Jumat, 29 Januari 2016

Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan ( Kajian Skripsi )



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina keperibadianya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak menjadi dewasa.[1] Menurut Langeveld dalam Tohirin, pendidikan adalah setiap usaha,pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan orang dewasa kepada anak itu untuk pendewasaan anak itu.[2]
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan keperibadian individu (siswa).[3]Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan muthlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.[4]
Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek keperibadian manusia.[5] Lebih lanjut beliau menjelaskan, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.[6]
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya pendidikan merupakan suatu kebutuhan muthlak yang harus dipenuhi oleh manusia sepanjang hidupnya. Untuk membina keperibadian dan perkembangannya dalam kehidupan, sehingga nantinya akan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya dengan baik dan benar, serta dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba. Dalam upaya mendekatkan dirinya kepada sang pencipta.
Dalam hal ini Fuad Ihsan menambahkan, cita-cita demikian tidak akan mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.[7]
Tujuan atau cita-cita pendidikan sepertidisebutkan oleh S. Nasution,"Yang ingin dicapai dengan pendidikan ditentukan oleh filsafat yang dianut oleh pemerintah, atau penguasa dalam suatu negara. Kalau pemerintahan bertukar, dengan sendirinya tujuan pendidikan pun berubah sama sekali”.[8] Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa tujuan dari pendidikan yaitu “memberi motivasi dalam proses belajar mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai”.[9]
Jika dilihat pula dari perspektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakikatnya adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat orang yang bertakwa disisi-Nya.[10]
Untuk mengaktualisasi tujuan tersebut, seorang pendidik memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik kearah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari karakteristik keperibadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan (knowledge) belaka, akan tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (value/qimah) pada peserta didik .[11]
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwasanya tujuan pendidikan yang ingin dicapai itu akan memberikan motivasi dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan bisa tercapai jika kita tidak berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan kemampuan diri melalui proses pendidikan.
Begitu pula jika dilihat di dalam persfektif islam tujuan seorang muslim itu tidak lain hanyalah pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang dimiliki oleh seorang muslim tersebut.
Dalam Konfrensi Pendidikan Islam pertama di Mekkah (1977). Para ahli telah sepakat bahwa, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina insan yang beriman dan bertakwa yang mengabdikan dirinya hanya kepada Allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan Syari’ah serta memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak Islam.[12]
Sekolah Dasar Negeri 4 Penyagun merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang telah menetapkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang wajib diikuti oleh semua siswa.
Pendidikan agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah: Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.[13]
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, dalam www.google.com Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing ), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari ( being ).[14]
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.
Pendidikan agama Islam meliputi berbagai bidang studi, sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum masing-masing jenis dan tingkat pendidikan, yaitu Al-Qur’anul Karim, hadist, akidah, ibadah, sejarah, akhlak, dan pengetahuan lainnya.[15]
Studi ini berkaitan dengan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 4 Penyagun kelas V. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Maka seorang guru harus memiliki strategi yang baik. Hal ini disebabkan strategi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Studi ini memfokuskan pada Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa yang diterapkan di SD Negeri 4 Penyagun kelas V. Nana Sudjana dalam Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, bahwa Strategi Pengajaran adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pengajaran yang efektif dan efesien.[16]
Studi ini perlu dilakukan mengingat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek kehidupan, baik beribadah dan bertakwa kepada Allah SWT. serta menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Pendidikan Islam juga berusaha merealisasikan misi agama Islam dalam tiap pribadi manusia, yaitu menjadikan manusia sejahtera dan bahagia dalam cita Islam.[17]
Penelitian tentang agama Islam sangatlah penting dilakukan, hal ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan, wawasan dan prinsip-prinsip menjalankan hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Selain itu, banyaknya persoalan-persoalan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 4 Penyagun. Sehingga mendorong penulis untuk melakukan kajian ini.
Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan bahwa khusus penelitian terhadap implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran agama islam di SD Negeri 4 Penyagun belum pernah diteliti atau dilakukan orang lain. Atas alasan itulah peneliti tertarik untuk melakukan kajian ini dengan memfokuskan pada topik seperti tersebut di atas.
Berdasarkan pengamatan awal (studi pendahuluan) penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru
2.      Guru jarang membuat variasi dalam mengajar
3.      Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
4.      Masih ada siswa yang hanya bersikap tidak acuh saat pembelajaran berlangsung
Dari gejala-gejala di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 4 Kelas V desa Penyagun Kecamatan Rangsang”
B.     Alasan Memilih Judul
Adapun alasan peneliti memilih judul di atas adalah:
1.      Persoalan-persoalan yang dikaji dalam penelitian ini sesuai dengan bidang ilmu yang penulis pelajari, yaitu Pendidikan Agama Islam.
2.      Persoalan ini perlu diteliti karena strategi pembelajaran perlu diperhatikan oleh setiap guru untuk meningkatkan hasil belajar
3.      Masalah-masalah yang dikaji dalam judul di atas, penulis mampu untuk menelitinya.
4.      Lokasi penelitian ini masih terjangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian.


C.    Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini. maka perlu adanya penegasan istilah, beberapa istilah yang terkait dalam penelitian ini adalah:
1.      Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris. asal katanya adalah  implementation, yang berarti pelaksanaan atau implementasi.[18]Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.[19] Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern, implementasi juga diartikan dengan pelaksanaan atau penerapan.[20]
Dalam penelitian ini implementasi diartikan sebagai suatu pelaksanaan yang berkaitan dengan penerapan dalam suatu kegiatan tertentu.
2.      Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.[21]Sedangkan menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya, strategi diartikan sebagaia plan, method, or series activities designed to achieves a psrticular educationa goal. Yang berarti strategi itu merupakan sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[22]
Joni dalam Hamdani, juga memberikan pengertian tentang strategi. Menurut beliau strategi adalah “suatu prosedur yang digunakan untuk memberi suasana yang konduktif  kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan  pembelajaran”.[23]
Berdasarkan pengertian di atas, strategi dalam kajian ini diartikan sebagai suatu perencanaan oleh seseorang atau sekelompok orang yang berisi tentang serangkaian kegiatan dalam mencapai target yang dicanangkan.
3.      Pembelajaran
Pembelajaran asal katanya adalah belajar, dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern belajar adalah berusaha atau berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.[24] Sedangkan menurut Slameto,belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[25]
Senada dengan Slameto, Sardiman, A.M juga mendefinisikan belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.[26]
Pembelajaran merupakan suatu usaha agar dengan kemauannya sendiri seseorang dapat belajar, dan menjadikannya kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan.[27]Dengan keadaan seperti inilah, maka akan terciptanya keadaan masyarakat belajar.
Lebih lanjut Hamzah B. Uno mendefenisikan bahwa “Pembelajaran adalah suatu upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat, membelajarkan siswa”.[28] Dengan kata yang lebih halus bahwasanya pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mengikutsertakan, membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar.
Dari penjelasan di atas pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu usaha atau upaya untuk melakukan perubahan tingkah laku seseorang atau siswa dengan proses belajar. Yang mana perubahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca, melihat, mengamati, meniru dan lain sebagainya. agar tertanam dalam dirinya tentang pentingnya proses belajar, dan menjadikannya sebuah kebutuhan hidup sepanjang hayat.

4.      Strategi Pembelajaran
Menurut Kemp dalam Wina Sanjaya, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[29] Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan secara konstektual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.[30]
Senada dengan hal itu Dick and Carey dalam Wina Sanjaya juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[31]
Strategi pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini ialah suatu set materi yang berisi tentang pola kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa secara bersama untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien pada siswa yang seseuai dengan karakter dan lingkungan dimana sekolah itu berada.
5.      Berorientasi  
Berorientasi asal katanya ialah “orientasi”, yang diberikan imbuhan “ber” di depan katanya. Menurut Kamus Pintar Bahasa Indonesia, orientasi diartikan dengan prihal atau mencari pedoman.[32] Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern, orientasi diartikan dengan peninjauan atau melihat-lihat.[33]
Yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah berorientasi yang berkaitan dengan berkumpul dan bersama-sama dalam suatu pedoman pembelajaran, agar siswa aktif di dalam proses pembelajaran.
6.      Aktivitas Siswa
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan.[34] Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia Modern, aktivitas ialah kegiatan kesibukan atau keaktifan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan.[35]
Siswa adalah pelajar atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar di sebuah lembaga pendidikan.[36] Jadi, aktivitas siswa ialah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok pelajar di sebuah lembaga pendidikan.
7.      Pendidikan Agama Islam
Oemar Muhammad al-Toumy dalam Tohirin menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam diartikan sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.[37]
Dengan demikian pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berisikan pedoman atau aturan bagi umat islam dalam bertingkah laku.
D.    Permasalahan
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Penerapan strategi berorientasi aktivitas siswa jarang dilakukan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran cendrung tidak kondusif,
2.      Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran belum diidentifikasi oleh guru.
1.      Identifikasi Masalah
Sebagai mana yang telah dipaparkan dalam latar belakang, bahwa persoalan pokok dalam kajian ini adalah imflementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Berdasarkan persoalan pokok tersebut, maka persoalan-persoalan yang terkait dalam kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.       Siswa bersikap tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran
b.      Guru kurang variatif dalam menerapkan strategi pembelajaran
c.       Kurangnya Strategi guru dalam membangkitkan aktivitas siswa, dalam proses pembelajaran.
2.      Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang terkait dengan kajian ini, maka penulis memfokuskan pada implementasi strategi pembelajaran yang berorientasi terhadap aktivitas siswa  dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Kelas V.
3.      Rumusan Masalah
Relevan dengan masalah di atas, masalah dalam kajian ini adalah: Bagaimana implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun di kelas V?
E.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara ilmiah dan sistematis tentang implementasi strategi pembelajaran berorientasi terhadap aktivitas siswa di SD Negeri 4 kelas V(lima) di Penyagun kecamatan Rangsang dalam proses pembelajaran.
2.      Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a.       Sebagai imformasi bagi SD Negeri 04 Penyagun tentang Strategi Berorientasi Aktivitas Siswa
b.      Sebagai imformasi bagi jurursan pendidikan agama Islam fakultas tarbiyah di STAI Nurul Hidayah Selatpanjang tentang Strategi Berorientasi Aktivitas Siswa
c.       Sebagai pengembangan wawasan keilmuan dan akademik bagi penulis
d.      Sebagai peningkatan mutu bagi guru dalam menerapkan menyampaikan materi.
F.     Sistematika Penulisan
Laporan penilitian ini akan ditulis dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan; yang terdiri atas: latar belakang masalah, alasan memilih judul, penegasan istilah, permasalahan(identifikasi,batasan dan rumusan masalah), tujuan dan kegunaan penelitian.
Bab II kerangka teoritis dan konsep operasional yang mengemukakan tentang: pengertian strategi pembelajaran, jenis-jenis strategi pembelajaran, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, konsep dan tujuan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, manfaat strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, kadar pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran PAI, kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa,peran guru dalam implementasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, serta penelitian yang relevan.
Bab III metode penelitian yang membahas tentang: lokasi dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV penyajian data dan analisa yang membahas tentang: deskripsi umum SD Negeri Penyagun, penyajian data dan analisa data.
Bab V penutup yang meliputi kesimpulan dansaran-saran. Pada bagian akhir laporan penelitian ini dikemukakan daftar dan lampiran.










BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP OPERASIONAL

A.    Kerangka Teoritis
1.      Pengertian Strategi Pembelajaran
Adapun landasan kajian ini adalah tentang strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Kata strategi berasal dari bahasa latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.[38]
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi, untuk memenangkanpeperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dari kuantitas maupun kualitas. Misalnya kemampuan setiap personil, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya dan lain sebagainya.[39]
Dalam dunia pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh J.R. David dalam Wina Sanjaya, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series activities designed to achieves a particular educationa goal.[40] Berdasarkan pengertian tersebut, berarti strategi itu merupakan sebuah perencanaan, metode dan juga pendekatan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang disusun (didesain) untuk mencapai tujuan dari jenjang pendidikan tertentu[41].
Pembelajaran, yang kata dasarnya adalah belajar. Secara sederhana, Anthony Robins dalam Trianto, belajar merupakan sebagai proses menciptakan hubungan antara suatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan suatu pengetahuan yang baru.[42] Sedangkan menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[43]
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[44]Ernest R. Hilgard dalam Zainal Asril, menyatakan bahwa Learning is a process by an activity originaties or changed through training procedures (whether is laboratory or in the natural environment) as distinguishedfrom changes by factor not attribu able to training[45].
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah tuhan di muka bumi. Karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.[46]
Untuk mewujudkan fungsi manusia sebagai khalifah tersebut, di dalam proses pembelajaran perlu dirumuskan tujuan-tujuan dari pembelajaran tersebut pula. Seperti yang di kemukakan Wina Sanjaya, beliau menyebutkan bahwasanya tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar. Sekaitan dengan itu, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.[47]
Berangkat dari pengertian belajar diatas berarti pembelajaran adalah suatu usaha atau upaya untuk melakukan perubahan tingkah laku seseorang atau siswa dengan proses belajar. Yang mana perubahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca, melihat, mengamati, meniru dan lain sebagainya. agar tertanam dalam dirinya tentang pentingnya proses belajar, dan menjadikannya sebuah kebutuhan hidup sepanjang hayat.
Perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang atau siswa melalui proses belajar tersebut sehingga membuat manusia itu mampu berkembang dan dapat menjalankan salah satu fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah : enquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning dan humanistic education.[48]
a.      Enqiry-Discovery Lerarning
Enqiry-discovery lerarning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang umtuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah.[49]
b.      Ekspository Learning
Ekspository  learning, dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.[50]

c.       Mastery Learning
Dalam kegiatan mastery learning ini guru harus dapat mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik ke arah tercapainaya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan.[51]
d.      Humanistic Education
Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya jangan terlalu membuat jarak terlalu tajam dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang berbicara. Taraf akhir dari proses belajar mengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimal mungkin dari setiap anak didik.[52]
Jadi, di dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas, berbagai sistem belajar mengajar yang bisa kita terapkan, diantaranya: enquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning dan humanistic education. Semua strategi ini bisa diterapkan oleh guru dalam konsep strategi berorientasi aktivitas siswa, yang mana menghendaki keaktifan siswa dalam proses belajar, akan tetapi tidak mengurangi dari kemampuan guru dalam menguasai kelas dan membuat suasana pembelajaran tidak fakum, nyaman dan kondusif.
Slameto menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.[53]
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,  penulis juga akan memaparkan tentang faktor-faktor penunjang keberhasilan pembelajaran yaitu: (1). Kemampuan guru dalam membuka pembelajaran, (2). Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, (3). Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, kemampuan guru menutup pembelajaran, dan (5). Faktor penunjang lainnya.[54] Faktor-faktor penunjang tersebut antara lain:
1)      Kemampuan guru menggunakan bahasa secara jelas dan mudah dipahami siswa.
2)      Sikap yang baik, santun dan menghargai siswa.
3)      Kemampuan mengorganisasi waktu yang sesuai dengan alokasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
4)      Cara berbusana dan berdandan yang sopan sesuai dengan norma yang berlaku.[55]
Di dalam proses Pembelajaran, ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh seorang guru. Tiga faktor ini memiliki posisi strategis guna membawa siswa dapat mencapai satu tahapan yang mampu melakukan perubahan prilaku. Ketiga faktor yang dimaksud yaitu, metode evaluasi, cara belajar dan tujuan Pembelajaran.[56] Sedangkan Strategi Pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.[57]
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kemp dalam Wina Sanjaya, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[58] Senada dengan itu  Reigeluth dalam Made wena, strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda dan di bawah kondisi yang berbeda.[59]
Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu set materi yang berisi tentang pola kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa secara bersama untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien pada siswa yang sesuai dengan karakter dan lingkungan dimana siswa dan sekolah itu berada.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas:
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk menggunakan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.[60] Ini berarti penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan pengaflikasian sebuah kegiatan pembelajaran.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.[61] Ini berarti di dalam penyusunan sebuah strategi pembelajaran semua aspek harus mengarah kepada pencapaian tujuan dari strategi pembelajaran tersebut.
2.      Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree dalam Wina Sanjaya, beliau mengelompokkan kedalam strategi penyampaian-penemuan atau exsposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.[62]
a.       Strategi Penyampaian-penemuan atau Exsposition-discovery Learning
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen dalam Wina Sanjaya menyebutkan dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction).[63]
Dikatakan strategi pembelajaran langsung, karena dalam strategi ini materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai imformasi.[64]
Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.[65]
b.      Strategi Pembelajaran Kelompok dan Strategi Pembelajaran Individual  atau Groups-individual Learning.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.[66]
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.[67]
Selain strategi yang telah dikemukakan oleh Rowntree,  Burdon dan Byrd dalam Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, juga mengelompokkan strategi pembelajaran menjadi Strategi deduktif-induktif dan Strategi ekspositori langsung dan belajar tuntas.[68]
a.       Strategi Deduktif-induktif
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari ilustrasi-ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini sering disebut juga strategi dari umum ke khusus. Sebaliknya strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari mulai dari hal-hal yang konkrit atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan dengan materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.[69]
b.      Strategi Ekspositori Langsung dan Belajar Tuntas
Strategi ekspositori langsung, guru menstruktur pelajaran dengan maju secara urut. Guru dengan cermat mengontrol materi dan keterampilan yang dipelajari. Pada umumnya, dengan strategi ekspositori langsung, guru menyampaikan keterampilan dan konsep-konsep baru dalam waktu yang relatif singkat. Strategi pembelajaran langsung berpusat pada materi dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada kepada siswa. Guru memonitor pemahaman siswa dan memberikan balikan terhadap penampilan mereka.[70]
Strategi belajar tuntas didasari pada keyakinan bahwa semua siswa dapat menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran disiapkan untuk itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi siswa diberi waktu belajar yang cukup, ada balikan untuk penampilannya, program pembelajaran individual, berkaitan dengan porsi materi yang tak dikuasai pada pembelajaran awal, dan kesempatan menunjukkan ketuntasan setelah mendapat remediasi.[71]
Dari berbagai pendapat di atas, yang sesuai dengan konsep strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang menjadi kosentrasi penulis di dalam kajian ini ialah Strategi ekspositori langsung dan strategi discovery. Dari kedua strategi ini menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajaran di butuhkan keaktifan siswa.
Di dalam strategi ekspositori langsung ini, setelah guru menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara jelas, kemudian guru juga akan memonitor sejauh mana pemahaman siswa dengan materi tersebut dan memberikan umpan balik terhadap yang disampaikan guru tersebut. Guru juga memberi penguatan atas respon siswa yang benar dan menyediakan waktu umpan balik kepada siswa yang lain untuk memberi penguatan dan tanggapan.
Selain siswa disediakan materi dan bahan ajar secara jelas, siswa juga harus dihadapkan dengan bahan pelajaaran dan contoh masalah  yang menjadi tofik dari pelajaran mereka, seperti dalam Strategi discovery ini siswa mencari contoh-contoh masalah melalui berbagai aktivitas, sehingga guru hanya memfasilitasi dan membimbing siswa.
3.      Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Sebelum membahas tentang strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, ada baiknya kita memahami pengertian strategi, metode dan pendekatan pada pembelajaran terlebih dahulu.Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu kita cermati.Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Artinya, arah dari semua penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.[72]
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa merupakan system pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar.Artinya pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.Siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif.Akan tetapi, siswa merupakan organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk berkembang.Mereka adalah individu yang memiliki potensi. Dalam pelaksanaannya, strategi ini menerapkan pembelajaran dimana siswa aktif dalam setiap proses pembelajaran baik itu dalam mencari informasi serta menjadi sumber belajar. Keaktivan disini dinilai tidak hanya  kektivan secara fisik. Akan tetapi, keaktivan pengetahuan dan berfikirnya juga dikembangkan.[73]
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Fenomena adanya cara belajar aktifitas secara factual, dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat konservatif para guru pada umumnya.[74]
Strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa merupakan salah satu upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia. Adanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara lain :
a.       Masalah pemerataan pendidikan
b.      Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
c.       Masalah kualitas/mutu pendidikan
d.      Masalah efisiensi pendidikan.[75]
Keempat masalah itu, masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu sama lain.[76]Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang Pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu: bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijajali dengan imformasi, tetapi mereka adalah subjek dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik itu. Ketiga, asumsi tentang guru, bahwasanya guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran, bahwasanya inti dari proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.[77]
Dari paparan konsep di atas, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan yang ditawarkan oleh pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) ini berbeda dengan proses pembelajaran yang kita kenal selama ini.
Selama ini kita hanya melihat proses pembelajaran banyak diarahkan kepada proses menghafal imformasi yang disampaikan guru. Ukuran keberhasilan siswa pun hanya pada sejauh mana siswa mampu menguasai pelajaran. Tidak peduli apakah materi yang dihafal tersebut apakah sesuai dengan perkembangan potensi atau tidak, yang terpenting saat ditanyakan guru atau diberikan soal oleh guru, siswa tersebut dapat mengungkapkan kembali dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Hal ini dapat juga kita lihat pada mata pelajaran Agama dan Pkn, seharusnya pada pelajaran ini siswa dituntut dan diarahkan pada proses pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam kehidupan sebagai bekal di dalam pergaulan sehari di lingkungan masyarakat yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma yang berlaku. Pada kedua mata pelajaran ini tidak perlu terlalu difokuskan pada pengembangan intelektual siswa dengan menghafal materi pelajaran tersebut.
Oleh karena itu, di dalam konsep pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini telah termuat beberapa asumsi yang dapat menjadi acuan bagi guru dan pakar pendidikan dalam mengembangkan pendidikan, diantaranya:
1)      Bahwasanya proses  pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.
2)      Bahwasanya anak didik bukanlah objek yang harus dijajali dengan imformasi, tetapi mereka adalah subjek dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut.
3)      Bahwasanya guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar
4)      Bahawasanya inti dari proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.
Terlepas dari beberapa asumsi yang telah disebut diatas, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini muncul sebagai upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mana menghendaki adanya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
Dan jugaadanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara lain :
a)      Masalah pemerataan pendidikan
b)      Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
c)      Masalah kualitas/mutu pendidikan
d)     Masalah efisiensi pendidikan.
4.      Konsep dan Tujuan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan kognitif, afektif dan psikomotor seimbang.[78] Sedangkan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa bertujuan: Pertama,pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kedua, pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).[79]
Jadi, dapat diketahui bahwa konsep dan tujuan yang dimaksud dalam PBAS ini ialah untukmeningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, danmengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa secara optimal dan seimbang, baik dari aspek intelektual (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor).
5.      Manfaat Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Manfaat dari PBAS adalah untuk merangsang aktifitas belajar peserta didik, di mana hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penguasaan, para siswa belajar dengan teknik menghapal apa yang dicatat dari penjelasan guru atau dari buku-buku, sumber belajar juga pada umumnya terbatas pada guru, dan selain itu, guru dalam belajar kurang merangsang aktifitas belajar peserta didik secara optimal, dan tidak jarang dijumpai penguasan dan keterampilan yang kurang kondisi belajar mengajar yang diciptakan dan disediakan oleh guru untuk peserta didik kurang menunjang. Dan peserta didik sendiri tenggelam di dalam lingkungan belajar yang kurang merangsang aktifitas belajar yang optimal. Maka PBAS lahir untuk merangsang aktifitas belajar siswa. Selain itu dalam PBAS proses pembelajaran melibatkan mental peserta didik, maka dengan PBAS dapat menambah tinggi bobot aktifitas mental dalam belajar.[80]
Dengan kata lain bahwasanya strategi pembelajaran aktivitas siswa dapat memacu dan memberikan rangsangan terhadap munculnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga dengan menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini juga kita secara tidak langsung telah melibatkan mental peserta didik yang nantinya dapat menambah bobot aktivitas siswa tersebut dalam belajar.
6.      Kadar Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa
Kadar pembelajaran berorientasi aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahui secara pasti. Tidak dapat dipastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu juga siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.[81]
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatau proses pembelajaran memliki kadar PBAS yang tinggi, sedang, atau lemah. Dapat kita lihat dari kriteria dan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi  hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.[82]
Dari paparan di atas berarti strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dalam menilai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak bisa ditentukan dari aktivitas fisik semata, akan tetapi harus dipertimbangkan juga pada aktivitas non fisik seperti mental, emosional dan intelektual.
Dan salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam menilai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ialah dengan melihat sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi  hasil pembelajaran.
7.      Implementasi Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Pada Mata pelajaran PAI
Dalam kegiatan belajar mengajar, penerapan PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Penerapan PBAS dapat dilakukan pada semua mata pelajaran yang menginginkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga tidak terkecuali pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.[83]
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata pada mata pelajaran PAI, dan agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka tahapan inilah yang dinamakan dengan metode.Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, dalam melaksanakan strategi PBAS pada mata pelajaran PAI ini bisa digunakan metode diskusi dan pemecahan masalah, tanya jawab, demonstrasi, bermain peran, pengalaman lapangan dan lain sebagainya.[84]
Dengan demikian dapat diketahui bahwa implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI)  ialah dengan cara melakukan berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
8.      Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan peserta didik ini contohnya sangat banyak, seperti diskusi, tanya jawab, penugasan, experiment,dan lain sebagainya. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan:
a.       Metode ini dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, dan dapat mengembangkan berbagai aspek peseta didik yakni aspek kognotif, afektif, dan psikomotor.
b.      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.       Peserta didik akan mempunyai kesempatan banyak dalam mengembangkan dan membangun pengetahuannnya.
d.      Pembelajaran yang dilakukan lebih kontekstual.
e.       Peserta didik akan mempunyai sifat kooperatif, kolaboratif, serta suportif.
f.       Akan terkembangnya karakter peserta didik (life-long learning).
g.      Pemanfaatan teknologi informasi yang efektif dan efisien.
h.      Kualitas lulusan akan lebih kreatif, inovatif, dan selalu memecahkan masalah tidak secara tekstual melainkan secara kontekstual
i.        Memberikan rasa percaya diri bagi peserta didik yang mempunyai kekurangan dalam akademis serta memiliki rasa kepemimpinan, kemandirian, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim.
j.Peserta didik dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung
Kekurangan :
a.       Peserta didik kurang mendapat arahan dari pengajar, sehinggga bagian-bagian yang penting kurang diketahui.
b.      Terganggunya peserta didik yang bersifat pasif.
c.       Menggunakan waktu yang cukup banyak.[85]
9.      Peran Guru dalam Implementasi pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dariberbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.[86]
Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
a.       Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek  maupun jangka panjang;
b.      Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai;
c.       Membantu perkembangan aspek-aspek peribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses belajar-mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan keperibadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.[87]
Sedangkan dalam implementasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mempasilitasi siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa  menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarkannya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa.[88]
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas, akan tetapi yang lebih penting dari itu, guru mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perkembangan keperibadian siswa.  Begitu juga dalam pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, guru bukanlah sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa, akan tetapi yang lebih penting ialah bagaimana guru bisa mempasilitasi siswa dalam belajar, dan sistem pembelajarannya juga sesuai dengan karakteristik belajar siswa.
10.  Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, yaitu: faktor guru dan sarana belajar.[89]
a.       Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.[90]
Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dipandang dari sudut guru, yaitu: kemampuan guru, sikap propesional guru, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.[91]
1)      Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif  yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.
2)      Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang profesional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
3)      Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi PBAS. Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru  memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, pemehaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman tentang berbagai model, dan metode pembelajaran. Demikian juga halnya dengan pengalaman mengajar. Guru yang telah memiliki jam terbang mrngajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.[92]
Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran berorientasi aktivitas siswa salah satunya sangat ditentukan oleh faktor guru, seperti kemampuan guru dalam menguasai materi, sikap profesional guru dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru tersebut. Jika guru tidak memiliki kemampuan dan dedikasi yang tinggi dalam mengajar, maka akan sulit bagi seorang guru untuk bersikap kreatif dan inofativ di dalam mendesain pembelajaran. Begitu juga dengan sikap profesional guru. Guru yang profesional akan mampu memotivasi siswanya untuk selalu aktif di dalam proses pembelajaran. Selain sikap profesional guru, latar belakang pendidikan seorang guru tersebut juga harus di perhitungkan. Dengan latar pendidikan yang sesuai dengan spesifikasi yang diajarkannya, seorang guru akan lebih menguasai bahan ajar yang akan di sampaikan di dalam kelas.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, seornang guru juga harus mampu menguasai dan mampu melihat serta mengerti tentang karakter anak dan psikologis anak didik yang kita ajarkan.
b.      Sarana Belajar
Keberhasilan implementasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Juga dapat dipengaruhi oleh  ketersedian sarana belajar. Yang termasuk ketersediaan sarana itu meliputi ruang kelas dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar.[93]
1)      Ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga halnya dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa ada gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai, dan sebagainya akan membuat siswa cepat lelah dan tidak bergairah dalam belajar.
2)      Media dan sumber belajar, melalui PBAS siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber imformasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain; atau dari media elektronik seperti radio, televisi, film slide, video, komputer atau mungkin internet.
3)      Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan PBAS. Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan  lingkungan psikologis.[94]
Jadi, faktor keberhasilan penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa jika dipandang dari sudut guru dapat dilihat dari kondisi ruang kelas, penggunaan media pembelajaran, dan terciptanya lingkungan belajar. Jika menghendaki siswa aktiv dalam belajar, seorang guru harus mampu menata ruang kelas dengan sebaik mungkin, seperti letak tempat duduk harus selalu dinamis sehingga siswa merasa terus ada perubahan dan merasa selalu ada inovasi baru.
Selain ruangan kelas, media dan sumber belajar juga harus diperhitungkan dalam pendekatan PBAS, karena keberhasilan penerapan strategi ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar. Begitu juga dengan lingkungan belajar, jika lingkungan belajar terasa nyaman dan kondusif, maka akan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar.
 Berdasarkan dari paparan-paparan di atas, strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa di dalam menerapkannaya di perlukan peran aktif dari semua pihak, baik dari aspek guru, siswa, sarana belajar, sumber belajar maupun lingkungan belajar itu sendiri. Di dalam strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa juga di dalam mengimplementasikannya, selain menuntut keaktifan siswa, sangat dibutuhkan pendekatan-pendekatan dan sistem belajar mengajar yang menginginkan peran aktif dari seorang guru (pendidik) dalam memotivasi dan memberikan respon positif agar siswa senantiasa aktif berfartisipasi di dalam proses pembelajaran.
B.     Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang implementasi pembelajaran sudah pernah dilakukan orang diantaranya Suprizal (2008). Meneliti tentang Implementasi pembelajaran bidang studi membaca al-Qur’an di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Nurul Fatah Sidomukti Desa Sungai Cina Kecamatan Rangsang Barat. Secara khusus penelitian tentang Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Desa Penyagun belum pernah diteliti atau dilakukan oleh orang lain. Dikarenakan kajian ini belum pernah diteliti oleh orang lain tersebut, maka peneliti akan melakukan kajian ini dengan memfokuskan pada tofik seperti disebutkan di atas.
C.    Konsep Operasional
Konsep kajian ini berkenaan dengan Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Implementasi merupakan suatu pelaksanaan atau penerapan, dengan kata lain implementasi dalam suatu aktivitas merupakan bentuk realisasi daripenerapan dan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan. Sedangkan Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda, artinya proses pembelajaran tidak semua sama dilihat dari materi yang disajikan.
Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan strategi yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang.
Berdasarkan konsep tersebut yang dimaksud dengan implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yaitu penerapan dari suatu strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan  secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang. Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilakukan dengan berbagai langkah atau cara seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, menyimak dan lain sebagainya.
Indikator Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah:
1.      Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung
2.      Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung
3.      Guru memberi motivasi pada siswa agar berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung
4.      Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri.
5.      Guru berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa dengan baik.
6.      Guru dan siswa berinteraksi dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung.
7.      Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran.
8.      Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum.
9.      Guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana program pembelajaran yang dibuat.
Implementasi strategi pembelajran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam ini dengan indikator di atas dapat diklasifikasikan ke dalam:
a.       76 % - 100 % : efektif
b.      49 % - 75 %  : kurang efektif
c.       0 % - 48 % : tidak efektif.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 4 Penyagun. Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa persoalan-persoalan yang diteliti ada di lokasi ini. selain dari itu, dari segi pertimbangan waktu juga, lokasi penelitian ini dapat penulis jangkau sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di lokasi tersebut. Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan, dimulai pada tanggal 10 Juni 2012 s/d 10 November 2012.
B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam dan Siswa kelas V (Lima) SD Negeri 4 Penyagun, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini  adalah strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Guru sebagai imforman utama sedangkan siswa sebagai imforman tambahan.
C.    Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam yang hanya 1 orang dan murid berjumlah 17 orang. Oleh karena itu, maka peneliti tidak melakukan penarikan sampel.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Metode ilmiah pada hakikatnya ialah penggabungan antara berpikir secara deduktif dengan induktif. Jika pengajuan rumusan hipotesis dengan susah payah diturunkan dari kerangka teoritis dan kerangka berpikir secara deduktif, maka untuk menguji hipotesis itu dapat diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada dilapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya data itu dianalisis dan disimpulkan secara induktif. Akhirnya dapat diputuskan bahwa hipotesis ditolak atau diterima. Adapun teknik pengumpulan data tersebut terdiri atas: observasi (obsservation), wawancara (interview),  angket (questionary), dokumentasi (documentation.)[95]
a.       Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila: (1) sesuai dengan tujuan penelitian, (2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, (3) dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya).[96]
b.      Wawancara
Wawancaara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.[97] Data yang dikumpulkan melalui wawancara umumnya adalah data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab. Oleh karena menulis hasil wawancara memiliki banyak kelemahan dan akan sangat sulit menulis sambil melakukan wawancara serta sulit dibedakan mana data deskriptif dan mana data hasil tafsiran, maka selama melakukan wawancara sebaiknya menggunakan instrumen pembantu alat perekam (tape recorder).[98]
c.       Angket
Amirul Hadi dan H. Haryono menjelaskan, yang dimaksud dengan angket ialah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).[99]
d.      Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumetasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien, sedangkan kelemahan-kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen cendrung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti pun mengalami kesalahan dalam mengambil datanya.[100]
Dari berbagai metode teknik pengumpulan data di atas, yang penulis gunakan dalam penelitian ini hanyalah metode observasi dan wawancara saja. Hal ini dikarenakan kedua metode tersebut yang sesuai dengan teknik pengumpulan data yang akan penulis sajikan dalam penelitian ini.
Adapun data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik:
1.      Observasi; yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek kajian. Untuk melakukan pengamatan, peneliti menyiapkan instrument berupa daftar chek list.
2.      Wawancara; wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada sebagian subyek penelitian. Untuk melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrument pedoman wawancara.
Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru dan  siswa kelas V (Lima) SD Negeri 4 Penyagun, dan melakukan observasi, dengan melihat secara langsung bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
E.     Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriftif kualitafif dengan persentase. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata dan dipahami untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan berwujud angka-angka diprosentasekan dan ditafsirkan. Kesimpulan data dibuat dalam bentuk kalimat-kalimat (kualitatif). Sehingga teknik semacam ini sering di sebut deskriftif kualitatif dengan persentase.
Untuk melakukan analisis data di atas, digunakan statistik deskriftif kualitatif dengan rumus :
P  =Fx100 %
                        N
Keterangan rumus:
P = Persentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden





















BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Umum SD Negeri 4 Desa Penyagun
1.      Sejarah Berdirinya
Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Desa Penyagun merupakan salah satu lembaga pendidikan umum dengan jenjang pendidikan tingkat dasar yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan.
Perjalanan sejarah Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Desa Penyagun ini seperti yang di tuturkan oleh Bpk. Burhan(kepala dusun 01 dan alumni pertama dari SD penyagun). SD Negeri 4 Penyagun ini Merupakan salah satu dari banyak SD di kecamatan Rangsang, yang boleh di katakan SD yang sudah cukup tua usianya, Berdiri sejak tahun 1962. Pada awal berdirinya SD Negeri 4 Penyagun belum menjadi sekolah Negeri seperti sekarang ini, pada mulanya hanya bernama SD Penyagun yang merupakan lokal jauh dari SD Paibun di Selatpanjang.[101]
Berdirinya sekolah dasar lokal jauh ini dengan nama SD Penyagun tersebut berangkat dari kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan, bisa menulis, membaca dan berhitung merupakan kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat pada saat itu. Berangkat dari tiga hal tersebut dan juga adanya kebijakan dari pemerintah kecamatan tebing tinggi, (sebelum sekarang mekar menjadi kecamatan rangsang). Dengan mengirim seorang guru bernama Jumari ke desa penyagun. Menurut keterangan dari bapak Burhan tersebut, sekolah dasar (SD) penyagun pertama kalinya belum mendapat bangunan dari pemerintah seperti sekarang ini, bangunan tempat siswa belajar di bangun atas swadaya masyarakat dan begitu juga dengan meja dan kursi tempat mereka belajar, semuaya atas swadaya dari masyarakat yang secara gotong royong membuatnya. Dan cara mereka belajarpun tidaklah seperti anak-anak sekarang yang menggunakan buku dan pena, mereka dulunya hanya menggunakan papan hitam yang terbuat dari batu kapur dan pensil. Disaat pergantian pelajaran, maka catatan-catatan yang telah ditulis tersebut harus dihafal dengan baik, karena catatan-catatan tersebut harus di hapus dan diganti dengan catatan yang baru lagi, begitulah setiap harinya proses pembelajaran mereka.[102]
Setelah berlangsung selama enam tahun, proses pembelajaran dengan hanya dengan satu orang tenaga pengajar,barulah tahun 1968 SD Penyagun berubah menjadi Sekolah Dasar Negeri Penyagun dengan di tunjuk Jumari sebagai Kepala Sekolah, dan pada tahun 1968 tersebut menamatkan siswa perdananya dengan melakukan ujian Ebtanas (sekarang UAN) di SD Negeri Paibun di Selatpanjang.
Setelah SD Penyagun berubah menjadi SD Negeri Penyagun, maka secara berangsur-angsur di datangkan lagi guru dari selatpanjang sebanyak dua orang, yaitu Nasir dan  Cam.
Sedangkan kepala sekolah SD Negeri 4 Penyagun,  Erfauzi, S.Ag menjelaskan bahwa SD Negeri Penyagun  pada tanggal 19 maret 1981 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No: 041/3/1988 berubah statusnya dari SD Negeri Penyagun menjadi SD Negeri 041 Penyagun.[103] Dan pada tanggal 05 September 2002 berubah lagi namanya menjadi SD Negeri 4 Penyagun.
Selain adanya perubahan-perubahan nama sekolah, SD Negeri 4 Penyagun juga sering terjadi pergantian kepala sekolah. Sejak berstatus sekolah negeri, SD Negeri 4 Penyagun sudah enam kali terjadi pergantian kepala sekolah. Kepala sekolah pertama dijabat oleh Jumari dan pada tahun 1970 digantikan oleh Malim Mandaro. Malim Mandaro menjadi kepala sekolah selama sebelas tahun dan sampailah dia meninggal pada tahun 1981.
Untuk mengatasi kevakuman jabatan kepala sekolah, kemudian pada tanggal 22 Oktober 1981 ditunjuk  A. Nahar sebagai kepala Sekolah. A. Nahar merupakan pejabat kepala sekolah paling lama di SD Negeri 4 Penyagun sampai saat ini. dia menjabat selama 21 tahun. Dan pada tanggal 15 maret 2002 beliau pindah ke selatpanjang, dan jabatan kepala sekolah diserahkan kepada Ramli, A.Ma. Ramli, A.Ma hanya menjabat selama 10 tahun. Pada tanggal 20 februari 2012 jabatan kepala sekolah diserahkan kepada  Erfauzi, S.Ag. hingga sekarang.[104]
Dari pemaparan di atas, dapat dibuatkan tabel nama-nama pejabat kepala sekolah SD Negeri 4 Penyagun sejak awal berdiri hingga sekarang sebagai berikut :
Tabel IV.1
Pejabat Kepala Sekolah dari awal berdiri sampai sekarang
No
Nama Pejabat
Periode
Keterangan
1
Jumari
1968 s/d 1970
Kepsek SDN Penyagun
2
Malim Mandaro
1970 s/d 1981
Kepsek SDN Penyagun
3
A. Nahar
22 Oct 1981 s/d 15 Mar 2002
Kepsek SDN 041
4
Ramli, A.Ma
15 Mar 2002 s/d 20 Feb 2012
kepsek SDN 4
5
Erfauzi, S.Ag
20 Feb 2012 s/d Sekarang
kepsek SDN 4
Sumber Data : Kantor SD Negeri 04 Desa Penyagun Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti dan tokoh masyarakat.

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi lima kali pergantian kepala sekolah. Adapun nama-nama Kepala Sekolah tersebut adalah: Jumari, Malim Mandaro, A. Nahar, Ramli, A.Ma dan Erfauzi, S.Ag.
2.      Keadaan Siswa dan Guru SD Negeri 4 Penyagun
Untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa SD Negeri 4 Penyagun selama lima tahun terakhir, atau mulai dari tahun ajaran 2007/2008 s/d tahun ajaran 2011/2012, dapat kita lihat melalui tabel berikut :                                   

Tabel IV.2
Keadaan Perkembangan Siswa selama 5 ( Lima ) Tahun Terakhir

Tahun Ajaran
Kelas
Jumlah
Tidak Naik
Putus Sekolah / Pindah
2007/2008
I
II
III
IV
V
IV
17
27
23
20
25
25
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2008/2009
I
II
III
IV
V
IV
21
17
27
23
20
25
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2009/2010
I
II
III
IV
V
IV
26
21
17
27
23
20
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2010/2011
I
II
III
IV
V
IV
26
26
21
17
27
23
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
5 (Pindah)
.
2011/2012
I
II
III
IV
V
IV
26
26
26
21
17
22
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sumber data : Data Statistik Perkembangan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa dari tahun ajaran 2007/2008 samapai dengan tahun ajaran 2009/2010 terus mengalami kenaikan. Hanya pada tahun ajaran 2010/2011 sampai dengan tahun ajaran 2011/2012 tidak mengalami kenaikan ataupun juga penurunan, melainkan berada pada posisi sama dengan tahun sebelumnya, tidak adanya kenaikan ataupun penurunan siswa ini dikarenakan tidak bertambahnya jumlah anak usia sekolah, serta tetapnya jumlah calon peserta didik yang mendaftar di SD Negeri 4 Penyagun pada tahun tersebut.
Dari keterangan-keterangan di atas dapat juga dilihat tabel rasio penerimaan siswa SD Negeri 4 Penyagun dari tahun 2008 sd. 2012 berikut ini
Tabel IV. 3
Rasio Penerimaan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
Tahun Ajaran
Jumlah Siswa
Pendaftar
Diterima
Persentase
2007/2008
17
17
100 %
2008/2009
21
21
100 %
2009/2010
26
26
100 %
2010/2011
26
26
100 %
2011/2012
26
26
100 %
Sumber data : Data Statistik Penerimaan Siswa SD Negeri 4 Penyagun
Dari tabel di atas telah menunjukkan adadaya kenaikan jumlah pendaftar dan rasio penerimaan siswa dari tahun 2008 sd. 2010 serta mengalami keadaan tetap (konstan) dari tahun 2010 sd. 2012. Sedangkan angka (jumlah) kelulusan siswa SD Negeri 4 Penyagun selama 5 (lima) tahun terakhir, dapat kita lihat melalui tabel berikut ini.

Tabel IV. 4
Profil Tamatan Siswa SD negeri 4 Penyagun (5 Tahun Terakhir)
Tahun Pelajaran
Tamatan %
Siswa yang melanjutkan ke Sekolah lanjutan  pertama %
Jumlah
Target
Jumlah
Target
2007/2008
20
100 %
20
100 %
2008/2009
20
100 %
20
100 %
2009/2010
17
100 %
17
100 %
2010/2011
21
100 %
21
100 %
2011/2012
19
100 %
19
100 %
Sumber data : Data Statistik Tamatan SD Negeri 4 Penyagun
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwasanya seluruh siswa yang tamat pada tahun ajaran tersebut melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Hal ini dikarenakan adanya pasilitas sekolah lanjutan tingkat pertama di desa penyagun.
Setelah kita melihat data tamatan siswa di SD Negeri 4 penyagun, sebagai salah satu penunjang dan tolak ukur keberhasilan siswa di SD Negeri 4 Penyagun, dapat pula kita lihat data status tenaga pendidik yang bertugas di SD tersebut melalui tabel di bawah ini.




Tabel IV. 5
Keadaan Guru di SD Negeri 4 Penyagun
Ijazah Tertinggi
Status Kepegawaian
Jumlah Guru
Tetap
Jumlah Guru
Bantu/CPNS
Jumlah Guru
Honor Daerah
Jumlah Guru Tidak
Tetap/Honor
S. 1
1
-
1
1
D. 3
-
-
-
-
D. 2
1
-
2
-
D.1/SLTA
-
-
2
1
Jumlah
2
-
5
2
Sumber data : Laporan bulanan, Juni 2012
Dari tabel di atas menunjukkan  bahwa guru yang bertugas di  SD Negeri 4 Penyagun berjumlah 9 orang, terdiri dari :
1.      Jumlah Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang dan D2. 1 orang.
2.      Jumlah guru honor daerah sebanyak 5 orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang, D2. Sebanyak 2 orang dan SLTA sebanyak 2 orang.
3.      Jumlah guru tidak tetap / honor ada 2 orang, dengan jenjang pendidikan S1. 1 orang dan SLTA 1 orang.
Adapun tenaga pendidik di SD Negeri 4 Penyagun dapat di lihat melalui tabel berikut.

Tabel IV. 6
Nama-nama Majlis Guru SD Negeri 4 Penyagun
No
Nama Guru / Nip
L/P
Status
Ijazah
Jabatan
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Erfauzi, S.Ag
Salbiah, S.Pd, SD
Sri Wahyuni, S.Pd.I
Kharfina Hidayat, S.Pd.I
Yuliana, A.Ma
Irwan, A.Ma
Amiruddin
Masitah
Ismail
Lk
Pr
Pr
Lk
Pr
Lk
Lk
Pr
Lk
PNS
Honda
Honda
Honor
PNS
Honda
Honda
Honda
Honor

S1
S1
S1
S1
D2
D2
SPG
PGA
SMA
Kepsek
Guru Kelas V
Guru Kelas II
Guru Agama
Guru Kelas III
Guru Kelas VI
Guru Kelas IV
Guru Kelas I
Guru Penjas
Sumber data : Laporan bulanan, Juni 2012
Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang bertugas di SD Negeri 4 Penyagun berjumlah 9 orang, terdiri dari 5 orang guru laki-laki dan 4 orang guru perempuan. Adapun jenjang pendidikan guru-guru tersebut yaitu, S1 (Strata 1) berjumlah 3 orang, D2 berjumlah 3 orang, dan SLTA berjumlah 3 orang.
Selain dari nama-nama guru yang bertugas di SD Negeri 4 Penyagun, dapat pula dilihat daftar nama-nama siswa kelas V di SD Negeri 4 Penyagun yang menjadi subjek penelitian peneliti. Marilah kita lihat melalui tabel berikut ini.

Tabel IV. 7
Nama-nama Siswa Kelas V SD Negeri 4 Penyagun
No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Aldi Saputra
Ayu Wandira
Febri
Hidayat Syah
Indra Gunawan
Jamil
Jefrizal
M. Syaifullah
M. Taufiq
Novin Rindiyani
Rubiah
Sari Noraika
Satri Hidayani
Siti Natasya
Sonia
Tasya Jasrina
Wahyuni Fitri
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Sumber data : Absensi kelas V tahun 2012
Dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas V (lima) di SD Negeri 4 Penyagun berjumlah 17 orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.
3.      Visi dan Misi SD Negeri 4 Penyagun
v  Visi   :  Membangun generasi yang berpotensi dan berdaya guna.
v  Misi : Terampil dalam menghadapi globalisasi di masa depan                       demi untuk memajukan bangsa.
4.      Kurikulum yang Digunakan
Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran di SD Negeri 4 Penyagun  adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).  Yang  mengacu pada karakter bangsa.
Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul “Kurikulum dan pembelajaran teori dan praktik pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)”, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Merupakan kurikulum yang dianjurkan oleh pemerintah untuk di kembangkan di setiap lembaga pendidikan formal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.[105]
Lebih lanjut Wina Sanjaya menjelaskan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurna dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang lebih di kenal dengan KBK (Kurikulum 2004).[106]
Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SD Negeri 4 Penyagun yaitu:

a.       Pendidikan Agama Islam
b.      Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
c.       Bahasa Indonesia
d.      Matematika
e.       Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
f.       Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
g.      Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
h.      Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)
i.        Muatan Lokal (Mulok)
1)      Arab Melayu
2)      Budaya Daerah
3)      Bahasa Inggris
5.      Sarana dan Prasarana Sekolah
Dalam proses belajar mengajar, sarana dan prasarana sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kemampuan peserta didik. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka akan semakin mempermudah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Adapun sarana yang dimiliki SD Negeri 4 Penyagun dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.



Tabel IV. 8
Sarana dan Prasarana di SD Negeri 4 Penyagun
No
Jenis Ruangan
Jumlah
Kondisi
Baik
Rusak
1
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
-
2
Ruang Majelis Guru
1
Baik
-
3
Ruang Kelas
6
Baik
-
4
Ruang Labor
1
Baik
-
5
Ruang Perpustakaan
1
Baik
-
6
Rumah Dinas Kepala Sekolah
1
Baik
-
7
Rumah Dinas Guru
2
1 Baik
1 Rusak Ringan
8
WC
4
Baik
-
9
Lapangan Volly Ball
1
Baik
-
10
Lapangan Takraw
1
Baik
-
Sumber data : Kantor SD Negeri 4 Penyagun
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri 4 Penyagunsudah bisa dikatakan memadai untuk ukuran sekolah di pedesaan. Semua sarana dan prasaranya dalam kondisi baik, hanya satu rumah dinas guru yang rusak ringan.
B.     Penyajian Data
Selanjutnya pada bagian ini penulis akan memaparkan data-data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan wawancara di lapangan.
Observasi dilakukan sebanyak 9 (sembilan) kali pada setiap hari selasa jam ke 5 (lima) dan kamis jam ke 3 (tiga) dan jam ke 4 (empat). Yakni tanggal 11, 13, 18, 20, 25, dan 27 September 2012, kemudian dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9   Oktober 2012. Hal ini dilakukan observasi karena pada hari, tanggal dan jam tersebut dilaksanakan pembelajaran Agama Islam. Untuk melakukan pengamatan ini peneliti menyiapkan instrumen berupa daftar checklist. Yang peneliti observasi ialah implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, kemudian dibandingkan dengan data hasil dari wawancara dan dijumlahkan untuk mencari rata-rata, sehingga dapat diketahui prosentasi jawaban.
Wawancara, yaitu peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada seluruh subyek penelitian dan kepada imforman seperti kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan guru kelas V. Wawancara dilakukan sejak pelaporan izin riset pada tanggal 15 juni 2012, kemudian dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9 Oktober 2012. Untuk melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrumen pedoman wawancara yang dilakukan di SD Negeri 4 Penyagun yang dijadikan lokasi penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk menjaring data yang belum terjaring melalui observasi.
Oleh karena subyek penelitian ini terdiri dari subyek utama (imforman utama) yaitu guru Pendidikan Agama Islam dan subyek tambahan (imforman tambahan) yaitu siswa kelas V di SD Negeri 4 Penyagun, maka peneliti memberikan pertanyaan pada setiap indikator pada imforman guna mengetahui bagaimana proses implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran agama Islam oleh guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, sehingga dapat peneliti uraikan melalui data olahan yang penulis dapatkan dari melakukan observasi sebanyak 9 (sembilan) kali tersebut.
Pelaksanaan observasi yang penulis lakukan sebanyak 9 (sembilan) kali, yang penulis amati melalui alternatif pengamatan  “ya” dan “tidak”. Data observasi ini dapat dilihat melalui tabel-tabel berikut:
TABEL IV.9
Guru Berusaha Menciptakan Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan Ketika Proses Pembelajaran Berlangsung

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
6
3
66.67
33.33
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung, penulis melakukan 9 (sembilan) kali observasi dengan menggunakan alternatif pengamatan “Ya dan “tidak”.
Dari 9 (sembilan) kali observasi tersebut, penulis memperoleh hasil alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 6 (66.67 %), dan pengamatan dengan alternatif  “Tidak” sebanyak 4 (33.33 %).
Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa terjadinya hal yang positif terhadap usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara penulis pada siswa-siswa kelas V (lima). Para siswa mengatakan” pak Karfina Hidayat dalam menerangkan pelajaran sering membuat kami tertawa, sehingga kami merasa senang”.[107]
Selain itu perlu kita ketahui juga hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan suasana kelas yang interaktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung. Marilah kita lihat melalui tabel berikut:
TABEL IV.10
Guru Berusaha Menciptakan Suasana Kelas Yang Aktif dan Insfiratif Selama Proses Pembelajaran Berlangsung

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
4
5
44.44
55.56
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Dari tabel di atas, menunjukkan hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan suasana kelas yang interaktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung, dapat diketahui bahwa alternatif pengamatan “Ya”, sebanyak 4 (44.44 %) dan  “Tidak” sebanyak 5 (55.56 %).
Melihat dari hasil tabel di atas, guru pendidikan agama Islam boleh dikatakan kurang berhasil mendesain kelas yang aktif dan insfiratif. Ketika penulis mengkomfirmasi kepada guru yang bersangkutan, beliau mengatakan. Di kelas V (lima) ini sebetulnya jam mengajar pelajaran PAI ini tidak efektif, karena pada jam ke 3 dan ke 4 pada hari selasa. Pada jam ke 4 mau istirahat itu anak-anak susah untuk di bawa serius, karena dalam pikirannya sudah banyak ke jam istirahat. Begitu juga pada hari kamis, saya masuk 1 jam, yaitu setelah istirahat. Pada ke 5 (lima) ini anak-anak baru saja lepas bermain di lapangan, sehingga sewaktu sampai di kelas dia juga tidak bisa fokus, kebaanyakan mereka asyik berkipas-kipas karena kepanasan dan berkeringat setelah habis bermain.[108]
Selanjutnya dapat pula kita lihat hasil observasi tentang guru memberi motivasi pada siswa agar berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
TABEL IV.11
Guru Memberi Motivasi Pada Siswa Agar Berpartisifasi Aktif Selama Proses Pembelajaran Berlangsung

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
5
4
55.56
44.44
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi yang penulis peroleh dari indikator guru memberi motivasi pada siswa agar berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dengan alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 5 (55.56 %)  dan  “tidak” sebanyak 4 (44.44 %).
Berkaitan dengan indikitator di atas dapat dilihat hasil observasi tentang guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri melalui tabel berikut:
TABEL IV.12
Guru Memberikan Kebebasan Kepada Siswa untuk Belajar Sesuai dengan Kemampuan Siswa itu Sendiri

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
8
1
88.89
11.11
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel di atas ini juga menunjukkan bahwa guru memberikan kebebasan kepad siswanya untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri dengan alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan  “Tidak” hanya 1 (11.11 %).
Melihat dari hasil paparan di atas, menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam sangat memberikan kebebasan kepada siswanya dalam proses pembelajaran, hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru yang bersangkutan. Beliau mengatakan, saya akan selalu memberi kebebasan kepada siswa-siswa saya untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan daya serapnya terhadap pelajaran yang saya berikan, hal ini terkecuali pada waktu ujian tengah semester atau semester, saya akan menuntut siswa untuk menjawab soal-soal yang saya berikan tersebut harus sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat. Dalam hal ini siswa tidak saya benarkan untuk menjawab sesuai kehendak siswa.[109]
Lebih lanjut dapat pula dilihat hasil observasi melalui tabel berikut:

TABEL IV.13
Guru Berusaha Menguasai Bahan Ajar Yang Disajikan Kepada Siswa
No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
8
1
88.89
11.11
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa guru berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa dengan prosentase alternatif pengamatan “ya” yaitu 8 (88.89 %) dan  “Tidak” yaitu 1 (11.11 %).
Hal ini menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam boleh dikatakan sangat menguasai bahan ajar yang disampaikan kepada siswa, hal ini juga sesuai dengan wawancara penulis kepada kepala sekolah, Erfauzi mengatakan, sebelum masuk ke dalam kelas, saya selalu berpesan kepada guru-guru di bawah kepemimpinan saya, kuasai dulu bahan ajar, baru masuk ke dalam kelas, karena kalau pendidik tidak menguasi bahan, nanti apa yang mau disampaikannya kepada siswa.[110]
Untuk perolehan data lebih lanjut ada baiknya jika kita melihat tabel berikut ini.




TABEL IV.14
Guru dan Siswa Berinteraksi Dengan Baik Selama Proses Pembelajaran Berlangsung.

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
8
1
88.89
11.11
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Dari paparan tabel di atas, menunjukkan bahwa guru dan siswaa berinteraksi dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan prolehan alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan “Tidak” hanya 1 (11.11 %).
Untuk  melihat hasil observasi tentang guru menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran, dapat diketahui melalui tabel berikut:
TABEL IV.15
Guru Menggunakan Metode Yang Bervariasi SelamaProses Pembelajaran
No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
3
6
33.33
66.67
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru menggunakan metode yang bervariasi selama proses pembelajaran memperoleh alternatif pengamatan “Ya”, hanya 3 (33.33 %). Sedangkan “Tidak” sebanyak 6 (66.67 %).
Selain melihat hasil observasi tentang guru menggunakan metode bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung, untuk melengkapi,  untuk langkah lebih lanjut alangkah sangat penting juga kita lihat tabel berikut:
TABEL IV.16
Guru Berusaha Menciptakan Suasana Kelas Yang Kondusif dan Tidak Vakum

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
5
4
55.56
44.44
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum dapat diketahui dengan alternatif pengamatan “Ya” yaitu 5 (55.56 %) dan “Tidak” ada 4 (44.44 %).
Malanjutkan data observasi yang penulis lakukan, marilah kita lihat hasil observasi tentang guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah di buat melalui tabel berikut ini.
TABEL IV.17
Guru Mengimplementasi Pembelajaran Sesuai Rencana Program Pembelajaran Yang Telah Dibuat

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
8
1
88.89
11.11
JUMLAH
9
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasarkan pemaparan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil observasi tentang guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat, menunjukkan bahwa alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 8 (88.89 %) dan “Tidak” hanya 1 (11.11 %).
Setelah penulis melakukan observasi seperti tersebut pada tabel-tabel di atas, dan untuk melakukan analisis dari data-data yang diperoleh, maka penulis melakukan rekapitulasi terhadap data-data yang telah diperoleh tersebut.
Adapun data-data yang diperoleh itu berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SD Negeri 4 Penyagun, tepatnya di kelas V (Lima). Observasi ini penulis lakukan sebanyak 9 (sembilan) kali pada setiap hari selasa jam ke 5 (lima) dan kamis jam ke 3 (tiga) dan jam ke 4 (empat). Yakni tanggal 11, 13, 18, 20, 25, dan 27 September 2012, kemudian dilanjutkan pada tanggal 2, 4 dan 9   Oktober 2012.
Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat tabel rekapitulasi hasil observasi Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 kelas V (lima) desa Penyagun kecamatan Rangsang berikut ini:





TABEL IV.18
Rekapitulasi Hasil Observasi Implementasi Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 4 Kelas V (Lima) Desa Penyagun Kecamatan Rangsang

No
HASIL OBSERVASI
F
P %
1
Ya
Tidak
55
26
67.90
32.10
JUMLAH
81
100
Sumber data: Hasil Observasi Penelitian
Berdasar tabel rekapitulasi di atas, menunjukkan bahwa data observasi yang penulis lakukan sebanyak 9 (sembilan) kali tersebut, jumlah keseluruhannya sebanyak 81. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil observasi dengan alternatif pengamatan “Ya” sebanyak 55 dengan prosentase 67.90 %, sedangkan “Tidak” sebanyak 26 dengan Prosentase 32.10 %.
Untuk memperjelas tabel tersebut di atas, penulis akan menguraikan data dari hasil rekapitulasi ini dengan rumus.
Hasil observasi dengan alternatif pengamatan “Ya”  dapat dilihat melalui rumus sebagai berikut:
                        P = F x 100 %
                               N
                        = 55 x 100 %
                              81
                          =  67.90 %

Sedangkan persentase dengan alternatif pengamatan “Tidak” dapat dilihat melalui rumus berikut:

P  =Fx100 %
                        N
             =26 x100 %
                        81
                          =  32.10 %

Dengan demikian jelaslah bahwa hasil observasi yang penulis lakukan tersebut ternyata frekwensi pengamatan yang tertinggi yaitu alternatif pengamatan “Ya” dengan persentase 67.90 %, sedangkan alternatif pengamatan “Tidak”  hanya 32.10 %.
C.    Analisis Data
Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang analisis data tentang hasil observasi yang penulis lakukan di SD Negeri 4 Penyagun, yaitu berkenaan dengan implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Dalam menganalisis data yang telah penulis kumpulkan melalui metode observasi dan wawancara, penulis akan menyajikan datanya menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan prosentase, yaitu menggambarkan data dengan menginterpretasikan data melalui prosentase.
Berdasarkan pemaparan pada penyajian data, maka dapat diketahui bahwa Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun di kelas V (lima) adalah sebagai berikut:
1.      Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung.
Memperhatikan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan, dengan 9 (sembilan) kali observasi. Penulis mendapatkan 6 (66.67 %) kali guru pendidikan agama Islam di kelas V (lima) berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan ketika proses pembelajara berlangsung. ini menunjukkan bahwa terjadinya hal yang positif, walaupun masih terdapat 3 (33.33 %) kali guru tersebut tidak menerapkannya. Hal ini juga sesuai dengan data wawancara yang penulis lakukan kepada para siswa di kelas V (lima). Bahwasanya guru pendidikan agama Islam selalu membuat humor dalam menerangkan pelajaran, sehingga para siswa asyik tertawa dan merasa senang sikap humor guru tersebut.
2.      Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung
Berdasarkan pemaparan dari tabel  IV.10  menerangkan bahwa guru berusaha menciptakan suasana kelas yang aktif dan insfiratif selama proses pembelajaran berlangsung hanya 4 (44.44 %) saja. Sedangkan 5 (55.56 %) guru pendidikan agama islam tidak mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dan insfiratif. Hal ini berarti di dalam proses pembelajaran guru pendidikan agama Islam kurang berhasil membuat kelas yang interaktif dan insfiratif tersebut. ketika penulis mewawancarai guru tersebut, beliau beralasan karena mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas V (lima) ini jam pelajaranya pada jam ke 3 (tiga) dan ke 4 (empat) pada hari kamis dan jam ke 5 (lima) pada hari selasa. Pada jam-jam pelajaran seperti ini siswa selalu kurang fokus, apalagi pada hari selasa tersebut, pelajarannya masuk setelah istirahat. Kondisi siswa yang kepanasan lepas bermain, sehingga siswa merasa kurang bergairah untuk mengikuti pelajaran yang disajikan.
3.      Guru memberi motivasi pada siswa agar berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung
Dilihat dari hasil observasi yang penulis lakukan terdahulu yang termuat dalam tabel IV.11, menunjukkan bahwa guru memberikan motivasi pada siswa agar berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hanya 5 (55.56 %) kali saja dari 9 (sembilan) kali observasi yang penulis lakukan. Sedangkan 4 (44.44 %) kali, penulis tidak menjumpai guru pendidikan agama Islam memberikan motivasi kepada siswa. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, guru tersebut tidak memberikan motivasi kepada siswa ini, penulis jumpai setiap hari kamis jam ke 5 (Lima).Hal ini juga penulis lihat dikarenakan kondisi siswa yang tidak kondusif setelah habis bermain. Maka guru tersebut hanya menyuruh siswa untuk mencatat dan kemudian menerangkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya di dalam 9 (sembilan) kali observasi yang penulis lakukan, guru pendidikan agama Islam kurang memberikan motivasi kepada siswa ketika proses pembelajaran di kelas.
4.      Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa, merupakan suatu hal yang positif yang dilakukan oleh seorang guru. Hal ini juga penulis dapati ketika penulis melakukan observasi di SD Negeri 4 Penyagun, tepatnya di kelas 5 (lima) pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Melihat hasil observasi yang penulis lakukan tersebut, penulis menemukan 8 (88.89 %) kali dari 9 (sembilan) kali observasi. Hanya 1(11.11 %) saja guru tersebut tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri. Hal ini penulis jumpai disaat ujian mid semester. Ketika penulis mencoba bertanya kepada guru yang bersangkutan tentang hal tersebut, guru pendidikan agama Islam memberikan penjelasan, bahwasanya disaat ulangan, para siswa harus dituntut menjawab soal-soal yang diberikan harus sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat. Siswa tidak dibenarkan menjawab sesuai dengan kehendak siswa. Jika ada yang menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban tersebut. maka akan disalahkan jawabannya. Beliau menambahkan, bahwasanya semua soal-soal yang di berikan itu telah dipelajari sebelumnya. Hal ini juga dilakukan untuk menguji kemampuan anak dan sejauh mana daya serapnya terhadap materi yang telah diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tentang guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri, dapat penulis simpulkan bahwasanya guru tersebut sangat memberikan kebebasan kepada siswanya dalam proses pembelajaran di kelas.
5.      Guru berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa
Menguasai bahan ajar yang akan disampaikan di dalam kelas merupakan salah satu kompetensi dasar  yang harus dimiliki seorang pendidik. Untuk itulah seorang guru sebelum dia menceburi bidang keguruan, dia harus ditempa dengan beberapa macam kompetensi, salah satunya kemampuan menguasai bahan ajar yang akan disampaikan di dalam kelas.
Tidak terkecuali dengan guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis memperoleh data bahwasanya guru pendidikan agama Islam di dalam menyampaikan materi ajar di dalam kelas, beliau berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa. Pernyataan ini diperkuat dengan data yaitu, 8 (88.89 %) kali guru pendidikan agama Islam berusaha menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa. Hanya 1 (11.11 %) kali saja guru terkesan tidak menguasai bahan ajar. Hal ini penulis membuat kesimpulan karena penulis menjumpai 1 (satu) kali guru pendidikan agama Islam hanya meninggalkan catatan saja kemudian guru tersebut meninggalkan kelas sampai jam pelajaran usai. Namun kejadian ini hanya sebagian kecil saja dari 9 (sembilan) kali observasi yang penulis lakukan.  Secara keseluruhan dapat dikatakan guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, tepatnya kelas V (lima) menguasai bahan ajar yang disajikan kepada siswa di dalam kelas.
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala sekolah SD Negeri 4 Penyagun, dia mengatakan bahwasanya guru-guru di bawah kepemimpinan beliau ditunutut untuk menguasai bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Kepala sekolah SD tersebut berkeyakinan bahwasanya salah satu faktor keberhasilan siswanya di dalam pembelajaran dan ujian nasional adalah tidak terlepas dari kemampuan guru-gurunya menyampaikan pelajaran di kelas.
6.      Guru dan siswa berinteraksi dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung.
Melihat dari hasil observasi pada tabel IV.14  menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajaran berlangsung, penulis mendapatkan data yaitu 8 (88.89 %) kali guru dan siswa berinteraksi dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung. Hanya 1 (11.11 %)  kali saja penulis menjumpai guru pendidikan agama Islam tidak melakukan interaksi dengan baik.
Hal ini sama dengan penjelasan penulis sebelumnya yaitu guru tersebut hanya meninggalkan catatan saja kepada siswa. Namun jika dilihat dari keseluruhannya, dapat penulis simpulkan bahwasanya guru pendidikan agama Islam dan siswa berinteraksi dengan baik saat proses pembelajaran berlangsung.
7.      Guru  menggunakan metode yang bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung
Metode merupakan cara atau langkah yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan pelajaran di dalam kelas. Semakin bervariasi dan semakin relevan metode yang digunakan oleh seorang guru dengan materi pelajaranyang akan diramu di dalam kelas, maka akan semakin baik dan meanrik materi tersebut untuk disampaikan.
Begitu juga halnya dengan guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, jika dalam menyampaikan materi pelajaran sering digunakan metode yang bervariasi dan relevan dengan materi, tidak terkecuali materi yang akan disampaikan di dalam kelas akan menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Namun hal ini agak berbeda dengan penulis jumpai di lapangan, penulis hanya menjumpai guru pendidikan agama Islam tersebut hanya menggunaka metode  mencatat, ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas dalam setiap materi yang di sampaikan. Padahal jika menurut hemat penulis, masih banyak lagi metode yang bisa diterapkan ketika kita berada di dalam kelas, Cuma harus kita sesuaikan dengan materi yang akan kita sampaikan. Selain metode yang telah disebutkan tadi, masih ada metode yang bisa diterapkan ketika kita berada di dalam kelas. Seperti metode demonstrasi, studi lapangan (observasi), metode bermain, metode drama dan lain sebagainya.
Pernyataan ini sesuai dengan data yang penulis observasi di  sekolah tersebut. hasil observasi yang penulis lakukan yaitu, guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, tepatnya guru yang mengajar di kelas V (lima) mengunakan metode yang bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung hanya 3 (33.33 %) saja, sedangkan 6 (66.67 %) penulis tidak menemukan metode yang berpariasi selama proses pembelajaran berlangsung. Penulishanya menjumpai, metode mencatat, kemudian diterangkan (metode ceramah) dan juga tanya jawab.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya di dalam menyampaikan materi di kelas guru pendidikan agama islam di kelas V (lima) SD Negeri 4 Penyagun jarang menerapkan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi.
8.      Guru berusaha menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum
Menciptakan suasana kelas yang kondusif merupakan salah satu kewajiban guru jika berada di dalam kelas. Karena tanpa suasana kelas yang kondusif, maka proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan secara efektif. Begitu juga halnya dengan kevakuman, jika guru tidak mampu memecahkan kevakuman yang terjadi di dalam kelas, maka harapan kita untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran akan  sulit untuk diwujudkan.
Bersumber dari data yang penulis himpun pada tabel IV.16  menunjukkan bahwa hasil observasi tentang guru berusaha menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum ada 5 (55.56 %) sedangkan 4 (44.44 %) penulis tidak menjumpai guru pendidikan agama Islam berusaha menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak vakum. Hal ini berdasarkan apa yang penulis amati di lapangan bahwasanya ketika guru menjelaskan siswa sering main-main dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Siswa-siswa tersebut tidak mengomentari bahkan memberikan pertanyaan tentang materi yang dijelaskan oleh gurunya. Hal ini pernah penulis tanyakan kepada guru pendidikan agama Islam dan wali kelas di kelas V (lima), jawaban mereka dapat penulis simpulkan bahwasanya siswa-siswa di kelas V (lima) ketika gurunya menerangkan pelajaran di kelas, masih ada yang main-main dan cuek-cuek aja ketika gurunya menjelaskan. Mereka hanya duduk diam saja agar tidak ditanya oleh gurunya tentang pelajaran tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya guru pendidikan agama Islam telah berusaha menciftakan suasana kelas  yang kondusif dan tidak vakum, walaupun hasilnya belum maksimal.
9.      Guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana program pembelajaran yang telah dibuat
Berdasarkan hasil observasi yang penuls kumpulkan dalam tabel IV.17 dapat penulis paparkan tentang guru mengimplementasi pembelajaran sesuai rencana program pembelajaran yang telah dibuat sebanyak 8 (88.89 %) kali dan hanya 1 (11.11 %) saja guru pendidikan agama Islam ketika di dalam kelas tidak mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan rencana program pembelajaran yang telah beliau buat. Hal ini dikarenakan guru tersebut sewaktu menerangkan materi asyik dengan bercerita, sehingga indikator-indikator yang telah dibuat tidak berhasil disampaikan.
Namun jika dilihat secara keseluruhan dari 9 (sembilan) kali observasi yang penulis lakukan, guru pendidikan agama Islam di kelas V (lima) SD Negeri 4 penyagun mengimplementasikan pembelajararan di dalam kelas sesuai dengan rencana program pembelajaran yang telah dibuat. Yaitu sesuai dengan materi pokok, satuan kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),  dan indikator pencapaian hasil belajar.
Selain dari itu, analisis data dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan persentase ini, penulis juga melakukan penjumlahan dan pembandingan dengan jumlah ketentuan prosentase yang diharapkan. Adapun ketentuan persentase yang diharapkan tersebut adalah sebagai berikut:
v  76 % - 100 % maka Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan efektif
v  49 % - 75 % maka Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan kurang efektif
v  0 % - 48 % maka Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dikatakan tidak efektif
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat penulis analisis data yang telah dipaparkan yaitu sebagai berikut:
Hasil observasi dengan alternatif pengamatan “Ya”  dapat dilihat melalui rumus sebagai berikut:
                        P  =Fx100 %
                        N
             =55 x100 %
                        81
                          =  67.90 %

Sedangkan persentase dengan alternatif pengamatan “Tidak” dapat dilihat melalui rumus berikut:
P  =Fx100 %
                        N
             =26 x100 %
                        81
                          =  32.10

Dengan demikian berdasarkan nilai pengamatan dari alternatif “Ya” dengan nilai 67.90 % menunjukkan persesntase tersebut berada di antara 50 – 75 %, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri kelas V (lima) desa Penyagun Kecamatan Rangsang dikategorikan “ kurang efektif “.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat penulis simpulkan bahwa Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 kelas V (lima) desa Penyagun kecamatan Rangsang setelah diadakan penelitian ternyata mendapatkan hasil persentase yaitu sebesar 67.90 %. Persentase ini masuk ke dalam kualifikasi “kurang efektif”.
B.     Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 4 Penyagun, tepatmya di kelas V (lima), maka penulis akan menyampaikan saran-saran dan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait agar dapat bermanfaat terhadap kompetensi guru mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI), dan keberhasilan siswa kelas V (lima) Khususnya, serta siswa SD Negeri 4 Penyagun pada umumnya. Saran-saran tersebut disampaikan kepada:
1.      Guru Pendidikan Agama Islam : diharapkan agar dapat meningkatkan kompetensi dalam mengajar dengan membuat inovasi-inovasi dalam mengajar, menggunakan strategi pembelajaran dan juga metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Seperti terus aktif mengikuti pelatihan kompetensi guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maupun Kelompok Kerja Guru (KKG).Guna terciptanya sinergisitas siswa dalam proses pembelajaran.
2.      Kepala Sekolah : diharapkan dapat melakukan monitoring dan mengevaluasisecara berkala terhadap kinerja guru-guru di sekolah yang dipimpin, dan juga memberi penghargaan kepada guru-guru yang benar-benar berkompetensi.Guna menumbuhkan semangat guru untuk terus berinovasi dalam mengajar. Melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang dianggap mempunyai kompetensi yang baik dalam mengelola pendidikan, serta melakukan rekreasi secara berkala ke tempat-tempat rekreasi yang ada unsur-unsur dan nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan pendidikan. Hal ini perlu dilakukan guna melakukan pencerahan dan semangat baru bagi para guru dan siswa setelah lama belajar di lokal.
3.      Siswa-siswa SD Negeri 4 Penyagun :  diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar. Dengan cara banyak membaca, melakukan belajar kelompok dengan dibimbing oleh guru. Serta melakukan interaksi yang baik antar sesama teman maupun dengan guru. Guna terciptanya suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
4.      Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Hidayah Selatpanjang : diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini, agar mendapatkan suatu rumusan tertentu atau solusi yang tepat dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, serta sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa.
5.      Dinas Pendidikan dari Tingkat Pusat, Propinsi Riau maupun Kabupaten Kepulauan Meranti : diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi guru-guru yang berada di desa serta terus memperhatikan keadaan sarana dan prasana belajar siswa di sekolah. Hal ini perlu dilakukan agar terciptanya penyetaraan kemampuan siswa yang berada di kota dengan di desa.

















DAFTAR PUSTAKA


AbuddinNata, (2009). Perspektif Islam tentangStrategiPembelajaran. Jakarta: Kencana,

Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, (2007).Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta:  Universitas Terbuka.

Ahmad Rohani Abu Ahmadi,(1990). Pengelolaan Pengajaran. Bandung: Al-Maarif.

Amirul Hadi dan H. Haryono, (2005).Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKK. Bandung: Pustaka Setia.

Andreas Halim, (1999).Kamus Lengkap 10 Milyar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris.Surabaya: Sulita Jaya.

Desi Anwar, (2002). Kamus Bahasa Indonesia Modern.  Surabaya:  Amelia.
______,(2001).Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama.
Fuad Ihsan,(2005).Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani, (2011). Strategi Belajar Mengajar.  Bandung:  Pustaka Setia.
Hamzah Ahmad Dkk, (1996). Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Pajar Mulia.

Hamzah B. Uno,(2008).Orientasi Baru Dalam Psikologi pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.

http//www.google.com/search/ kaderisasibkprmistabat.blogspot.com /2012/05/ strategi-pembelajaran-berorientasi. html Selasa, Mei 15, 2012, Oleh Anggi Wardiansyah, S.Pd.I, 10 november 2012

http://www.google.com/search/islamblogku.blogspot.com/2009/07/ pengertian dan tujuan pendidikan  agama 1274.html. Jumat,. Juli 31, 2009. Oleh, Abdul Aziz. Tanggal 09 November 2012

M. Arifin, (2006).Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.Jakarta: Bumi Aksara

M. Sukardi MS, (2008).Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.


Made Wena,(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Asksara.

Muhammad Abdul Kadir Ahmad, (2008).Metodologi Pengajaran Agama Islam.terj.  Jakarta: PT. Rineka Cipta

Muhammad Daud Ali, (2004).Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Muhibbin Syah, (2008). Psikolog Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata, (2011). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Ramayulis dan Samsul Nizar, (2010). Filsafat Pendidikan Islam.  Jakarta:  Kalam Mulia.

S. Nasution, (2008). Asas-asas Kurikulum.Jakarta : Bumi Aksara.
Sardiman, A.M, (2009).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Press.

Slameto, (2010).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Bahari Jamarah dan Aswan Zain, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tohirin, (2007).Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

_______,(2008).Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Rajawali Press.

_______,(2011). Dasar-dasar Metode Penelitian Pendekatan Praktis Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Sinopsis, Proposal dan Skripsi) Bagi Peneliti Pemula, Pekanbaru

_______, (2012).Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara serta Model Penyajian Data.Jakarta: Rajawali Press.

Trianto, (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.


Wina Sanjaya, (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Kencana.

_______, (2009).Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

_______,(2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Zainal Asril, (2011). Micro Teaching disertati dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Press.


[1]Tohirin, Dasar-dasar Metode Penelitian Pendekatan Praktis Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Sinopsis, Proposal dan Skripsi) Bagi Peneliti Pemula, Pekanbaru:  2011,  hal. 29.
[2]Ibid
[3] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal.8
[4]Fuad Ihsan,  Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,  2005,  hal.2
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 38
[6]Ibid
[7]Ibid
[8] S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, hal. 28
[9]Ibid.
[10] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, hal. 137
[11]Ibid
[12] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 181-182
[13]http://www.google.com/search/islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html,Jumat, Juli 31, 2009. Oleh, Abdul Aziz. Tanggal, 09 November 2012.
[14]Ibid
[15] Muhammad Abdul Kadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terj.  Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Hal. 71
[16]Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran,  Bandung:  Al-Maarif, 1990,  hal. 31.
[17] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hal. 2
[18] Andreas Halim, Kamus Lengkap 10 Milyar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Surabaya: Sulita Jaya, 1999. Hal. 169
[19]Desi Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:  Karya Abditama,  2001, hal. 181
[20] Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia Modern, Surabaya: Amelia, 2002, hal. 149
[21] Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, hal. 1.2
[22]Wina Sanjaya,  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses  Pendidikan, Jakarta:  Kencana,  2010,  hal. 126.
[23] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hal. 18
[24] Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia Modern, Op.Cit, hal. 68
[25] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 2
[26] Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hal. 20
[27]Abuddin Nata,  Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,  Jakarta:  Kencana, 2009,  hal. 205.
[28] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. v
[29] Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 126
[30] Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.3
[31] Wina Sanjaya,  Loc.Cit
[32]Hamzah  Ahmad  Dkk,  Kamus Pintar Bahasa  Indonesia, Surabaya:  Pajar Mulia,  1996,  hal. 268
[33] Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia Modern,Op.Cit,hal. 253
[34]Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Op.Cit,hal. 25
[35] Dessy Anwar, Loc.Cit
[36] Dessy Anwar, Loc.Cit
[37]Tohirin, Psikologi  Pembelajaran  Pendidikan  Agama  Islam, Jakarta:  Rajawali  Press, 2008,  hal. 9
[38] Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.3
[39] Wina Sanjaya,  Op.Cit, hal. 125
[40]Ibid, hal. 126
[41]Ibid
[42]Trianto, Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif- Progresif: Konsep  Landasan  dan Implementasinya  pada  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP), Jakarta: Kencana,  2009,  hal. 15.
[43] Slameto, Op.Cit, hal. 2
[44]Zainal Asril, Micro Teaching  disertati  dengan  Pedoman  Pengalaman  Lapangan, Jakarta:  Rajawali  Press, 2011,  hal. 1
[45]Ibid.
[46] Muhibbin Syah, Psikologi  Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 59-60
[47] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 122
[48] Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi) cet. Ke-4, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal.19.
[49]Ibid
[50]Ibid, hal. 21
[51]Ibid, hal. 22
[52]Ibid, hal. 28
[53] Slameto, Op.Cit, hal. 54
[54] Made Wena, Strategi Pembelajaran  Inovatif  Kontemporer,  Jakarta:  Bumi  Aksara, 2009,  hal. 17-18
[55]Ibid, hal. 21
[56]M. Sukardi, MS, Evaluasi  Pendidikan  Prinsip  dan Operasionalnya,  Jakarta: Bumi Aksara,  2008,  hal. 16
[57]Made Wena,  Op.Cit, hal. 2
[58]Wina Sanjaya,  Op.Cit, hal. 126
[59]Made Wena, Loc.Cit,hal. 5
[60]  Wina Sanjaya,  Loc.Cit.
[61]Ibid,
[62]Ibid, hal. 128
[63]Ibid
[64]Ibid
[65]Ibid
[66]Ibid, hal. 128-129
[67]Ibid, hal. 129
[68] Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, Op.Cit, hal. 1.6
[69] Wina Sanajaya Op.Cit, hal. 129
[70] Ag. Bambang Setiyadi dan Junaidi Mistar, Loc.Cit, hal. 1.7
[71]Ibid,
[72] http//www.google.com/search/ kaderisasibkprmistabat.blogspot.com /2012/05/ strategi-pembelajaran-berorientasi. html Selasa, Mei 15, 2012, Oleh Anggi Wardiansyah, S.Pd.I, 10 november 2012
[73]Ibid
[74]Ibid
[75]Ibid
[76]Ibid
[77]Wina Sanjaya,  Op.Cit ,hal. 129
[78]Ibid, hal. 137
[79]Ibid
[80] http//www.google.com, Op.Cit
[81]Ibid
[82]Ibid
[83]Ibid
[84]ibid
[85]Ibid
[86] Slameto, Op.Cit, hal. 97
[87]Ibid,
[88]Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 139
[89]Ibid.
[90] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit, hal. 112
[91] Wina Sanjaya, Op.Cit, hal. 143
[92]Ibid, hal. 144-145
[93]Ibid, hal. 145
[94]Ibid, hal. 145-146
[95] Amirul Hadi dan H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk UIN, STAIN, PTAIS semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, 2005, hal. 93
[96]Ibid, hal. 94
[97]Ibid, hal. 97
[98] Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara serta Model Penyajian Data, Jakarta: Rajawali Press, 2012, Hal. 63-64
[99] Amirul Hadi dan H. Haryono, Op.Cit, hal.99
[100]Ibid, hal. 110
[101] Burhan, 2012, Wawancara tanggal 20 september 2012
[102]Ibid
[103] Erfauzi, S.Ag, 2012, wawancara tanggal 19  September 2012
[104]ibid
[105] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana, 2009, hal. v
[106]Ibid
[107] Siswa-siswa SD Negeri 4 kelas V (lima) Desa Penyagun, Wawancara tanggal 2 Oktober 2012
[108] Karfina Hidayat, Guru Pendidikan Agama Islam di Kelas V SD Negeri 4 Penyagun, Wawancara Tanggal 4 Oktober 2012.
[109]Ibid, Wawancara tanggal 9 Oktober 2012
[110] Erfauzi, Kepala Sekolah, Wawancara Tanggal 9 Oktober 2012