasi dengan alternatif pengamatan
“Ya” sebanyak 55 dengan prosentase 67.90 %, sedangkan “Tidak” sebanyak 26
dengan Prosentase 32.10 %.
Untuk
memperjelas tabel tersebut di atas, penulis akan menguraikan data dari hasil
rekapitulasi ini dengan rumus.
Hasil
observasi dengan alternatif pengamatan “Ya”
dapat dilihat melalui rumus sebagai berikut:
P = F x 100 %
N
= 55 x 100 %
81
=
67.90 %
Sedangkan persentase
dengan alternatif pengamatan “Tidak” dapat dilihat melalui rumus berikut:
P
=Fx100 %
N
=26 x100 %
81
=
32.10 %
Dengan demikian
jelaslah bahwa hasil observasi yang penulis lakukan tersebut ternyata frekwensi
pengamatan yang tertinggi yaitu alternatif pengamatan “Ya” dengan persentase 67.90
%, sedangkan alternatif pengamatan “Tidak”
hanya 32.10 %.
C.
Analisis Data
Dalam
pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang analisis data tentang hasil
observasi yang penulis lakukan di SD Negeri 4 Penyagun, yaitu berkenaan dengan
implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
Dalam
menganalisis data yang telah penulis kumpulkan melalui metode observasi dan
wawancara, penulis akan menyajikan datanya menggunakan teknik deskriptif
kualitatif dengan prosentase, yaitu menggambarkan data dengan menginterpretasikan
data melalui prosentase.
Berdasarkan
pemaparan pada penyajian data, maka dapat diketahui bahwa Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam di SD Negeri 4 Penyagun di kelas V (lima) adalah sebagai berikut:
1. Guru berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung.
Memperhatikan
hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan, dengan 9 (sembilan) kali
observasi. Penulis mendapatkan 6 (66.67 %) kali guru pendidikan agama Islam di
kelas V (lima) berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
ketika proses pembelajara berlangsung. ini menunjukkan bahwa terjadinya hal
yang positif, walaupun masih terdapat 3 (33.33 %) kali guru tersebut tidak
menerapkannya. Hal ini juga sesuai dengan data wawancara yang penulis lakukan
kepada para siswa di kelas V (lima). Bahwasanya guru pendidikan agama Islam
selalu membuat humor dalam menerangkan pelajaran, sehingga para siswa asyik
tertawa dan merasa senang sikap humor guru tersebut.
2. Guru berusaha menciptakan suasana kelas
yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung
Berdasarkan
pemaparan dari tabel IV.10 menerangkan bahwa guru berusaha menciptakan
suasana kelas yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung
hanya 4 (44.44 %) saja. Sedangkan 5 (55.56 %) guru pendidikan agama islam tidak
mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dan insfiratif. Hal ini berarti di
dalam proses pembelajaran guru pendidikan agama Islam kurang berhasil membuat
kelas yang interaktif dan insfiratif tersebut. ketika penulis mewawancarai guru
tersebut, beliau beralasan karena mata pelajaran pendidikan agama Islam di
kelas V (lima) ini jam pelajaranya pada jam ke 3 (tiga) dan ke 4 (empat) pada
hari kamis dan jam ke 5 (lima) pada hari selasa. Pada jam-jam pelajaran seperti
ini siswa selalu kurang fokus, apalagi pada hari selasa tersebut, pelajarannya
masuk setelah istirahat. Kondisi siswa yang kepanasan lepas bermain, sehingga
siswa merasa kurang bergairah untuk mengikuti pelajaran yang disajikan.
3. Guru memberi motivasi pada siswa agar
berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung
Dilihat
dari hasil observasi yang penulis lakukan terdahulu yang termuat dalam tabel
IV.11, menunjukkan bahwa guru memberikan motivasi pada siswa agar
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hanya 5 (55.56 %)
kali saja dari 9 (sembilan) kali observasi yang penulis lakukan. Sedangkan 4
(44.44 %) kali, penulis tidak menjumpai guru pendidikan agama Islam memberikan
motivasi kepada siswa. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, guru
tersebut tidak memberikan motivasi kepada siswa ini, penulis jumpai setiap hari
kamis jam ke 5 (Lima).Hal ini juga penulis lihat dikarenakan kondisi siswa yang
tidak kondusif setelah habis bermain. Maka guru tersebut hanya menyuruh siswa
untuk mencatat dan kemudian menerangkan.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya di dalam 9 (sembilan)
kali observasi yang penulis lakukan, guru pendidikan agama Islam kurang
memberikan motivasi kepada siswa ketika proses pembelajaran di kelas.
4. Guru memberikan kebebasan kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri
Memberikan
kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
siswa, merupakan suatu hal yang positif yang dilakukan oleh seorang guru. Hal
ini juga penulis dapati ketika penulis melakukan observasi di SD Negeri 4
Penyagun, tepatnya di kelas 5 (lima) pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam.
Melihat
hasil observasi yang penulis lakukan tersebut, penulis menemukan 8 (88.89 %)
kali dari 9 (sembilan) kali observasi. Hanya 1(11.11 %) saja guru tersebut
tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
kemampuannya sendiri. Hal ini penulis jumpai disaat ujian mid semester. Ketika
penulis mencoba bertanya kepada guru yang bersangkutan tentang hal tersebut,
guru pendidikan agama Islam memberikan penjelasan, bahwasanya disaat ulangan,
para siswa harus dituntut menjawab soal-soal yang diberikan harus sesuai dengan
kunci jawaban yang telah dibuat. Siswa tidak dibenarkan menjawab sesuai dengan
kehendak siswa. Jika ada yang menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban
tersebut. maka akan disalahkan jawabannya. Beliau menambahkan, bahwasanya semua
soal-soal yang di berikan itu telah dipelajari sebelumnya. Hal ini juga dilakukan
untuk menguji kemampuan anak dan sejauh mana daya serapnya terhadap materi yang
telah diberikan.
Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara tentang guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri, dapat penulis simpulkan
bahwasanya guru tersebut sangat memberikan kebebasan kepada siswanya dalam
proses pembelajaran di kelas.
5. Guru berusaha menguasai bahan ajar yang
disajikan kepada siswa
Menguasai
bahan ajar yang akan disampaikan di dalam kelas merupakan salah satu kompetensi
dasar yang harus dimiliki seorang
pendidik. Untuk itulah seorang guru sebelum dia menceburi bidang keguruan, dia
harus ditempa dengan beberapa macam kompetensi, salah satunya kemampuan
menguasai bahan ajar yang akan disampaikan di dalam kelas.
Tidak
terkecuali dengan guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis memperoleh data bahwasanya
guru pendidikan agama Islam di dalam menyampaikan materi ajar di dalam kelas,
beliau berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa. Pernyataan
ini diperkuat dengan data yaitu, 8 (88.89 %) kali guru pendidikan agama Islam
berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa. Hanya 1 (11.11 %)
kali saja guru terkesan tidak menguasai bahan ajar. Hal ini penulis membuat
kesimpulan karena penulis menjumpai 1 (satu) kali guru pendidikan agama Islam
hanya meninggalkan catatan saja kemudian guru tersebut meninggalkan kelas
sampai jam pelajaran usai. Namun kejadian ini hanya sebagian kecil saja dari 9
(sembilan) kali observasi yang penulis lakukan.
Secara keseluruhan dapat dikatakan guru pendidikan agama Islam di SD
Negeri 4 Penyagun, tepatnya kelas V (lima) menguasai bahan ajar yang disajikan
kepada siswa di dalam kelas.
Hal
ini juga didukung dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala
sekolah SD Negeri 4 Penyagun, dia mengatakan bahwasanya guru-guru di bawah
kepemimpinan beliau ditunutut untuk menguasai bahan ajar yang akan disampaikan
kepada siswa. Kepala sekolah SD tersebut berkeyakinan bahwasanya salah satu
faktor keberhasilan siswanya di dalam pembelajaran dan ujian nasional adalah tidak
terlepas dari kemampuan guru-gurunya menyampaikan pelajaran di kelas.
6. Guru dan siswa berinteraksi dengan baik
selama proses pembelajaran berlangsung.
Melihat
dari hasil observasi pada tabel IV.14
menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajaran berlangsung, penulis
mendapatkan data yaitu 8 (88.89 %) kali guru dan siswa berinteraksi dengan baik
selama proses pembelajaran berlangsung. Hanya 1 (11.11 %) kali saja penulis menjumpai guru pendidikan
agama Islam tidak melakukan interaksi dengan baik.
Hal
ini sama dengan penjelasan penulis sebelumnya yaitu guru tersebut hanya
meninggalkan catatan saja kepada siswa. Namun jika dilihat dari keseluruhannya,
dapat penulis simpulkan bahwasanya guru pendidikan agama Islam dan siswa
berinteraksi dengan baik saat proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru
menggunakan metode yang bervariasi selama proses pembelajaran
berlangsung
Metode
merupakan cara atau langkah yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan
pelajaran di dalam kelas. Semakin bervariasi dan semakin relevan metode yang
digunakan oleh seorang guru dengan materi pelajaranyang akan diramu di dalam
kelas, maka akan semakin baik dan meanrik materi tersebut untuk disampaikan.
Begitu
juga halnya dengan guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, jika
dalam menyampaikan materi pelajaran sering digunakan metode yang bervariasi dan
relevan dengan materi, tidak terkecuali materi yang akan disampaikan di dalam
kelas akan menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Namun
hal ini agak berbeda dengan penulis jumpai di lapangan, penulis hanya menjumpai
guru pendidikan agama Islam tersebut hanya menggunaka metode mencatat, ceramah, tanya jawab dan pemberian
tugas dalam setiap materi yang di sampaikan. Padahal jika menurut hemat
penulis, masih banyak lagi metode yang bisa diterapkan ketika kita berada di
dalam kelas, Cuma harus kita sesuaikan dengan materi yang akan kita sampaikan.
Selain metode yang telah disebutkan tadi, masih ada metode yang bisa diterapkan
ketika kita berada di dalam kelas. Seperti metode demonstrasi, studi lapangan
(observasi), metode bermain, metode drama dan lain sebagainya.
Pernyataan
ini sesuai dengan data yang penulis observasi di sekolah tersebut. hasil observasi yang
penulis lakukan yaitu, guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun,
tepatnya guru yang mengajar di kelas V (lima) mengunakan metode yang bervariasi
selama proses pembelajaran berlangsung hanya 3 (33.33 %) saja, sedangkan 6
(66.67 %) penulis tidak menemukan metode yang berpariasi selama proses
pembelajaran berlangsung. Penulishanya menjumpai, metode mencatat, kemudian
diterangkan (metode ceramah) dan juga tanya jawab.
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya di dalam menyampaikan
materi di kelas guru pendidikan agama islam di kelas V (lima) SD Negeri 4
Penyagun jarang menerapkan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi.
8. Guru berusaha menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan tidak vakum
Menciptakan
suasana kelas yang kondusif merupakan salah satu kewajiban guru jika berada di
dalam kelas. Karena tanpa suasana kelas yang kondusif, maka proses pembelajaran
tidak akan bisa berjalan secara efektif. Begitu juga halnya dengan kevakuman,
jika guru tidak mampu memecahkan kevakuman yang terjadi di dalam kelas, maka
harapan kita untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran akan sulit untuk diwujudkan.
Bersumber
dari data yang penulis himpun pada tabel IV.16
menunjukkan bahwa hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum ada 5 (55.56 %) sedangkan 4 (44.44
%) penulis tidak menjumpai guru pendidikan agama Islam berusaha menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum. Hal ini berdasarkan apa yang
penulis amati di lapangan bahwasanya ketika guru menjelaskan siswa sering
main-main dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Siswa-siswa
tersebut tidak mengomentari bahkan memberikan pertanyaan tentang materi yang
dijelaskan oleh gurunya. Hal ini pernah penulis tanyakan kepada guru pendidikan
agama Islam dan wali kelas di kelas V (lima), jawaban mereka dapat penulis
simpulkan bahwasanya siswa-siswa di kelas V (lima) ketika gurunya menerangkan
pelajaran di kelas, masih ada yang main-main dan cuek-cuek aja ketika gurunya
menjelaskan. Mereka hanya duduk diam saja agar tidak ditanya oleh gurunya
tentang pelajaran tersebut.
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya guru pendidikan agama
Islam telah berusaha menciftakan suasana kelas
yang kondusif dan tidak vakum, walaupun hasilnya belum maksimal.
9. Guru mengimplementasi pembelajaran
sesuai rencana program pembelajaran yang telah dibuat
Berdasarkan
hasil observasi yang penuls kumpulkan dalam tabel IV.17 dapat penulis paparkan
tentang guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana program pembelajaran
yang telah dibuat sebanyak 8 (88.89 %) kali dan hanya 1 (11.11 %) saja guru
pendidikan agama Islam ketika di dalam kelas tidak mengimplementasikan
pembelajaran sesuai dengan rencana program pembelajaran yang telah beliau buat.
Hal ini dikarenakan guru tersebut sewaktu menerangkan materi asyik dengan
bercerita, sehingga indikator-indikator yang telah dibuat tidak berhasil
disampaikan.
Namun
jika dilihat secara keseluruhan dari 9 (sembilan) kali observasi yang penulis
lakukan, guru pendidikan agama Islam di kelas V (lima) SD Negeri 4 penyagun
mengimplementasikan pembelajararan di dalam kelas sesuai dengan rencana program
pembelajaran yang telah dibuat. Yaitu sesuai dengan materi pokok, satuan
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
dan indikator pencapaian hasil belajar.
Selain dari itu,
analisis data dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan persentase ini,
penulis juga melakukan penjumlahan dan pembandingan dengan jumlah ketentuan
prosentase yang diharapkan. Adapun ketentuan persentase yang diharapkan
tersebut adalah sebagai berikut:
v 76 % - 100 % maka Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan efektif
v 49 % - 75 % maka Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan kurang efektif
v 0 % - 48 % maka Implementasi strategi
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan tidak efektif
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan tersebut dapat penulis analisis data yang telah dipaparkan
yaitu sebagai berikut:
Hasil
observasi dengan alternatif pengamatan “Ya”
dapat dilihat melalui rumus sebagai berikut:
P =Fx100 %
N
=55 x100 %
81
=
67.90 %
Sedangkan persentase
dengan alternatif pengamatan “Tidak” dapat dilihat melalui rumus berikut:
P
=Fx100 %
N
=26 x100 %
81
=
32.10
Dengan demikian
berdasarkan nilai pengamatan dari alternatif “Ya” dengan nilai 67.90 %
menunjukkan persesntase tersebut berada di antara 50 – 75 %, maka dapat
disimpulkan bahwa Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri kelas V (lima)
desa Penyagun Kecamatan Rangsang dikategorikan “ kurang efektif “.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat penulis simpulkan bahwa
Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 kelas V (lima) desa Penyagun
kecamatan Rangsang setelah diadakan penelitian ternyata mendapatkan hasil persentase
yaitu sebesar 67.90 %. Persentase ini masuk ke dalam kualifikasi “kurang
efektif”.
B.
Saran-saran
Berdasarkan
hasil penelitian tentang Implementasi strategi pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4
Penyagun, tepatmya di kelas V (lima), maka penulis akan menyampaikan
saran-saran dan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait agar dapat bermanfaat
terhadap kompetensi guru mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI), dan
keberhasilan siswa kelas V (lima) Khususnya, serta siswa SD Negeri 4 Penyagun
pada umumnya. Saran-saran tersebut disampaikan kepada:
1. Guru Pendidikan Agama Islam : diharapkan
agar dapat meningkatkan kompetensi dalam mengajar dengan membuat
inovasi-inovasi dalam mengajar, menggunakan strategi pembelajaran dan juga
metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Seperti terus aktif mengikuti
pelatihan kompetensi guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maupun
Kelompok Kerja Guru (KKG).Guna terciptanya sinergisitas siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Kepala Sekolah : diharapkan dapat
melakukan monitoring dan mengevaluasisecara berkala terhadap kinerja guru-guru
di sekolah yang dipimpin, dan juga memberi penghargaan kepada guru-guru yang
benar-benar berkompetensi.Guna menumbuhkan semangat guru untuk terus berinovasi
dalam mengajar. Melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang dianggap
mempunyai kompetensi yang baik dalam mengelola pendidikan, serta melakukan
rekreasi secara berkala ke tempat-tempat rekreasi yang ada unsur-unsur dan
nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan pendidikan. Hal ini perlu dilakukan
guna melakukan pencerahan dan semangat baru bagi para guru dan siswa setelah
lama belajar di lokal.
3. Siswa-siswa SD Negeri 4 Penyagun : diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dalam
belajar. Dengan cara banyak membaca, melakukan belajar kelompok dengan
dibimbing oleh guru. Serta melakukan interaksi yang baik antar sesama teman
maupun dengan guru. Guna terciptanya suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan.
4. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul
Hidayah Selatpanjang : diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini, agar
mendapatkan suatu rumusan tertentu atau solusi yang tepat dalam meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar, serta sejauh mana keberhasilan siswa dalam
belajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa.
5. Dinas Pendidikan dari Tingkat Pusat,
Propinsi Riau maupun Kabupaten Kepulauan Meranti : diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi guru-guru yang berada di desa serta
terus memperhatikan keadaan sarana dan prasana belajar siswa di sekolah. Hal
ini perlu dilakukan agar terciptanya penyetaraan kemampuan siswa yang berada di
kota dengan di desa.
DAFTAR PUSTAKA
AbuddinNata, (2009). Perspektif Islam tentangStrategiPembelajaran.
Jakarta: Kencana,
Ag.
Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, (2007).Strategi
Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Ahmad Rohani Abu
Ahmadi,(1990). Pengelolaan Pengajaran.
Bandung: Al-Maarif.
Amirul
Hadi dan H. Haryono, (2005).Metodologi
Penelitian Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS semua Fakultas dan Jurusan
Komponen MKK. Bandung: Pustaka Setia.
Andreas
Halim, (1999).Kamus Lengkap 10 Milyar
Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris.Surabaya: Sulita Jaya.
Desi
Anwar, (2002). Kamus Bahasa Indonesia
Modern. Surabaya: Amelia.
______,(2001).Kamus lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Karya Abditama.
Fuad Ihsan,(2005).Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamdani,
(2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamzah Ahmad Dkk, (1996). Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya:
Pajar Mulia.
Hamzah
B. Uno,(2008).Orientasi Baru Dalam
Psikologi pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.
http//www.google.com/search/ kaderisasibkprmistabat.blogspot.com
/2012/05/ strategi-pembelajaran-berorientasi. html Selasa, Mei 15, 2012, Oleh
Anggi Wardiansyah, S.Pd.I, 10 november 2012
http://www.google.com/search/islamblogku.blogspot.com/2009/07/ pengertian dan tujuan
pendidikan agama 1274.html. Jumat,. Juli
31, 2009. Oleh, Abdul Aziz. Tanggal 09 November 2012
M. Arifin, (2006).Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner.Jakarta: Bumi Aksara
M. Sukardi MS, (2008).Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Made
Wena,(2009). Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Asksara.
Muhammad Abdul Kadir
Ahmad, (2008).Metodologi Pengajaran Agama
Islam.terj. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Muhammad Daud
Ali, (2004).Pendidikan Agama Islam.Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Muhibbin
Syah, (2008). Psikolog Belajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata, (2011). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramayulis dan Samsul Nizar, (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
S.
Nasution, (2008). Asas-asas Kurikulum.Jakarta
: Bumi Aksara.
Sardiman, A.M, (2009).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:
Rajawali Press.
Slameto,
(2010).Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Bahari Jamarah dan Aswan Zain,
(2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Tohirin,
(2007).Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
_______,(2008).Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Rajawali
Press.
_______,(2011). Dasar-dasar Metode Penelitian Pendekatan Praktis Panduan Penulisan
Karya Ilmiah (Sinopsis, Proposal dan Skripsi) Bagi Peneliti Pemula,
Pekanbaru
_______,
(2012).Metode Penelitian Kualitatif dalam
Pendidikan dan Bimbingan Konseling Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan
Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara serta Model Penyajian Data.Jakarta:
Rajawali Press.
Trianto, (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
Wina Sanjaya, (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta:
Kencana.
_______,
(2009).Kurikulum dan Pembelajaran: Teori
dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta
: Kencana.
_______,(2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana.
Zainal Asril, (2011). Micro Teaching disertati dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Press.
[1]Tohirin, Dasar-dasar Metode Penelitian Pendekatan
Praktis Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Sinopsis, Proposal dan Skripsi) Bagi
Peneliti Pemula, Pekanbaru:
2011, hal. 29.
[2]Ibid
[3] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007,
hal.8
[4]Fuad Ihsan, Dasar-dasar
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2005, hal.2
[5] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 38
[6]Ibid
[7]Ibid
[8] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta : Bumi
Aksara, 2008, hal. 28
[9]Ibid.
[10] Ramayulis dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 2010, hal. 137
[11]Ibid
[12] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 181-182
[13]http://www.google.com/search/islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html,Jumat,
Juli 31, 2009. Oleh, Abdul Aziz.
Tanggal, 09 November 2012.
[14]Ibid
[15] Muhammad Abdul Kadir
Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
terj. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008. Hal. 71
[16]Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Bandung:
Al-Maarif, 1990, hal. 31.
[17] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2006,
hal. 2
[18] Andreas Halim, Kamus Lengkap 10 Milyar Inggris-Indonesia
Indonesia-Inggris, Surabaya: Sulita Jaya, 1999. Hal. 169
[19]Desi Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abditama, 2001, hal. 181
[20] Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia Modern, Surabaya:
Amelia, 2002, hal. 149
[21] Ag. Bambang Setiyadi dan
Junaidi Mistar, Strategi Pembelajaran
Bahasa Inggris, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, hal. 1.2
[22]Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta:
Kencana, 2010, hal. 126.
[23] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
Pustaka Setia, 2011, hal. 18
[24] Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia Modern, Op.Cit, hal.
68
[25] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 2
[26] Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rajawali Press, 2009, hal. 20
[27]Abuddin Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran,
Jakarta: Kencana, 2009, hal. 205.
[28] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. v
[29] Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 126
[30] Ag. Bambang Setiyadi dan
Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.3
[31] Wina Sanjaya, Loc.Cit
[32]Hamzah Ahmad
Dkk, Kamus Pintar Bahasa Indonesia,
Surabaya: Pajar Mulia, 1996,
hal. 268
[34]Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Op.Cit,hal.
25
[35] Dessy Anwar, Loc.Cit
[36] Dessy Anwar, Loc.Cit
[37]Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2008,
hal. 9
[38] Ag. Bambang Setiyadi dan
Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.3
[39] Wina Sanjaya, Op.Cit,
hal. 125
[41]Ibid
[42]Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep Landasan
dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Jakarta: Kencana,
2009, hal. 15.
[43] Slameto, Op.Cit, hal. 2
[44]Zainal Asril, Micro Teaching disertati
dengan Pedoman Pengalaman
Lapangan, Jakarta:
Rajawali Press, 2011, hal. 1
[45]Ibid.
[46] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 59-60
[47] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2008, hal. 122
[48] Syaiful Bahri Jamarah
dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar
(edisi revisi) cet. Ke-4, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal.19.
[49]Ibid
[53] Slameto, Op.Cit, hal. 54
[54] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009, hal. 17-18
[56]M. Sukardi, MS, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,
hal. 16
[57]Made Wena, Op.Cit,
hal. 2
[58]Wina Sanjaya, Op.Cit,
hal. 126
[59]Made Wena, Loc.Cit,hal. 5
[60] Wina Sanjaya,
Loc.Cit.
[61]Ibid,
[63]Ibid
[64]Ibid
[65]Ibid
[68] Ag. Bambang Setiyadi dan
Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.6
[69] Wina Sanajaya Op.Cit, hal. 129
[70] Ag. Bambang Setiyadi dan
Junaidi Mistar, Loc.Cit, hal. 1.7
[71]Ibid,
[72]
http//www.google.com/search/
kaderisasibkprmistabat.blogspot.com /2012/05/
strategi-pembelajaran-berorientasi. html Selasa, Mei 15, 2012, Oleh Anggi
Wardiansyah, S.Pd.I, 10 november 2012
[73]Ibid
[74]Ibid
[75]Ibid
[76]Ibid
[77]Wina Sanjaya, Op.Cit
,hal. 129
[79]Ibid
[80] http//www.google.com, Op.Cit
[81]Ibid
[82]Ibid
[83]Ibid
[84]ibid
[85]Ibid
[86] Slameto, Op.Cit, hal. 97
[87]Ibid,
[88]Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 139
[89]Ibid.
[90] Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, Op.Cit, hal. 112
[91] Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 143
[95] Amirul Hadi dan H.
Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan
Untuk UIN, STAIN, PTAIS semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKK, Bandung:
Pustaka Setia, 2005, hal. 93
[98] Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam
Pendidikan dan Bimbingan Konseling Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan
Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara serta Model Penyajian Data, Jakarta:
Rajawali Press, 2012, Hal. 63-64
[99] Amirul Hadi dan H. Haryono,
Op.Cit, hal.99
[101] Burhan, 2012, Wawancara tanggal 20 september 2012
[102]Ibid
[103] Erfauzi, S.Ag, 2012, wawancara tanggal 19 September 2012
[104]ibid
[105] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta :
Kencana, 2009, hal. v
[106]Ibid
[107] Siswa-siswa SD Negeri 4
kelas V (lima) Desa Penyagun, Wawancara
tanggal 2 Oktober 2012
[108] Karfina Hidayat, Guru Pendidikan Agama Islam di Kelas V SD
Negeri 4 Penyagun, Wawancara Tanggal 4 Oktober 2012.
[109]Ibid,
Wawancara tanggal 9 Oktober 2012
[110] Erfauzi, Kepala Sekolah, Wawancara Tanggal 9 Oktober
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar